Tak hanya mengalah dan memendam perasaan, dia juga rela bertanggung jawab atas kesalahan fatal yang dilakukan adiknya hanya demi menjaga perasaan wanita yang dia cintai dalam diam.
(Mohon baca setiap kali update! Jangan menumpuk bab, jangan lompat baca apalagi boom like. Retensi bergantung dari konsisten pembaca.🙏🙏🙏)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8. GUNAKAN SESUKA HATIMU
Usai makan malam, Raka dan Azka menuju kolam renang untuk mengobrol. Sementara istri-istri mereka ikut bersama mama Flora yang katanya ingin memperlihatkan album masa kecil mereka berdua.
"Kenapa Abang gak bawa Kinan pergi bulan madu?" Tanya Raka sembari menoleh sekilas menatap kakaknya, saat makan malam Papa Rangga membahas tentang penundaan Azka dan Kinan untuk berbulan madu.
"Buat apa kami pergi berbulan madu?" Bukannya menjawab, Azka justru balik bertanya.
Pertanyaan itu jelas saja membuat Raka langsung bungkam. Seharusnya ia tahu apa alasannya, "Bang, kalau Abang gak nyaman dengan pernikahan itu. Ceraikan saja Kinan." Lirihnya. Sejujurnya ia tidak tega melihat abangnya tersiksa dengan pernikahan terpaksa itu.
Azka tersenyum sumbang mendengarnya, "Kamu pikir, Kinan akan diam saja setelah apa yang telah terjadi diantara kalian berdua? Tidak Raka, dia bukan wanita lemah yang hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Dia akan menuntut keadilan. Lalu bagaimana dengan kamu dan Alesha, apa kamu sudah siap menanggung semua resikonya? Jika iya, aku akan menceraikan Kinan sekarang juga."
"Jelas aku gak siap, Bang. Aku gak siap kehilangan Alesha." Raka menghela nafas berat. "Tapi aku juga gak tega lihat Abang tersiksa...
"Apa kamu tega melihat Kinan menderita? Coba kamu pikir, Raka. Kita punya saudara perempuan, Kak Kiara. Bagaimana kalau yang terjadi terhadap Kinan, juga terjadi pada Kak Kia, lalu tidak mendapatkan keadilan?" Potong Azka.
Raka menunduk, sungguh jalan pikirannya benar-benar buntu untuk mencari penyelesaian atas masalahnya dengan Kinan. Ia tidak tahu harus berbuat apa, Kinan menolak tawarannya untuk memberikan apapun yang dia mau selain pertanggungjawaban darinya.
Azka berdiri, "Fokus saja dengan masa depanmu bersama Alesha. Tidak usah memikirkan aku maupun Kinan," ia menepuk pundak adiknya lalu pergi dari tempat itu.
*******
"Walau Azka itu bukan anak kandung Mama tapi Mama sama sayangnya seperti Raka. Mama tidak pernah membedakan mereka berdua." Mama Flora tersenyum sembari memperlihatkan foto-foto masa kecil kedua putranya pada Kinan dan Alesha. Meski hanya anak sambung, tapi Azka yang lebih dulu ia sayangi sebelum Raka terlahir dari rahimnya.
"Ternyata Bang Azka memang sudah ganteng dari kecil ya, Ma. Gak salah kalau gedenya ganteng banget." Tanpa sadar Alesha terkekeh, sejak tadi ia hanya fokus memperhatikan foto-foto Azka. Tanpa sadar jika ucapannya barusan bisa menimbulkan kecurigaan.
Mama Flora mengerutkan keningnya, dalam hati bertanya kenapa Alesha justru memuji Azka, bukannya memuji Raka suaminya sendiri. Namun ia tetap berpikir positif, "Raka juga gak kalah gantengnya kok." Ujarnya sambil tersenyum.
Senyum Alesha seketika surut, ia langsung terlihat salah tingkah menyadari ucapannya baru saja. Ia hanya tersenyum menutupi kegugupannya.
Sementara Kinan, tampaknya tak terganggu dengan perkataan Alesha. Dia hanya fokus menatap dua foto bocah laki-laki yang ada di pangkuan mama Flora. Netranya sibuk membandingkan, benar yang dikatakan Alesha. Azka lebih tampan ketimbang Raka, tapi sejak masa putih abu-abu ia justru terpikat pada pesona Raka. Tapi mengingat apa yang telah terjadi diantara dia dan Raka, sedikit merutuki perasaannya yang bisa-bisanya berlabuh pada pria yang tidak bertanggungjawab seperti Raka.
