Meraih Cinta Sang Ajudan.
Dalam sejuknya taman di sebuah fakultas kedokteran terlihat seorang gadis bernama Asyifa Nazia sedang duduk di sebuah kursi taman, Dia sering di sapa Syifa oleh siapapun yang mengenalnya.
Syifa merenungi tentang nasib apa yang akan menimpa dirinya di kemudian hari. Seperti saat ini, dimana nasib buruk sedang menimpanya.
Sebuah keberuntungan kini tak lagi berpihak pada Syifa, program beasiswa yang selama ini ia dapatkan lepas begitu saja tanpa tahu alasannya apa. Biaya kini menjadi salah satu masalah Syifa untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang Dokter.
Dengan terpaksa Syifa mengajukan cuti pada fakultasnya dengan alasan yang memang ada pada masalah biaya.
"Masa cuti kuliah kamu sudah di setujui oleh pihak fakultas, apa yang akan kamu lakukan kedepannya ? " Tanya salah seorang sahabat pada Syifa yang baru datang menghampirinya.
Syifa menoleh pada Nia sahabat terdekatnya itu, "Yaaaa ... aku harus berusaha mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang untuk biaya kuliah ku nantinya, yang aku pikirkan sekarang dimana aku harus mencari pekerjaan itu ? "
"Bukan kah kamu di tawari kerja oleh Soni ? " Sahut Nia.
Syifa menggelengkan kepalanya, " Ibu ku tidak mengijinkan diriku untuk kerja ikut Soni, lagian kamu sendiri tahu Soni kan bekerja menjadi Bartender. Males kalau harus berhadapan dengan dunia malam, itu beresiko. " Jelas Syifa.
Nia yang notabene nya adalah seorang anak dari penjabat merasa kasihan pada sahabatnya itu, mengingat Syifa adalah salah satu orang yang memotivasinya untuk semangat kuliah.
Kuliah kedokteran kini sedang di jalani oleh Nia dan juga Syifa, walaupun mereka berbeda kasta tapi mereka tetap bersahabat. Nia yang notabennya seorang anak penjabat sementara Syifa hanyalah anak dari seorang Buruh.
"Lagian apa sih yang membuat beasiswa kamu di cabut Faa ? Kamu kan sampai detik ini masih bisa mempertahankan gelar salah satu Mahasiswi teladan dan prestasi kamu pun tidak menurun malah terus naik, " Keluh Nia sangat menyayangkan keputusan pihak yang mencabut program beasiswa atas nama sahabatnya itu.
Syifa berusaha tenang dan berusaha kuat di hadapan Nia. " Sudah lah, biarkan saja. Lagian apapun alasan mereka, aku akan tetap bekerja keras untuk cita-cita ku ini. Bukan kah kita sudah berjanji akan menjadi Dokter spesialis hebat bersama-sama, iya kan ? "
Nia tersenyum, itulah salah satu alasan kenapa Nia mau bersahabat dengan Syifa. Karna Syifa sangat berdampak baik bagi dirinya, mereka saling memeluk satu sama lain. Saling menguatkan satu sama lain.
Nia tidak akan tinggal diam di atas penderitaan Syifa, Nia tahu bahwa biaya kini menjadi masalah bagi diri Syifa.
Hingga akhirnya Nia meminta bantuan Papahnya untuk mencarikan pekerjaan untuk sahabatnya itu, walaupun itu tidak gampang bagi Nia tapi Nia tidak akan putus asa. Nia terus meyakinkan Ayahnya untuk membantu Syifa.
Pada akhirnya Ayah Nia setuju dengan permintaan anaknya itu.
Nia bergegas pergi ke sebuah Kost'an sederhana yang tak jauh dari rumahnya, kost'an itu di tempati oleh Syifa selama menjadi mahasiswi di fakultas itu.
"Ada apa Nia ? Jangan bikin aku khawatir. " Ucap Syifa melihat Nia berjingkrak-jingkrak tak jelas.
"Aku punya kabar baik untuk kamu Faa ... " Jawab Nia pada Syifa.
Tubuh Syifa di bawa ke kanan dan ke kiri oleh Nia saking senangnya, " Apa ? "
"Aku berhasil membujuk papah untuk mencarikan pekerjaan untuk kamu, kamu bisa bekerja di sana. Dan aku dengar gajinya pun cukup menggiurkan. " Jelas Nia.
