Keinginan untuk memiliki bagi seorang gadis pada laki-laki yang sangat ia kagumi, rasa itu besar namun ia tak berani menyimpulkan bahwa itu adalah rasa suka dan sayang. Ia lebih memilih untuk menyimpulkan bahwa itu hanyalah sekedar rasa mengagumi saja.
Gadis itu berpikir, bak langit dan bumi bagidirinya untuk memiliki sang pujaan. Seorang prajurit berpangkat Mayor itu banyak di gandrungi oleh kaum hawa.
Sebuah keteguhan dari pendirian sang prajurit berpangkat mayor, membuat dirinya mempunyai sifat dingin terhadap lawan jenis. Bukan dia tidak mempunyai keinginan untuk memiliki pendamping hidup, namun dia sudah lelah selalu di sandingkan dengan wanita yang menurutnya salah.
Sehingga ia pun mempunyai prinsip, jika cinta akan datang dengan sendirinya. Tanpa harus merubah pribadinya yang di bilang super dingin oleh orang yang mengenalinya.
"Cinta akan datang dengan sendirinya, " Sampai akhirnya ia menyadari jika cinta benar-benar datang dengan send
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
"Cari siapa Dan ? " Tanya Rio pada Mayor Ararya yang dari tadi hanya celingukan ke berbagai arah.
Mayor Ararya tak langsung menggubris pertanyaan Rio, " Kamu sudah mengirim file itu kan ke email saya ? " Tanya Ararya yang balik bertanya, tanpa menjawab terlebih dahulu pertanyaan Rio.
"Sudah Dan, beres. " Jawab Rio.
Rio sangat kagum pada sosok Mayor Ararya, walau pangkatnya tinggi dan pribadinya sangat dingin juga tertutup tapi Mayor Ararya di jadi kan panutan oleh Rio, Leo dan juga Hans.
Memang di antara para pekerja Tuan Heriyanto hanya Mayor Ararya yang irit bicara, dalam menjalankan tugas pun Mayor Ararya tidak banyak bicara. Yang dia lakukan hanya lah fokus setelah itu ia menulis pesan di buku kecilnya apa bila ada hal yang harus di sampaikan pada Tuan Heriyanto.
Mayor Raka pun berjalan ke sebuah ruangan dimana di sana mereka akan berkumpul sebelum pergi mengawal Tuan Heriyanto. Rutinitas sebelum melakukan kegiatan Tuan Heriyanto selalu memberikan wejangan terlebih dahulu pada pekerja pribadinya.
Seragam yang kini di pakai oleh Mayor Ararya nampak begitu memukau. dengan seragam PDH 1 yang di kenakan nya Mayor Ararya sangat terlihat gagah dengan kesan garang juga penuh kewibawaan sangat jelas terlihat.
Mayor Ararya berjalan berdampingan dengan Rio, tatapan Mayor Ararya terkunci pada sosok wanita yang kini sedang bekerja menata ulang hiasan keramik yang ada di pojokan ruangan itu.
Rio menukikkan salah satu alisnya, lalu ia tersenyum. " Ternyata sosok ini yang membuat Komandan terdiam." ejek Rio.
Seketika Rio mendapatkan tatapan tajam dari sosok yang ia anggap sebagai Komandannya itu, " Diam. " Pekik Ararya membungkam mulut Rio.
Sementara Rio terus menahan rasa tawa di dalam dirinya. Rio dan juga Ararya terus berjalan sampai pada titik dimana Syifa sadar akan sosok dua laki-laki tersebut.
"Selamat pagi Pak. " Sapa Syifa melihat dengan tatapan bergantian ke arah Rio dan juga Mayor Ararya.
Tatapan Syifa pada Mayor Ararya lebih lama di bandingkan tatapannya kepada Rio, Senyuman manis yang di perlihatkan oleh Syifa pada Mayor Ararya mengingatkan kejadian di malam itu.
Sementara Mayor Ararya memalingkan pandangannya ke layar ponsel yang sedang ia pegang, " Jawab dong Dan kalau di sapa. " Goda Rio pada komandannya yang hanya menundukkan penglihatannya pada layar ponsel itu.
Ararya menatap ke arah Rio, " Ya sudah-sudah. biar saya yang menjawab. " Tatapan Rio pun di alihkan pada Syifa. "Pagi ... beruntung ya hiasan itu pagi-pagi sudah ada yang memperhatikan. " Goda Rio.
Syifa tersenyum,
"Sudah Ayo, yang lain sudah menunggu. " Ararya menyudahi aksi gombal Rio pada Syifa.
Syifa tersenyum kembali dan menggelengkan kepalanya kala melihat sikap acuh tapi menggemaskan yang terlihat pada diri Ararya.
"Baru saja saya mau beraksi Dan, kan lumayan senyuman manisnya untuk menambah tenaga di siang nanti. " Ujar Rio pada Ararya.
