Lihat ! Pilot Itu Daddyku !

Setelah mendapatkan hasil penjualan rumah, Daddy Jeon beserta anak, keponakan dan istrinya pergi ke bandara. 

Hari ini adalah hari terakhir Daddy Jeon menjadi seorang pilot. Dirinya sudah memutuskan untuk resign dan mulai membangun usaha dengan hasil penjualan rumah mereka. 

Mommy Cherry mendukung keputusan suaminya, asalkan mereka bisa bahagia selamanya dengan orang tercinta. 

“Daddy ! Lavin boleh nda, ikut daddy telbang ? “. Bocah itu masih mengenakan seragam sekolahnya. 

Daddy Jeon dan Mommy Cherry duluan menjemput Jelita dan Ravin karena guru melakukan rapat dadakan sehingga anak-anak sekolah dasar dimintai pulang lebih awal, oleh karena itu kedua bocah menggemaskan untuk masih mengenakan seragam lengkap. 

“Heee Lampin, kalau kau ikut telbang daddy nda fokus keljanya ! Kau kila nyetil pesawat sama dengan nyetil mobil ! Nda ada otakna kau ! “ sarkas Jelita. 

“Ehhh ! Jeli dogel ! Nda usah nyambung, situ benelin dulu ikatan kepala bial dalahnya nda kelual ! “

Perkataan Ravin sontak membuat mommy Cherry membalikkan badannya. Benar saja perban yang masih melilit di kepala Jelita basah terkena darah. 

“Jeli, sini mommy obati luka di kepalamu ! “ ucap Mommy Cherry panik. 

“Selagammu dibuka dulu, bial dalahnya nda kena selagam. Besok masih dipakai loh ! “ tegur Ravin. 

“Ndaaaa, Jeli nda pake singlet ! “ tolak Jelita. 

Mommy Cherry mengambil p3k di dashboard  mobilnya. Setelah mendapatkannya, Mommy Cherry langsung memindahkan dirinya di kursi belakang sedangkan Ravin ia suruh duduk bersama suaminya di depan. 

“Jeli nggak ngerasa sakit, kok nggak tahu kepalanya berdarah lagi… “

“Nda mommy, Jeli nggak ngelasa sakit. Mungkin kalna Jeli pake topi ya mom begesel dia.. “ jawab Jelita polos. 

Mommy Cherry menganggukan kepalanya, entah harus percaya atau tidak selagi lukanya tidak besar ya sudah. 

“Sudah, “ ucap Mommy Cherry setelah membersihkan luka dan membalutnya dengan rapi menggunakan perban. 

“Telima kasih mommy bohai… “ Jelita mengecup pipi mommy Cherry membuat Daddy Jeon cemburu. 

“Daddy nggak dicium ? “

“Ih daddy, nda boleh cembulu ! “ seru Jelita mengejek Daddy Jeon, namun ia tetap memberikan kecupan di pipi kiri daddynya itu. 

“Kau nda cium aku ? “ tanya Ravin. 

“Ndaaaaaa yaaaa ! Alelgi cium lampin ! “ seru Jelita mendudukan diri di sebelah Mommy Cherry, mungkin karena kepalanya kembali pusing Jelita merebahkan kepalanya bersandar di dada Mommy Cherry dan memejamkan kedua matanya sedangkan Cherry ia membelai lembut kening keponakannya dengan penuh kasih sayang. 

“Mommy, sebenalnya tadi di sekolah … .. . “

****

“Jelita sudah sembuh ? “

“Sudah bu.. “ Wali kelas Jelita mengangguk, kemudian memberikan sebuah map kepada Jelita. 

“Jelita nanti berdirinya di sana ya, “ Wali kelasnya menunjuk ke barisan petugas upacara bendera. 

Hari ini adalah hari perdana kelas I tugas upacara bendera. Pasukan bocil lah yang bertugas hari ini, kelima bocah diminta untuk membaca teks sedangkan pengirik bendera dan dirigen dialihkan ke kakak kelas namun barusan Jelita merengek minta diganti karena dirinya ingin menjadi pasukan pengibaran bendera sehingga ia menjadi bocah pembawa bendera di tengah. 

“Kalian sudah siap ? “ tanya Bu Cla kepada kelima muridnya yang perdana tugas hari ini. 

“Siap ibu ! “ ucap mereka serempak. 

Kelimanya sudah dibagi tugas, Ravin sebagai pemimpin pasukan, Naura pembaca UUD, Lentera membaca sumpah pemuda, Gabrielli pembawa acara , dan Jelita pengibaran bendera. 

“Pemimpin pasukan mengambil tempat yang telah disediakan, “

Ravin datang dengan gagah, hentakan kakinya membuat para guru menahan nafas, apalagi melihat tatapan datar dan serius Ravin membuatnya sangat menggemaskan. 

“Pengholmatan pelselta upacala kepada pemimpin upacala ! “ . 

Setelah penghormatan, Ellie kembali membaca teks dibantu oleh wali kelasnya. Saat pembina upacara masuk, dan kembali penghormatan kepada pembina upacara, Ravin tanpa dibantu dengan lancar ia memimpin penghormatan walau suaranya sendiri masih cadel tapi berusaha peserta upacara tidak menertawakan suaranya yang cadel itu. 

