seorang guru di sebuah sekolah menengah atas, tak pernah menyangka bahwa liburannya ke desa akan membawa petaka baginya.
perkara burung peliharaannya yang lepas, ia harus berurusan dengan seluruh warga desa, Jono yang berniat menangkap burung beo kesayangannya itu malah menangkap Sisil saat ia menaiki balkon rumahnya, seorang gadis remaja SMA kelas 3.
jeritan Sisil pun menimbulkan salah paham oleh para tetangga, sehingga Juno dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi Sisil.
awalnya ia menolak karena ia juga sudah mempunyai kekasih hati di kota
demi menenangkan warga desa ia terpaksa menikahi Sisil secara rahasia yang hanya dihadiri oleh beberapa warga saja.
akankah Juno tetap merahasiakan istri kecilnya itu dari semua orang? atau malah menceraikannya demi kekasihnya di kota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur_ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nafas buatan
Alya merasakan sesak memenuhi dadanya saat ini . Hati mana yang tidak merasa kesal cemburu jika sang kekasih terkesan lebih memperhatikan wanita lain.
Perhatian Juno terhadap sisirl di nilainya terlalu berlebihan, padahal Sisil yang bisa saja berbelanja keperluannya sendiri ,tak ingin kalah dari seorang gadis yang pagi ini hanya anak kecil , Alya pun berusaha mencoba mendominasikan, juno seolah dirinya adalah prioritas utama lagi lelaki itu
"Urusan Sisil sudah selesai kan ?" alya melingkarkan tangannya di lengannya kasih nya, tanpa memperdulikan apapun di sekitar "Sekarang temenin aku belanja yuk"
"Tapi sisil yang gimana ?" Tanya juno
"Sisil bisa pulang sendiri nanti ,aku akan pesan taksi online untuk dia"
"Al, Sisil itu baru saja tinggal di kota ini! Nggak mungkin kita biarin dia pulang sendirian"
Rasa kesal muncul dalam tatapan Alya, namun berusaha ditutupinya dengan senyum
"Saya nggak apa-apa Om , sambil Om Juno temenin ke Ayah belanja , saya bisa ke swalayan dulu , mau beli keperluan dapur nanti saya tunggu Om Juno di lobi aja ya ?"
"Kamu yakin sil?" gadis itu mengangguk pelan
"Atau Nico aja yang temenin Sisil , kamu nggak buru-buru kan nih ?" ide Alya pun disambut positif oleh Niko
"Boleh banget, Lagian nggak buru-buru kok , Juno bisa temenin Alya berbelanja dulu, biar sisil sama aku" ucap Niko mantap
Senyum pun merasa sempurna di bibir merah muda alya , sementara juno masih dengan wajah datarnya
Ketika Niko dan Sisil melangkah menuju toko Swalayan, Ia hanya memandangi punggung istrinya yang perlahan menjauh
***
"Jadi kamu sekarang tinggal sama Juno ya ?" tanya niko sambil mendorong troli belanjaan sisil
"Iya Kak" , Sisil yang menjawab singkat . Manik coklatnya tertuju pada beberapa sayuran dan buah segar yang tertata rapi di rak. Iya tampak kebingungan setelah melihat harga yang tertera , semuanya Sangat jauh berbeda dengan harga di pasar
"Memangnya orang tua kamu ke mana sampai kamu ikut zona sekolah di kota ?"
Sejenak sisil terdiam ,dalam hitungan detik wajahnya mendadak berubah murung dan Niko dapat melihat itu.
"Maaf saya tidak bermaksud untuk ngepoin kehidupan kamu" Ucapnya sedikit merasa bersalah , Tidak semua orang suka menceritakan kisah hidupnya bukan ?
"Nggak apa-apa kak" gadis belia itu menarik sudut bibirnya , membuat lesung pipi yang menghiasi wajahnya terlihat jelas . Tampak manis dan Ayu . "Orang tua saya sudah meninggal pada saat saya masih kecil , Saya cuman mempunyai kakak Ipin"
"Dia siapa ?"
"Kakak saya yang tinggal di kampung"
"Kamu masih punya kakak ?"
"Masih Kak , kakak saya seumuran sama Om Juno"
"Terus kenapa kamu malah ikut Juno ? Kalau masih mempunyai kakak kandung ?" Pertanyaan itu kembali membungkam Sisil , seketika nafasnya terus sesak . Kejadian burung lepas yang berlangsung kurang dari waktu 10 menit Beberapa hari lalu itu berhasil mengubah seluruh hidupnya.
"Mau lanjut sekolah di sini aja Kak , tapi setelah lulus nanti Saya akan pulang ke kampung"
"Oh..." Niko mengangguk mengerti "Nggak lanjut kuliah di sini?"
"Belum tahu, soalnya biaya kuliah mahal , biaya sekolah Saya di sini saja ditanggung oleh om Jono . Saya nggak enak kalau harus ngerepotin terus, mungkin nanti sambil cari kerja dulu, kumpulin uang buat kuliah"
"Memangnya Kakak kamu nggak ngebiayain kamu?"