"Yang menambah tenaga itu Vitamin bukan senyuman manis seperti yang kamu katakan. " Jelas Ararya yang sama sekali tidak bisa di ajak bercanda.
"Komandan ini selalu saja cuek, padahal jika di pikir-pikir senyuman itu mampu mengalihkan dunia kita loh Dan. " jelas Rio.
Ararya menggelengkan kepalanya, khas dari Ararya adalah selalu menggelengkan kepalanya walaupun singkat namun itu terasa candu bagi siapapun yang melihatnya. Apalagi saat menggelengkan kepala di hiasi dengan senyuman manis di iringi dengan lesung pipi yang ada di pipi kanannya, membuat Mayor Ararya terlihat sangat menggemaskan.
"Ya Alloh kok ada ya, laki-laki yang pribadinya seperti Mayor Ararya. Cuek, tegas, dingin penuh wibawa jadi takut ngebayangin nya. Takut jatuh cinta .... hahahaha. " Gumam Syifa dalam hatinya lalu ia tersenyum.
Ararya melihat Syifa sepintas saat tersenyum, lalu ia pun ikut tersenyum tipis saat itu.
Rutinitas di hari itu lumayan melelahkan bagi Ararya, keringat membasahi tubuhnya kala mengatur semua wartawan yang ingin meliput kegiatan itu.
"Tolong atur pekerjaan, jangan seperti ini. " Ucap tegas Ararya dengan gerakan tangannya membuat siapapun langsung menuruti ucapannya.
Tidak ada senyuman sedikitpun tergurat di wajah Ararya, ia tetap fokus pada keamanan Tuan Heriyanto. Sampai akhirnya tatapan itu terkunci pada seseorang yang menurutnya sangat mencurigakan.
Ararya mencari keberadaan anak buahnya, Ararya memberikan kode pada seseorang yang mengenakan pakaian hitam-hitam yang selalu ada tak jauh keberadaan dari Mayor Ararya.
Laki-laki tersebut mengerti dan langsung mengamankan orang yang di anggap mencurigakan oleh Mayor Ararya.
Dalam beberapa menit Ararya mendapatkan pesan singkat, bahwa sasaran sudah di amankan dan memang sasaran itu membawa hal yang di anggap membahayakan.
Ararya berjalan ke satu arah dimana di sana ada Leo, Rio dan juga Hans.
"Jangan jauh-jauh dari Pak Heriyanto, ada hal yang mencurigakan. Beri tahu yang lain, Target sudah di amankan saya akan mengambil alih sasaran itu sekarang. Tugas keamanan saya serahkan pada kalian. Wawancara akan selesai dua menit lagi, setelah itu cepat bawa bapak ke dalam mobil. " Bisik Ararya memberikan perintah serius pada ke tiga rekan kerjanya itu.
Seketika wajah Leo, Rio dan Hans menegang. Mereka berdiri sangat dekat dengan Pak Heriyanto yang sedang ada di tengah kerumunan para tamu dan juga wartawan.
Dalam ruangan sepi tidak ada siapapun Ararya menghampiri anak buahnya, di sana sudah terlihat seseorang yang sedang duduk di lantai di kelilingi senjata yang di pegang oleh ke tiga anak buah Ararya.
Orang itu merupakan laki-laki dewasa yang mengenakan masker dan juga Topi, laki-laki itu memeluk erat tas yang sedang ia bawa. Terlihat sebuah botol air di hadapannya.
Saat Ararya ingin mengintrogasi laki-laki itu tanpa di duga laki-laki itu menekan botol air itu, sehingga air yang ada di dalamnya menyembur ke sembarang arah, beruntung Mayor Ararya yang tadi nya sedang dalam posisi jongkok langsung berdiri.
"Awas Dan itu air keras. " Teriak kuat salah satu anak buah Ararya.
Tanpa lama lagi Ararya mengambil borgol dan memakaikannya di kedua lengan orang itu.
"Bawa dia ke markas, jangan sampai ada orang yang melihatnya. " Perintah Ararya pada anak buahnya.
"SIAP LAKSANAKAN ! " jawab cepat dan sigap anak buah Ararya pada Ararya.
"Aaahhhh sial ! " Umpat Ararya melihat luka di lengannya.
Luka itu terasa sangat perih dan juga panas, walaupun begitu Ararya harus menahannya sampai tugasnya selesai.
Di dalam mobil menuju kepulangan ke rumah dinas, Ararya mendapatkan instruksi dari Pak Heriyanto. Seketika keamanan militer pun sigap mengusut kejadian itu.
Mayor Ararya mendapatkan pujian dari Pak Heriyanto karna kejelian nya saat bertugas, Walaupun begitu Ararya tak merasa dirinya hebat. Malah yang ia rasakan saat ini adalah sebuah kegagalan karna tak bisa melumpuhkan lawannya di tempat. Karna ia sadar itu bukan wewenangnya.
Setelah sampai, Ararya langsung masuk ke dalam kamarnya menunggu Dokter untuk mengobati lukanya.
apkh ini ud tamat