Apa jadinya jika kamu diajak menikah kontrak oleh seorang pria tampan, kaya, tapi arogan? Apakah kamu mau? Tentu saja tidak ada yang ingin menolak tapi ternyata tidak bagi Serena Ibrahim. Gadis itu menolak karena ia bukan wanita gampangan meskipun ia sudah dikenal sebagai gadis rental.
Bimantara ARS tidak menerima penolakan. Pria arogan itu mempunyai banyak macam cara agar gadis ingusan itu mau menikah dengannya demi sebuah taruhan.
Berbagai macam intrik dan perangkap pun dilakukan oleh pria arogan itu agar bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
Berhasilkah sang CEO arogan? Cuss ikuti, bagaimana kisah mereka selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 GRCA Nikah Kontrak
"Mas, kok ngomong begitu si?" ucap Mayang dengan tatapan tak percayanya. Arjuna hanya menyeringai sedangkan Bima hanya bisa terdiam.
"Allah benci perceraian meskipun itu halal mas," protes wanita itu lagi. Meskipun sebenarnya ia juga sangat menginginkan menantu pilihan dari suaminya.
"Lah, kalau begitu Bima harus memadunya!" titah Arjuna lagi.
"Mas?!" Mayang kembali melotot. Arjuna sekali lagi hanya menyeringai.
"Itu kalau Bima berani sih hahaha!" Pria paruh baya yang masih tampak ganteng itu lantas tertawa mengejek. Bima hanya bisa mengangkat ujung bibirnya karena cukup tersentil dengan sindiran papanya.
"Gimana Bim. Mau berpisah dengan istri barumu itu atau berani berpoligami!" tantang Arjuna semakin menunjukkan otoritasnya.
"Ya ampun mas, kamu kayak masih jetleg deh. Kok semakin kacau saja." Kembali Mayang protes akan tetapi Arjuna hanya mengedipkan matanya kepada sang istri tercinta.
"Gimana Bim?!" tanya Arjuna.
"Gimana apanya pah?" Bima balik bertanya.
"Soal pilihan yang papa berikan. Berpisah atau menikah lagi!"
"Berat amat pa. Kasih Amar saja anak sahabat papa itu."
"Eh?" Amar langsung tersentak kaget. Ia tak menyangka akan ikut masuk dalam perdebatan keluarga bosnya itu.
"Sembarangan kalo ngomong kamu! Papa gak mau!" Arjuna langsung meradang.
Aku juga gak mau pak Jun, ucap Amar dalam hati.
Bima hanya menghela nafasnya. Sungguh, ia sedang dihadapkan akan pilihan yang sangat sulit. Untuk pilihan pertama, Ia tentu saja berani berpisah dengan Serena karena hubungan mereka hanya sebatas nikah kontrak. Akan tetapi kenapa hatinya justru menolak dan berharap pernikahan itu berlangsung selamanya?.
Lalu pilihan yang kedua?
Satu istri saja, ia belum tentu bisa bersikap adil. Apalagi harus dua, macam-macam saja papa.
"Baim adalah sahabat sejati papa selain Vincent. Hanya saja ia adalah pria yang lurus-lurus dan bahkan terlalu rendah hati. Ia lebih suka hidup di kampung dan hidup sangat sederhana bersama dengan istri dan anak-anaknya," ucap Arjuna memulai kisahnya dengan sang sahabat.
"Akan tetapi saat ia sedang sakit keras, Baim sempat mengirimkan surat padaku agar mau menjaga anak-anaknya kelak kalau ia sudah tidak ada," kenang Arjuna dengan mata berkaca-kaca.
Mayang ikut terharu. Ia pun mengelus lembut tangan suaminya memberikan penghiburan.
"Caraku untuk menjaga anak-anak Baim adalah dengan menjadikan putri pertamanya sebagai anak dan juga menantu di rumah kita, Bim."
Bima mengangkat wajahnya dan menatap wajah sang papa serius.
"Kenapa harus lewat pernikahan pa? Kita kan bisa menyantuni mereka dengan memberikan uang untuk kebutuhan mereka setiap bulan," sanggah Bima cepat.
"Aku pernah melakukannya tapi kurasa itu tidak akan cukup kuat. Aku ingin hubungan kita bisa semakin dekat dengan kamu menikahi putrinya."
Bima tak bisa lagi menjawab. Papanya sepertinya tidak akan memberikan ia kesempatan untuk menolak sedangkan ia tak mungkin mempunyai dua istri. Itu pasti akan menyakiti banyak hati dalam hal ini.
"Berikan aku waktu pa ma. Aku akan memikirkan ini baik-baik."
"Yah, pikirkanlah baik-baik. Tapi satu hal yang harus kamu tahu adalah papa tetap pada keputusan papa. Mengerti kamu?!"
"Mas! Plis! Biarkan Bima tenang," ucap Mayang tak nyaman.
"Kemarin dia memutuskan menikah dadakan seperti itu apa pernah memikirkan apa konsekuensinya heh!" tatap Arjuna pada sang putra.
