Bukan terjemahan ya gaes.
Lan mei seorang yang ceria, dia baru lulus dari fakultas ke dokteran. Dari kecil dia sudah belajar bela diri dari ayahnya yang seorang guru bela diri. Hanya saja sewaktu dia kecil ibunya meninggal karena sakit, jadi dia ingin belajar kedokteran takut ayahnya sakit seperti ibunya.
Tapi naas kekasih dan temannya punya niat buruk, mereka berselingkuh di belakangnya dan berencana membunuhnya di karenakan sang teman iri dengan nilai nilai Lan mei yang bagus dan sudah mendapat undangan masuk ke dalam tim rumah sakit ternama sebagai ahli bedah dan racun. Mereka berdua merancang kecelakaan mobil, dan di detik kematiannya dia mengetahui bahwa itu ulah mereka berdua.
Tapi Lan mei tidak pergi ke surga ataupun neraka, tapi dia pergi ke jaman kuno. Menjadi anak seorang Menteri sayap kiri, yang gemuk, bodoh dan tidak tahu apa - apa, wajah jelek penuh jerawat besar.
Tunangan putra mahkota, tapi adik tirinya ingin merebut tunangannya.
Ayah bajingan hanya.. lihat prolog
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 35 Membeli grobak dari hasil menjual daging srigala.
"Apa yang kau inginkan gadis kecil," tiba - tiba salah satu binatang yang di situ berbicara. Mereka harus berani berbicara dengan gadis ini, jika tidak ingin masuk dalam masalah.
"Ahh, ternyata ada yang bisa mengerti berbicara" ucap Lan Mei senang dan sedikit melompat.
"Aku hanya ingin mengambil kulit - kulit dari mayat serigala itu." tambahnya dengan tersenyum, dan menujuk ke arah bangkai para serigala itu.
Para Binatang yang di situ sedikit terkejut dan tiba - tiba berhenti memakan, mereka saling pandang. Mereka tidak membutuhkan kulit dari serigala ini. Yang mereka butuhkan hanya dagingnya saja.
Bukankah lebih enak menikmati daging tanpa kulit..? Hah.. Kebetulan sekali, pikir para hiena itu.
"Silahkan ambil gadis kecil, tapi sisakan dagingnya untuk kami" ucap binatang itu kembali setelah, sepertinya mereka tadi diskusi.
"Tentu saja, saya sudah ada daging di rumah, saya hanya butuh kulitnya, bisa di gunakan untuk musim dingin mendatang." Ucap Lan Mei.
Dengan riang Lan Mei menguliti mayat - mayat serigala itu, yang sudah banyak robek di bulunya dia tidak ambil. Karena akan percuma juga, yang dia perlukan adalah bulu- bulu itu, supaya bisa menghangatkan tubuh mereka di musim dingin.
Ketika satu selesai di kuliti, dia mebuang begitu saja dagingnya ke hadapan para binatang yang kelaparan. Kemudian dia mencari mayat srigala lainnya dan menguliti kemudian melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
Para hiena itu dengan santai menikmati daging yang sudah bersih itu, mereka tidak berebutan lagi karena Lan Mei sudah memotong- motong daging tersebut.
Dalam satu ekor dia potong menjadi empat bagian, dan dia lemparkan kehadapan para hiena itu. Tentu saja mereka menyambutnya dengan senang.
Dia mendapatkan 5 kulit serigala yang bagus. Setelah selesai dia berpamitan dan berlalu. Sesampainya di rumah dia membersihkan kulit - kulit itu dan menjemurnya.
Ini masih banyak proses lagi agar dia bisa di pakai menjadi mantel atau selimut. Dia melihat ke arah matahari yang sudah mulai jatuh ke ufuk barat, dia memperhatikan kembali jalan yang di lalui Yen Tang.
'Kenapa dia belum kembali?' ada kegelisahan di mata Lan Mei. Dia kedalam dan memasak jantung yang dia sisihkan tadi.
Menumisnya, dan menumis beberapa sayuran liar dan mebuat soup. Ketika dia sudah selesai memasak, dia mendengar dari kejauhan suara kaki kuda. Pelan - pelan tapi pasti suara gerobak juga terdengar dari ke jauhan datang mendekat.
Dia keluar dan melihat sebuah gerobak dengan kuda di depannya dan seorang kusir, pria paruh baya yang tadi menemani Yen Tang ke pasar.
Dia melihat gerobak ini sedikit berbeda dari yang tadi mereka sewa. Kuda ini berwarna Hitam dan besar. 'Kuda yang gagah' ucap Lan Mei dalam hati.
"Nona, nona saya datang!" Ucapnya kegirangan sambil melompat turun dari gerbong kreta itu.
"Ya, bagaimana harimu? Menyenangkan berjalan - jalan?" ucapku ketus sedikit bercanda.
"Nona..." panggilnya manja.
"Hari ini penjualan ke dua serigala itu lumayan, kita bisa membeli gerbong dan kudanya dengan satu serigala. Dan satunya lagi aku membeli bahan makanan dan masih ada sisa 10 ikat coin tembaga, hmm itu.. 1 tahil kan nona?"
"Kalau satu ikat 100 koin, berarti 10 ikat 1000 koin dan itu sama dengan 1 tahil perak Yen tang."
"Benar, kita masih ada 1 tahil perak lagi dalam bentuk koin tembaga. Ini dia nona." dia memberinya ke pada Lan Mei.
"Kenapa tidak kamu yang pegang?" mereka berbincang sambil mengangkat barang - barang dari gerbong dan memasukkan ke dalam rumah.
"Tidak nona, ini sangat berat." kemudian Lan Mei mengambil koin itu dan berpura - pura menyimpan kedalam rumah, ketika tidak ada orang memperhatikan dia memasukkannya ke ruang penyimpanan.
Mereka menyusun barang - barang dari pasar itu di tempat yang tidak terkena hujan jika misalnya hujan kalau turun. Gubuk itu sungguh reot, atapnya penuh bolong begitu juga dindingnya.
Jika dia punya waktu, dia berniat memperbaikinya. Besok tidak bisa karena dia berencana besok pergi ke gunung Wudang untuk mencari rumput penyambung nyawa.
"Nona, apakah boleh saya mengikuti anda?" tiba- tiba bapak tua itu angat bicara karena sudah tidak ada barang yang mau di angkat ke dalam rumah lagi.
"Apa yang kamu lakukan jika mengikuti kami? Kami tidak punya banyak uang untuk menggajimu." ucap Lan Mei.
"Saya tidak perlu di gaji Tuan, cukup saya di beri makan. Saya akan mengurus kuda untuk anda, dan menjadi kusirnya." Dia menawarkan dirinya dengan suka rela, entah mengapa dia merasa senang untuk mengikuti gadis kecil ini.
Dia mengingat seseorang jika menatapnya. Seseorang yang dulu dekat dengannya, walau bukan hubungan seperti yang di bayangkan orang lain, tapi dia menjaganya dengan seluruh hidupnya. Hanya saja dia sudah lama menghilang, dan gadis di depannya ini sangat mirip dengannya.
String 100 koin tembaga