“Kepada pembina upacala, holmaaattttt gelaaaaakkkk !! “

“tegak gelaaaakkkk !! “

Beberapa detik kemudian kini giliran Lentera membaca UUD ditemani kakak kelasnya, namun karena Lentera pintar ia dengan mudah membaca UUD walau kecadelannya masih terdengar menggemaskan. 

Sekarang giliran Jelita, bocah itu sudah siap dengan pasukannya. Kedua tangannya menjadi tempat untuk bendera. 

Pemimpin kanan mengomando pengibaran bendera hingga bendera selesai diikat dan siap dikibarkan. 

“Bendelaaaaaa siappppp !! “ teriak Jelita semangat. 

“Kepada bendela melah putih, holmatttt gelakkkk ! “ seru Ravin memimpin seluruh peserta upacara untuk hormat. 

🙏(maaf ya, ini hanyalah novel. minta maafff kalau buat novel yang ada seperti ini) 🙏

Beberapa menit kemudian upacara telah selesai, pasukan bocil berkumpul bersama wali kelasnya untuk menikmati cemilan yang diberikan guru-guru. 

“Huuuuuu, kelen nda kita jadi petugas bendela ? “ tanya Elli kepada teman sekelasnya. 

“Kelen kok, tapi kaku ! Kayak lobot ! “ ujar salah satu teman sekelas pasukan bocil. 

“Kau bilangku kayak lobot, besok kau halus tugas ya ! “ ucap Elli kesal. 

“iiii ndaaa usah lah gituuuu ! Nda sekolah nanti aku… “ serunya tak suka menjadi petugas bendera. 

“Makanya nda usah kau bilang kami lobot.. “

“Iya-iya nda kok.. “

“Jeliiiitaaa awas !! “

Jetongggg, sebuah tangkai sapu mendarat mengenai kepala Jelita yang tengah minum sehabis menghabiskan bakwan goreng. 

uhuk ! uhuk ! uhuk! Jelita terbatuk-batuk, “ aaaaaaa siapa yang mukul niiiii… “ pekik Jelita kesal merasa kepalanya berdenyut sakit. 

“Maaf Jeli… Sapunya jatuh dali lantai atas ! “ seru bocah yang melihat sebuah sapu jatuh dari atas. 

“Sakit nggak kepalamu ? “ tanya Ravin panik. Jelita mengangguk, “ sakit sedikit.. “ jawabnya pelan. 

***

“Gitu celitanya mommy… “

“Lavin nda tahu kalau beldalah disekolah, Lavin balu liat tadi …  maaf mommy, Lavin nda bisa jaga Jeli dogel hiks .. “ .

Ravin menangis takut bila kedua orang tuanya marah padanya, namun ternyata kedua orang tuanya tersenyum bangga karena Ravin memiliki rasa peka terhadap sepupunya sendiri. 

“Mommy dan daddy nggak marah sayang, malah mommy senang karena Ravin sayang sama sepupu Ravin. “

“Benel nda malah ? “ Mommy Cherry mengangguk, membuat Ravin mengelap wajahnya yang basah karena air matanya itu. 

“Sekarang, ayo kita turun. Kita sudah sampai ! “ seru Daddy Jeon. 

Jelita terbangun saat mommy Cherry melakukan pergerakan. Keempatnya berjalan memasuki bandara. Ravin memeluk tubuh daddynya, rasa ingin ikut membuatnya enggan melepaskan pelukannya dari sang daddy. 

“Daddy, benelan nih Lavin nda diajak telbang ? “ tanya Ravin cemberut. 

“ Ya gimana, daddy bentar doang kok terbangnya. Sore nanti daddy pulang ! “

“ Tapi Ravin mau ikut, “ rengek Ravin. 

“Sudahlah Ravin, Daddy juga nanti sole pulang kan daddy ! “

“Iya daddy pulang sore ! “. Ravin mengangguk lesu, setelah berpamitan Ravin terus menatap punggung sang  daddy yang kini sudah menghilang dibalik pintu kaca. 

Singkat waktu di sore hari, 

“Mommy ! Mommy ! Cepattttt !! Daddy pasti sudah keluarrrrrr !! Ayo mommy !! “ teriak seorang bocah berjalan menuju pintu kedatangan domestik. 

“Sabar sayang ! Jangan lari-lari ! “ teriak Mommy Cherry. 

Yup, Mommy Cherry dan Ravin putranya datang ke bandara untuk menjemput Daddy Jeon. 

Ravin berdiri di pagar pembatas mencari-cari keberadaan sang daddy. Satu persatu pria berseragam sama dengan daddy nya keluar. Ravin sangat tak sabar bertemu daddynya, namun saat melihat keberadaan sang daddy. Ravin berteriak. 

“DADDDYYY !! DADDY !! “

“ MOMMY LIHAT  ITU DADDY !! “

Seorang petugas bandara melihat Ravin dan bertanya , “ daddy mu yang mana nak ? “

“itu paman ! Lihat disana ! Pilot itu daddyku, paman !! “

...***...

Akhirnya triple upદᵕ̈૩

Jangan lupa dukungannya୧⌓̈⃝୨