Sisil menggeleng pelan , "Enggak kak , Kak Ipin Cuman kerja serabutan . Saya nggak mau jadi beban lagi dari kecil Kak Ipin sudah merawat saya seorang diri"
ada rasa kagum terhadap Sisil yang dirasakan Niko , tak disangka dibalik usia muda itu ada kedewasaan di setiap sikap dan pemikirannya . Sangat berbeda dengan Alya yang memiliki usia jauh di atas Sisil , tapi kadang bersikap seperti anak kecil
"Oh ya , saya boleh meminta nomor telepon kamu nggak?" tanya niko dengan santai
"Saya nggak punya HP kak" jawab Sisil apa adanya
"Nggak punya Hp?" alis tebal niko berkerut tipis, dipikirannya agak mustahil dengan jika anak zaman sekarang tidak memiliki ponsel , "Kamu serius nggak punya HP ? Atau hanya alasan karena kamu nggak mau ngasih nomor telepon ke saya ?"
"Saya memang nggak punya Kak, saya nggak bohong"
"Oh..." Niko mengangguk paham, wajah polos Sisil sama sekali tidak lihat seperti seorang pembohong
Sisil Yang akan mendorong troli belanjaan , tetapi Niko menarik pergelangan tangannya. Hingga membuat langkah gadis belia itu terhenti
"Apakah ini saja untuk bayarnya !" Ia mengeluarkan selembar kartu dari dompet menyerahkan kepada Sisil
"Makasih Kak , tapi nggak usah saya, ada kok dikasih om Juno tadi siang"
"Udah nggak apa-apa pakai ini aja , uang dari junobisa kamu pakai jajan saja"
" jangan kak , nanti saya dimarahi oleh om Juno" tolak Sisil dengan santun
Lagi-lagi Niko merasa kagum dengan gadis belia itu , tak hanya dewasa , Sisil juga tidak memiliki kadar matre dan tidak memanfaatkan kebaikan orang lain . Padahal awalnya Niko hanya mengetes Gadis itu dengan memberikan kartu debitnya
"Calon istri solehah nih" gumamnya dalam hati
***
Sejak memasuki toko perhiasan Juno tampak tidak tenang, beberapa kali ia melihat melirik keluar atau memainkan ponselnya demi mengusir jenuh . Menemani wanita berbelanja itu memang sangat membosankan . Alya yang tadinya ingin berbelanja perlengkapan kosmetik malah ia masuk terlebih dahulu ke toko perhiasan.
"Sayang , ini bagus nggak ?" Alya menunjukkan sepasang cincin kepada Juno
"Mana aku tahu kalau itu bagus atau tidak ? Aku nggak tahu Selera kamu" jawabnya Acuh tak acuh
"Kok kamu gitu sih jawabnya" wanita itu berdecak kesal
"Terus aku harus jawab apa Al ?" Ujar Juno malas , ia melirik arloji yang melingkari pergelangan tangannya
"Kamu kayak nggak ikhlas nemenin aku deh"
"Ya ampun serba salah banget jadi laki-laki , Ya udah kalau suka tinggal ambil "
Manik wanita itu membina rasa seketika "Kayaknya seru kalau kita memakai cincin couple-an deh ,iya kan ?"
"Terserah kamu"
Dengan senyum lebar , Alya melirik karyawan toko ambil menggeser kotak cincin "saya ambil yang ini , mbak"
"Baik, silakan melakukan pembayaran kasir dulu ya"
Baru saja Juno dan Alya melangkah menuju kasir , tiba-tiba alarm tanda bahaya terdengar di mana-mana , disusul dengan pengumuman agar pengunjung segera meninggalkan gedung tersebut
Alya pun langsung panik dan berpegang lengan pada kekasih nya itu "Ada apa ini? Kenapa mereka meminta gedungnya harus dikosongkan?"
"Aku nggak tahu?"
Keduanya lantas meninggalkan toko perhiasan , terlihat kerumunan orang saling berlomba meninggalkan gedung tersebut
"Ada apa ya Mas ? Kenapa ada pengumuman gedungnya cepat dikosongkan ?" Tanya Juno kepada seorang petugas kebersihan yang hendak keluar
"Pada kebakaran di Swalayan, Mas , apin-nya sudah menjalar Kak toko sebelah" jawab lelaki itu , dan pergi tergesa-gesa
Informasi yang didengar Juno seketika panik
"Sisil...Jangan-jangan dia masih berada di Swalayan?"