Syifa pun tak kalah bahagia mendengar kabar baik itu. " Benar kah ? Ya Alloh terimakasih. "
Seketika Nia terdiam saat tahu pekerjaan itu hanyalah menjadi seorang pekerja rumah tangga. Nia menjelaskan itu pada Syifa dengan perasaan yang tidak enak.
"Ya ampun Nia tidak apa-apa kok, apapun pekerjaan asal halal aku mau kok apalagi pekerjaan halal itu upahnya sangat menjanjikan. " Jawab Syifa tidak merasa terhina dengan pekerjaan tersebut.
Syifa itu termasuk wanita yang pekerja keras, Syifa pernah beberapa kali mendapatkan tawaran oleh seseorang yang bekerja di club malam. Seseorang itu menjanjikan upah yang sangat besar bahkan di luar nalar jika saja Syifa mau melayani laki-laki hidung belang. Tapi Syifa menolaknya.
Wajah Syifa bisa di bilang cantik. Hingga tawaran menjadi wanita malam pun sering ia dapatkan, Syifa sama sekali tidak tergiur berapapun upahnya itu.
"Kalau begitu besok kamu datang kerumah ku, nanti biar Pak sopir yang mengantar kamu ke tempat kamu bekerja. Semangat ya Faa ! Demi cita-cita kita. " Ujar Nia.
Syifa pun memeluk sahabatnya itu, Syifa sangat berterimakasih atas apa yang sudah Nia lakukan untuknya. Syifa sangat bersemangat saat itu, masa cutinya selama satu tahun tidak akan ia sia-siakan.
Syifa berjanji akan bekerja dengan giat walaupun hanya seorang pekerja rumah tangga, ia berjanji tidak akan membuat Nia kecewa.
"Alhamdulillah, akhirnya jalan sudah terbuka untuk ku Ya Alloh. " Gumam Syifa setelah Nia pamit pulang dari kost'an nya itu.
Perasaan yang tadinya hampa kini terisi kembali, belum ada yang memberikan nya semangat terkecuali Nia dan juga Ibunya. Jasa mereka tidak akan pernah Syifa lupakan.
"Terima kasih Bu, ini berkat doa Ibu. " Syifa menatap foto Ibunya yang iya pasang di tampilan layar depan ponselnya.
Kini Syifa semakin semangat kembali untuk mempelajari buku tebal ilmu kedokteran itu, meskipun Syifa mengambil cuti iya tetap harus belajar di waktu luangnya.
Bagi siapapun pasti enggan membaca halaman demi halaman buku tebal itu, apalagi untuk mempelajarinya. Hal itu tidak berlaku bagi Syifa, dengan membaca iya akan mendapatkan ilmu.
Sebuah ilmu yang nantinya akan bermanfaat bagi masa depannya. Dokter Spesialis anak dan juga Spesialis dalam adalah cita-cita Syifa, entah mana yang akan dia raih nantinya.
Hari pun berlalu.
Di pagi hari Syifa sudah bersiap dengan bawaan pakaian yang hanya beberapa stel saja, ia datang ke rumah Nia sangat tepat waktu. Karna Nia pernah bilang jika Ayah nya sangat tidak suka dengan seseorang yang bertanggungjawab.
"Terima kasih Om-tante atas bantuannya ! " Ujar Syifa ramah pada kedua orang tua Nia.
Nia merasa sedih karna kini tidak akan ada lagi sosok Syifa di kampus, tapi Nia menyuruh Syifa untuk sering-sering memberikan kabar padanya.
"Jangan sedih, nanti Syifa di sana akan bekerja dengan Om Ararya. " Jelas Ayah Nia melihat kesedihan di raut wajah anaknya. "Papah sudah menitipkan Syifa pada Om Ararya, tapi ya begitu Syifa Om hanya bisa mencarikan kamu pekerjaan seperti apa yang di jelaskan oleh anak Om. " Sambung Ayah Nia pada Syifa.
Nia berbisik pada Ayahnya, " Papah, kenapa menitipkan Syifa pada Om Ararya. Nia tidak percaya padanya, Om Ararya kan tipe orang yang sangat tertutup di tidak bersahabat dengan siapa pun Pah. "
"Namanya juga abdi negara Nak, ya wajar jika Om kamu memiliki sifat tertutup. " Jawab Ayah Nia yang bisa di dengar oleh Syifa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Siti Julaeha Julai
kayaknya seru
2024-06-24
0
sakura
..
2024-05-06
0
Nurhayati Nia
haii thorr aku mampir di karyamuu
2024-04-28
0