GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10.
"Sini,Na, duduk disebelah Mama," ujar Mira.
Redyna mendekat kearah mamanya dan duduk disebelah kanan wanita paruh baya itu. Ia masih melempar senyum untuk para tamu papa nya
Redyna mulai merasa kan dirinya diperhatikan dengan begitu intens. Dengan tidak sengaja, gadis itu melirik pria dewasa yang terus menatap nya Tampa berkedip.
Dalam hati ia berdecak , Lewat ekor matanya. Redyna mengawasi pria itu dan sungguh ia benar-benar risih.
Apa ada yang salah dengan penampilan nya?"ia rasa tidak,lantas kenapa pria itu menatap nya dengan terang-terangan tampa berkedip.
" Perkenalkan,ini putri bungsu kami, namanya Redyna Inara Adhitama, kenal kan mereka adalah Om Bagas dan istri nya Tante Resti, lalu sebelah nya ada nak Gavin,anak mereka." Mira memperkenalkan putri nya pada ketiga orang tersebut.
Demi kesopanan, Redyna melebarkan senyumnya, sampai mata nya menyipit,serta gigi putih nya terlihat.
Melihat senyum Redyna yang semakin manis dan itu tidak baik untuk kesehatan jantung nya. Gavin berusaha menahan diri dan mengalihkan pandangan nya.
Gavin mulai resah, tiba-tiba tubuhnya merasa gerah. Bahkan titik-titik keringat sudah ada di pelipis nya. Apa yang terjadi pada tubuhnya? Kenapa disaat melihat senyum manis itu tubuhnya bereaksi berlebihan?
KENAPA?
Shaka jadi teringat sesuatu, lantas ia menatap putri nya dengan heran." Abang mu mana? Perasaan, tadi kamu keluar nya berdua, terus kenapa kamu Malah datang sendiri?
" Bang Raga langsung pergi pas nurunin Dyna didepan rumah. Katanya dia mau kerumah pacar nya,mau masangin gas." Jawa Redyna.
Pria paruh baya itu masih tidak menyangka,jika anak sulung nya sudah mempunyai kekasih.
Shaka berharap, Raga kerumah kekasih nya tidak melakukan hal-hal aneh. dan benar-benar hanya untuk memasang gas disana.
" Tadi Lo mau ngomong apa Gas?"Tanya Shaka mengingat tadi Bagas belum selesai bicara karena terpotong dengan kehadiran anak bungsunya.
"Emm, gue kesini tuh sebenernya mau--" saya ingin melamar Redyna, putri om untuk menjadi istri saya." serobot Gavin memotong ucapan Papa nya. Terlalu lama jika papanya yang bicara pikir nya.
"Apa?!" teriakan yang penuh dengan keterkejutan dari Redyna, membuat Gavin sedikit terkesiap.
" Anak saya masih kecil, nggak ada nikah-nikahan!" Shaka dengan cepat menolak mentah-mentah permintaan anak dari teman nya itu.
" Anak Om udah pantas untuk menikah, walaupun usia nya masih muda" ucap Gavin.
"Saya bilang nggak ya nggak, lagian si Dyna belum bisa apa-apa, jangankan masak, masangin seprei aja dia nggak bisa. Gimana mau jadi istri.
"Nggak masalah Om,ada saya,biar saya yang membimbing nya,dan mengajar kan apa yang belum bisa anak Om lakukan, setelah kami menikah.
Bagas menatap takjub putra nya, tidak biasa -biasa nya Gavin mengeluarkan kata-kata sebanyak itu.
Shaka terdiam, mungkin dia sedang mempertimbangkan ucapan Gavin barusan.
Beberapa saat kemudian, Shaka membuka suara nya." ok saya terima lamaran Kamu. Tapi saya nggak tau, kalau Dyna bakal menerima lamaran Kamu atau nggak."
Lantas Gavin menatap Redyna ,yang seperti nya gadis itu sedang bimbang. Gavin terus menatap Redyna dengan wajah datar dan tatapan intens nya, menunggu jawaban dari sang gadis.
" Nggak bisa, Dyna masih sekolah."
Dalam seketika,mata Gavin terpejam. Tidak kuat mendengar penolakan dari gadis pujaannya. Suara Mira terdengar dan bertanya pada putrinya.
Gavin berharap calon ibu mertua nya itu sedikit membujuk atau memaksa Redyna untuk menerimanya.