Tanpa kata Juno hendak melangkah , namun Alya menarik tangannya, sehingga Juno langkahnya terhenti seketika
" mau ke mana Juno ? Kita harus cepat keluar dari sini !" Desak Alya
"Tadi Sisil pergi ke swalayan Al"
"Ya nggak usah panik begitu Juno ! Ia pasti sudah keluar sama Niko , Yok kita keluar sekarang apinya menjalan dan kita dikepung oleh api" Alia semakin panik apalagi asap sudah menyebar ke seisi gedung
"Kamu keluar duluan , Aku mau cari Sisil dulu!" dia melepas tangan Alya yang menggenggamnya erat
"Tapi, Juno...."
"Nggak ada tapi-tapian ! kamu keluar saja duluan !" bentak Juno, lalu tampak permisi nerobos orang-orang yang hendak keluar
Sementara Alya terdiam sejenak di tempat berdirinya. Ia hanya memandangi punggung sang kekasih yang perlahan menjauh
Untuk kesekian kali alya harus merasakan terasa cemburu, bukannya melindungi dirinya dan mengantar keluar dari gedung , Jono malah tergesa-gesa mencari sisil padahal ada dirinya yang juga perlu dilindungi .
"Kamu keterlaluan Juno , Seharusnya kamu menjaga aku karena aku calon istri kamu"
Sementara itu di sekitar Swalayan ....
Asap Putih mulai mengepul dari bagian dalam , suasana sekitar semakin tidak kondusif . Orang-orang berlarian dengan panik menyelamatkan diri , manik Juno memperhatikan setiap orang yang berlalu , namun di antara orang ratusan itu tidak tampak sisil ataupun Niko
"Sisil?" ia memanggil sekuat tenaga pandangan Berputar Ke segala penjuru
Panik membuat juno berpikir dengan jernih . Ia nekat menerobos para petugas keamanan yang berjaga
"Tunggu Pak ! Mau ke mana ?" Tanya dua orang petugas keamanan yang berjaga
"Saya mau masuk Pak ! Istri saya ada di dalam !" Teriak Juno. Berusaha memberontak , dua lelaki yang berbadan besar itu memegangi lengannya kuat-kuat
"Di dalam sangat berbahaya , api mulai menjalar . Selain itu Masih banyak orang yang terjebak !"
"Tapi istri saya masih ada di dalam !" Juno membentak keras
Tak diberi izin untuk masuk yang membuatnya murka , kepalan tinju pun menjadi hadiah paling menyakitkan bagi masing-masing petugas keamanan itu . Keduanya terjeramba ke lantai dengan hanya sekali pukulan
"Jangan halangi saya , atau kalian saya hajar juga seperti mereka !" Bentak juno kepada beberapa petugas keamanan yang berusaha menghalanginya
Sebagai seorang pelatih bela diri, tentu saja adu jotos dengan beberapa orang sekaligus ada Hal mudah bagi Juna
Salah seorang kepala keamanan akhirnya memberi izin untuk masuk , membuat juno segera mengambil langkah seribu
Menghitung memasuki Swalayan , asap tebal menyambut dan membuat jarak pandang berkurang . Juno panik dengan ke sana ke sini mencari Sisil
"Sisil! kamu di mana ?" Panggil Juno , Ia memperhatikan beberapa pengunjung yang berlari keluar "Sisil!... Niko!"
Juno terbatuk-batuk, kepulan asap yang berasal dari sebuah ruangan membuatnya kesulitan menyambung nafas , sambil menutup hidung dengan jari . Ia terus berjalan mencari sang istri "Sisil! Kamu masih ada sini?" teriak Juno sekali lagi
"Juno, Sisil ada si sini!" samar-samar Jono dapat mendengar suara Niko dari kejauhan . Cepat cahaya kilat , Iya melangkah menuju sumber suara
Pasang mata Juno membelak saat melihat Sisil terbaring di lantai , kedua tangannya refleks mengepal . Niko tampak duduk di samping Sisil . Tangannya mengapit hidung gadis itu , Lalu membukukan kepala dan mendekatkan wajahnya pada Sisil .
Tanpa kata juno langsung berlari, menerjang Niko sebelum kedua bibir itu benar-benar menyatu , Ia mendorong bahu Niko sekuat tenaga sehingga tubuh sang sahabat terhuyung ke belakang.
"Lepasin dia!" geram Juno
"Aku cuman mau ngasih dia nafas buatan karena dia pingsan"
"Bangs*at! Kamu nggak punya hak untuk menyentuh Sisil!" lagi, Juno berteriak penuh amarah hingga membuat Niko terheran
Juno meraih tubuh lemah itu dan memeluk nya "Sisil...Bangun, sil!" sambil Juno sambil menepuk-nepuk pipinya , namun tak ada respon apapun dari Sisil
Juno yang panik kembali membaringkan sang istri ke lantai , kemudian mengapit hidung dengan jari , lalu menyatukan bibir mereka . Dua kali Ia memberikan nafas buatan kepada Sisil
Tanpa disadari Juno, Alya sedang menatap dari kejauhan , wanita itu dia mematuhi melihat Juno sedang menyatukan bibirnya dengan bibir Sisil.
Bersambung...