Meraih Cinta Sang Ajudan.

Meraih Cinta Sang Ajudan.

BAB 1

Di sebuah taman terlihat seorang gadis sedang duduk seorang diri.

Tas slempang yang warnanya sudah hampir pudar ia simpan di pangkuannya, di tambah beberapa buku di atasnya. Buku tentang ilmu kedokteran adalah buku yang sering di baca untuk di pelajari oleh gadis tersebut.

Wajah yang sendu menatap kemana arah angin itu tertiup. beberapa helai daun yang keringpun mulai berjatuhan, mata gadis itu mengikuti kemana hembusan angin akan membawa daun kering itu pergi. hiliran angin seakan menembus tubuh gadis itu.

Ia menghela napas dalam, dan merasakan hal yang sedang ia rasakan, "Kenapa baru kali ini aku merasakan hal yang beda ! saat hembusan angin itu menembus tubuhku, kali ini kau tidak menyejukkan diriku wahai angin. Melainkan kau menambah rasa sakit di tubuhku, menambah beban di pikiran ku. " keluh kecil gadis itu pada tiupan angin yang berhembus.

Raut wajah sedih nampak jelas terlihat di raut wajah gadis yang bernama Asyifa Nazia yang kini berusia 25 tahun.

"Syifa ....... ? " Tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya dari arah belakang.

Syifa langsung menoleh, dan mencari dimana sumber suara itu berasal.

"Nia .... " Jawab Syifa saat tau sahabatnya datang dan menghampirinya.

Nia melihat wajah Syifa sangat murung, sampai Nia pun sadar jika kini wajah Syifa sedikit pucat.

"Jangan begini, kamu pasti bisa Syifa. Aku yakin Tuhan merencanakan hal baik untuk mu, " Ucap Nia merasa khawatir pada Syifa yang sudah menjadi sahabatnya itu.

Syifa hanya tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya. " Entah lah, mungkin cita-cita ku hanya sampai sini saja. "

Nia sontak syok mendengar keputus asaan sahabatnya, " Apa ? Seorang Syifa, gadis yang selalu optimis sekarang berubah menjadi gadis pesimis dalam waktu yang singkat ini ! "

Syifa hanya terdiam, dan memang saat ini dia merasa sangat putus asa, program beasiswa yang selama ini Syifa dapat harus berhenti begitu saja di tengah perjalanan menuju cita-cita yang di inginkan oleh Syifa.

Menjadi Dokter spesialis adalah cita-cita Syifa dan juga orang tuanya, karna program beasiswa tak bisa Syifa dapatkan lagi. Ia pun menjadi putus asa saat ingin mewujudkan cita-citanya menjadi seorang Dokter spesialis, masih banyak langkah-langkah yang harus di tempuh oleh Syifa. Karna program beasiswa hanya mengantarkan Syifa pada program sarjana kedokteran saja, masih banyak program yang harus Syifa lalui.

Kini biaya menjadi masalah terbesar bagi Syifa.

Jika tidak ada beasiswa, bagaimana Syifa bisa melanjutkan pendidikannya. Syifa hanya terlahir dari keluarga kurang mampu, kedua orangtuanya tak mampu membiayai kuliah kedokteran yang di inginkan oleh Syifa.

Tapi Syifa tak menyalahkan keadaan kedua orangtuanya, ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri, " Mungkin aku yang tidak bisa stabil dalam belajar, sehingga presentasi ku menurun. Dan beasiswapun di alihkan pada orang yang lebih berprestasi daripada diriku. "

"Tidak, bukan itu. Tapi kamu sedang di uji untuk lebih giat lagi untuk cita-cita mu itu, cita-cita kita. Apahkah kamu lupa, impian kita adalah menjadi seorang Dokter spesialis Anak dan kita pasti dan harus mendapatkan atau mewujudkan impian kita. " Nia terus memotivasi Syifa dengan segenap kemampuannya.

Semangat Syifa belum juga pulih rupanya.

"Atau begini saja, kamu bisa mengajukan cuti untuk melanjutkan program selanjutnya. Kita bicarakan ini pada Dosen kita, aku akan bantu kamu. Nah setelah mendapatkan persetujuan, kamu bisa cari pekerjaan yang menjanjikan dan nantinya hasil dari kerja kamu bisa di gunakan untuk membiayai kuliah kamu selanjutnya. " Saran Nia kali ini bisa di mengerti oleh Syifa.