"Sekarang pergilah berisitirahat, suami kalian pasti sudah menunggu." Mama Flora menutup albumnya. Ia rasa sudah cukup menceritakan masa kecil kedua putranya pada menantu menantunya.
"Iya, Ma. Selamat malam," pamit Alesha.
"Kamu, gak ke kamar?" Mama Flora mengernyitkan dahinya melihat Kinan masih duduk di tempatnya.
"Aku masih pengen di sini sama Mama, boleh?"
Mama Flora tampak berpikir sejenak, ia lalu mengangguk. "Masih ada yang mau kamu tanya-tanyakan tentang Azka?"
Kinan tak langsung menjawab, ia tak ingin cepat kembali ke kamar karena tidak ingin menganggu Azka. Biarlah suaminya itu tidur lebih dulu baru ia akan kembali ke kamar. Mungkin saja Azka tidak akan bisa tidur nyenyak bila ia berada di kamar, seperti semalam ketika masih di hotel. Ia tahu Azka baru tertidur menjelang subuh.
Demi mengulur waktu, Kinan berpikir. Yah, mungkin sebaiknya ia bertanya-tanya saja tentang Azka.
Cukup banyak yang ia tanyakan dan mama Flora menjawabnya dengan penuh kesabaran. Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam.
"Kinan, besok lagi ya. Mama udah ngantuk," mama Flora menguap.
"Iya, Ma. Selamat malam." Kinan pun berpamitan menuju kamarnya. Mengingat malam sudah cukup larut, ia yakin Azka pasti telah tidur. Namun, dugaannya ternyata salah. Saat masuk ke kamar, Azka masih terjaga, suaminya itu duduk bersandar di ranjang sambil memainkan ponsel.
Melihat Kinan masuk, Azka meletakkan ponsel di nakas yang berada di sana ranjang. Kemudian beranjak menghampiri Kinan, "Ngobrol apa saja sama Mama sampai jam segini baru balik ke kamar?" Tanyanya.
"Cuma ngobrol biasa saja," jawab Kinan tampak gugup.
Azka tampak mengangguk pelan, "Aku dari tadi nungguin kamu." Ucapnya.
Kinan tercengang mendengarnya, buat Azka menunggunya. "Memangnya kenapa, Bang?"
Azka tak menjawab, ia melangkah menuju nakas. Mengambil dompetnya di dalam laci lalu kembali menghampiri Kinan. Ia mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya dan memberikannya pada Kinan.
Kinan tak menyambut, ia justru menatap Azka dengan bingung. Ia bukan tidak tahu kartu apa yang diberikan Akza padanya, sebuah kartu kredit tanpa batas. Tapi untuk apa Azka memberikan padanya, tanyanya dalam hati. Ia seakan lupa dengan statusnya yang telah menjadi istri Azka.
Melihat Kinan hanya diam, Azka meraih tangannya. Meletakkan kartu itu dalam genggaman istrinya. "Untuk kamu," ujarnya.
"Tapi ini terlalu berlebihan, Bang." Kinan hendak mengembalikan, tapi Azka menahan tangannya.
"Tidak usah pikirkan yang lainnya, yang perlu kamu ingat sekarang aku adalah suamimu. Semua kebutuhanmu adalah tanggung jawabku, jadi kamu pergunakan saja kartu itu sesuka hatimu." Ujarnya.
Kinan tercengang, ia merasa tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Azka memang suaminya, tapi apakah ia layak atas nafkah itu mengingat bagaimana awal terjadinya pernikahan mereka. Sejak awal ia berpikir Azka hanya mengganti Raka, tidak pernah terpikirkan akan mendapatkan nafkah seperti yang ada dalam genggamannya sekarang.
biarkan Kinan dan azka bahagia Thor 🙏🙏🙏
intinya klo kmu mw jujur atas perbuatan kmu ke kinan meskipun kmu cinta sma alesha
Kinan sadar dari amnesia nya kasihan azka
-
ayolah Thor biarkan azka bahagia, hatinya begitu baik dan tulus buat keluarganya 🙏🙏