"Menikah itu untuk seumur hidup Bim. Tapi kenapa kamu berani melakukan hal besar seperti ini tanpa melibatkan kami, kedua orangtuamu!" Arjuna kembali menambahkan.
Bima hanya bisa menundukkan wajahnya semakin dalam. Ia akui kalau ia salah.
"Kamu mencintai perempuan itu Bim?" tanya Mayang dengan suara pelan. Bima menggelengkan kepalanya.
"Lalu? Atas dasar apa kamu menikahinya nak?"
"Aku taruhan dengan Gilbert ma. Aku menikahinya karena taruhan."
"Oh ya Allah," pekik Mayang seraya menutup mulutnya tak percaya.
Brak!
Arjuna langsung memukul meja di hadapannya dengan keras. Ia jadi ikut emosi mendengar pengakuan putranya itu.
"Kamu gak takut sama Allah sayang? Pernikahan itu seharusnya dilandasi karena niat ibadah kepada Allah. Gak boleh jadi bahan lelucon seperti itu," ucap Mayang seraya mengelus lembut bahu sang putra.
"Pernikahan adalah ibadah terpanjang Bim. Akan banyak kebaikan yang akan datang dalam sebuah kata yang sangat sakral itu."
"Pernikahan adalah sebuah wadah untuk menghimpun cinta yang diberkahi. Pernikahan adalah sebuah payung yang menaungi sebuah perjalanan penuh lika-liku hidup yang sangat indah. Setelah itu akan ada keturunan yang baik-baik yang akan hadir dari sana."
Bima tak bisa berkata-kata. Ia merasa tertampar dengan kata-kata sang mama. Serena ia nikahi tanpa cinta. Sepertinya ia tak perlu menunggu sampai musim turnamen tiba. Ia bisa membebaskan gadis itu secepatnya dan mengikuti keinginan kedua orangtuanya.
Cinta akan hadir nanti, yang pernah niatnya karena Allah dan membahagiakan kedua orangtuanya.
"Baiklah, aku akan ikuti keinginan papa dan mama. Aku siap menikah dengan anaknya om Baim," putus Bima.
"Bima?" ucap Mayang tercekat. Ia tak menyangka kalau putranya itu bisa secepat itu mengambil keputusan.
"Insyaallah aku siap ma." Bima tersenyum.
"Tapi sayang?" Mayang sepertinya belum juga percaya dengan apa yang dikatakan putranya itu.
"Aku sama Rena hanya nikah kontrak kok. Kami berdua tak punya perasaan apapun. Jadi ini murni hanya sebuah kamuflase saja agar Gilbert kalah taruhan."
"Apa? Nikah kontrak??" Mayang, Arjuna, dan Amar terbelalak kaget.
"Iya," angguk Bima santai.
"Tahu darimana kamu ada istilah nikah kontrak heh?!" wajah Arjuna langsung mengeras karena emosi.
"Aku pernah denger dari teman-teman pa."
Plak!
Arjuna semakin emosi. Ia tak sadar menepuk bahu Bima dengan keras.
"Pernikahan itu tidak sah oleh hukum Bim. Karena sangat bertentangan dengan tujuan pernikahan meskipun diselenggarakan secara agama! Nikah mut'ah atau yang lebih dikenal dengan kawin kontrak dinilai tidak sah. MUI bahkan telah mengeluarkan fatwa haram atas jenis pernikahan ini."
Kawin kontrak sangat bertentangan dengan Undang-undang No.1 Tahun 1974, karena dalam kawin kontrak yang ditonjolkan hanya nilai ekonomi, dan perkawinan ini hanya bersifat sementara.
"Kita bukan dari golongan Syi'ah yang menghalalkan pernikahan semacam itu Bim. Astaghfirullah. Semoga Allah mengampuni dosa kami."
Arjuna meraup wajahnya kasar. Sungguh, ia sangat emosi saat ini.
"Pernikahan itu pun tidak sah kalau tak ada rukun nikah yang kamu tunaikan waktu itu!" lanjut Arjuna.
"Papa takut kalau kamu sudah melakukan yang tidak-tidak dengan istri kontrak mu itu Bim. Itu haram hukumnya!" tegas Arjuna dengan wajah yang masih emosi.
"Maafkan aku pa. Tapi sewaktu aku menikahi Rena, aku melakukan video call dengan walinya di kampung. Kami tetap melakukan semuanya sesuai aturan dan rukun nikah."
Arjuna membuang nafasnya kasar kemudian segera berdiri dari duduknya. Ia meraih tangan Mayang dan meninggalkan tempat itu tanpa berkata-kata lagi. Tinggallah Bima dengan segala keruwetan di dalam kepalanya.
"Pak Bima, kenapa gak bilang-bilang sama saya sih sewaktu mau nikah. Saya 'kan bisa jadi saksi," senyum Amar.
"Ah brengsek kamu Mar!" teriak Bima kesal.
🌺🌹🌺
*Tobe Continued.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
.