"Benarkah ? Pekerjaan apa ? Kerja apa agar bisa menghasilkan upah besar dengan waktu sesingkat itu. " Tanya Syifa pada Nia yang terus mencari jalan keluar.

"Tenang, nanti aku bicarakan ini sama Papah. " Jawab Nia ingin menenangkan Syifa.

Nia adalah anak dari seorang menteri, jadi ia berniat untuk mencarikan Syifa pekerjaan lewat Ayahnya.

"Sungguh ? " Tanya Syifa sangat terharu atas apa yang akan di lakukan oleh sahabatnya itu.

Nia tersenyum bahagia, dikala wajah sahabatnya itu hampir bersemangat lagi.

"Iya ..., " Jawab Nia.

Dan mereka pun berpelukan di iringi tawa haru dari keduanya.

Beberapa hari dari itu, Syifa pun menghadap pada Dosen yang mengajarkannya tentang ilmu kedokteran. Dan berkat doa dan keinginannya yang besar Dosen pun memberikan cuti pada Syifa dengan jarak waktu yang sudah di sepakati oleh keduanya.

Kini Syifa menunggu kabar dari Nia, yang bersumber dari ayahnya yang seorang Menteri.

Dan Nia pun memberikan kabar, jika Ayahnya sudah mendapatkan apa yang di harapkan oleh Syifa, namun Syifa sedikit terdiam saat tau pekerjaan yang di sampaikan oleh Nia.

Pekerjaan menjadi seorang pekerja rumah tangga, namun kali ini bukanlah pekerja rumah tangga di tempat biasa. Melainkan di sebuah rumah dinas yang didiami oleh orang terpenting di negara tersebut.

Pastinya nominal upah yang akan di dapatkan oleh Syifa lebih besar , jika di bandingkan dengan nominal yang di dapatkan oleh Pekerja rumah tangga ataupun asisten rumah tangga pada umumnya, Sehingga Syifa pun setuju dengan tawaran yang di tawarkan olah Ayah Nia.

Singkat cerita Syifa pun sudah berada di dalam rumah dinas itu, tak lupa Syifapun meminta doa restu pada Orangtuanya.

Syifa di beri beberapa pertanyaan yang sulit di pahami oleh siapapun yang mendengarnya, namun karna kecerdasan Syifa dan juga keyakinan Syifa, Syifa bisa menjawabnya dengan sempurna.

Jawaban yang di berikan Syifa sempurna karna di dukung oleh latar belakang Syifa sebagai seorang sarjana kedokteran pastinya.

Ternyata pekerja rumah tangga di rumah dinas itu bukanlah Syifa saja, melainkan ada 3 orang senior di depannya. Di kepalai oleh seorang koki handal di dalamnya.

Beberapa hari setelah Syifa di terima bekerja, ia terus melakukan yang terbaik atas pekerjaan yang di tuduhkan kepadanya, di sela-sela istirahatnya Syifa meminta ijin untuk mencari udara segar meskipun sebatas di taman belakang rumah dinas saja.

Ia pun mendapatkan ijin, senyum mengembang di wajah polos Syifa. Dengan langkah gontai Syifa berjalan menuju pintu belakang.

Tak menunggu lama, iapun langsung membuka pintu itu untuk keluar menuju taman belakang rumah dinas.

"Udara begitu segar rupanya. " Senyum manis Syifa terlihat indah dan natural kala itu.

Ia melihat beberapa laki-laki berseragam hitam berjaga dengan ketat di depan, samping kiri, samping kanan juga belakang rumah dinas.

Perawakan mereka hampir sama. Tinggi, besar dan juga kekar. Sekilas Syifa melihat beberapa senjata pada masing-masing penjaga tersebut.

Syifa tidak merasa aneh, karna ia bekerja di tempat seseorang yang sangat penting jadi tak aneh jika keamanan begitu di jaga ketat oleh beberapa orang terlatih seperti yang Syifa lihat.

Beberapa waktu Syifa nikmati dengan penuh keyakinan, hingga akhirnya waktu menunjukan jika waktu istirahat Syifa sudah hampir habis, itu tandanya Syifa harus segera masuk kedalam rumah dinas itu.

Syifa akan melakukan yang terbaik, demi cita-citanya.

Terpopuler

Comments

Nurhayati Nia

Nurhayati Nia

haii thorr aku mampir di karyamuu

2024-04-28

0

sakura

sakura

..

2024-05-06

0

Erni Handayani

Erni Handayani

Hadir thor... Dukung dulu bacany gpp lompat2ya nanti 🤭

2024-03-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!