Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Keributan
Byuurr...
Satu gelas minuman Eliza siramkan ke wajah Vicky.
Plok...
Masing-masing kue Eliza lemparkan ke wajah Mauren
Plak!
Satu tamparan keras di layangkan untuk Vicky.
Plak!
Tamparan keras bercap lima jari pun Eliza berikan untuk Mauren.
Mereka yang mengetahui jika Eliza istri Vicky justru mendukung tindakan yang di lakukan oleh wanita cantik itu. Bagaimana tidak mendukung, kelakuan Vicky sungguh keterlaluan. Menikah tanpa restu istri pertamanya, menikah di saat istrinya tidak ada di rumah.
"Kasihan, Eliza. Cantik, baik, pintar, suka menolong tapi di khianati. Kalau saya jadi dia pasti saya akan melakukan tindakan ini juga," bisik yang lainnya.
"Sepertinya akan ada perang dunia ke dua. Kira-kira siapa yang akan menang? Istri pertama atau istri ke dua?" bisik yang lainnya juga penasaran kejadian selanjutnya akan seperti apa.
"Ini bagus, pasti Eliza marah besar dan sakit hati atas kelakuan suaminya. Saya mendukung tindakan Eliza. Pelakor dan pengkhianatan memang harus di berikan pelajaran."
Ada yang kasihan, ada yang iba, ada yang mendukung, ada yang tidak menyukai tindakan Eliza. Berbagai macam spekulasi tercipta diantara mereka semuanya.
Vicky, pria itu terkejut Eliza bisa seberani ini di hadapan semua orang. Mauren cukup malu, wajahnya dan bajunya cemong akibat kue yang di lemparkan Eliza tepat mengenai dirinya. Ini di luar dugaan keduanya.
"Apa yang kamu lakukan, Eliza?" sentak Vicky mengusap kasar wajahnya yang terkena minuman sampai membuat wajah dia lengket.
"Seharusnya saya yang tanya, apa yang kamu lakukan? Menikah di saat kamu memiliki istri, menikah di saat istrimu tidak ada, menikah di atas penderitaan seorang wanita yang kalian dzolimi!" Dia mendorong kasar tubuh mantan suaminya sampai Vicky tersungkur terbentur kursi pelaminan.
"Eliza, kamu keterlaluan mengacaukan pesta pernikahan kita. Kamu punya hati tidak? Seharusnya..."
"Siapa yang tidak punya hati? Kalian atau saya?" teriak Eliza, bahkan kini panggilannya pun bukan lagi 'aku' di depan Vicky, melainkan saya.
Vicky bangun hingga kembali berdiri dan Eliza kembali bersuara di saat Vicky ingin kembali bicara. Baru saja mulutnya terbuka, tapi teriakan Eliza mengalahkan mulutnya sampai terbungkam kembali.
"Kalian berdua sama-sama hina, kalian berdua sama-sama biadab, kalian berdua sama-sama tidak memiliki perasaan!" sambung Eliza mengeluarkan segala kekesalan dan kemarahan atas kelakuan Vicky.
"Dengarkan saya pemirsa!" Eliza berbalik memperhatikan semua para tamu undangan yang hadir dalam acara pesta pernikahan Vicky dan Mauren.
"Kalian tahu siapa mereka berdua? Dia..." tunjuknya tepat pada wajah Vicky. "Suami saya, suami yang sudah menikahi saya selama dua tahun. Apa yang telah dia lakukan?" Eliza menjeda ucapannya menatap tajam penuh kebencian terhadap suami yang dulu pernah ia cintai.
"Dia telah berkhianat dengan wanita di sampingnya. Mereka berdua telah melakukan hubungan terlarang tanpa adanya ikatan pernikahan yang menyebabkan keutuhan rumah tangga kami hancur berantakan. Dia Vicky Prasetyo seorang pria pengkhianat di saat istrinya mengandung benih yang ia tanam, dan dengan teganya pria itu malah memilih pelakor sialan itu dari pada istri dan calon anaknya pada malam panas di antara keduanya." Suara Eliza menggema membuat seisi ruangan terdiam mendengarkan cerita sedih yang di alami wanita itu.
Mauren sudah menunduk tak berani mendongak menatap para tamu undangan. Dia sudah yakin jika semuanya merupakan tetangga Vicky dan Eliza sebelumnya. Jadi kemungkinan mereka mempercayai ucapan Eliza. Tak di pungkiri Mauren merasakan malu yang luar biasa atas kekacauan ini.
"Eliza, stop berbuat keributan! Ini pesta pernikahan yang seharusnya semua bersuka cita berbahagia diantara pesta ini. Bukan malah seperti ini. Kamu mengacaukan nya, Eliza." Vicky bersuara.
"Hahahaha mengacaukannya?" Eliza tertawa namun air mata sialannya meluncur deras begitu saja. Bohong jika dia tertawa bahagia namun nyatanya ia tertawa sedih.
Eliza mengusap kasar wajahnya menghapus air mata tersebut lalu mendekati setiap barang-barang yang ada di sana.
"Ini baru kekacauan."
Eliza pun menghancurkan semua dekorasi, merusak kue pernikahan, melemparkan gelas dan piring. Dia mengamuk tak terkendali merusak semua dekorasi. Vicky terkejut begitupun dengan yang lainnya. Vicky mendekati Eliza mencoba mencegah ya. Baginya ini sudah keterlaluan.
"Stop Eliza!"
Vicky menarik paksa tangan Eliza lalu menghempaskannya sampai wanita itu jatuh tersungkur. Matanya menatap nyalang penuh kemarahan. Dia marah pada Eliza yang sudah merusak kebahagiaan nya.
"Pergi kamu dari sini! Kita sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi, Eliza. Kamu sudahku talak satu minggu yang lalu. Kita bukan suami istri lagi!" teriak Vicky menguak sebuah kenyataan di hadapan semua orang yang tidak pernah mereka ketahui.
Tak ingin kalah dari Vicky, Eliza bangun menatap tajam bak ingin membunuh pria di hadapannya. Rasa sakitnya lebih mendominan daripada rasa cintanya.
"Iya, kamu memang memberikan talak tepat dimana saya memergoki kalian bercumbu mesra tanpa sehelai benang pun di kamar kita, di rumah ini. Dan kamu juga lebih memilih dia dibandingkan saya istrimu. Hahaha saya tidak menyangka ada seorang pria begitu bodoh meninggalkan istrinya demi wanita sampah seperti dia!" tunjuk Eliza kepada Mauren sembari berteriak menatap tajam.
"Saya bukan sampah!" pekik Mauren mulai bersuara.
"Kamu memang sampah, pelakor sialan! Kamu menjadi wanita kedua di saat pria itu memiliki istri dan sekarang kalian menikah setelah kepergok berselingkuh, Apa namanya kalau bukan sampah!" balas Eliza menggema mengeluarkan setiap amarahnya di depan semua orang.
"Kamu lihat, Vicky? Sudah ku katakan aku tidak mau menikah denganmu karena kamu memiliki istri, tapi kamu memaksaku untuk tetap menjadi istrimu. Kamu bilang kita akan baik-baik saja, tapi nyatanya semua hancur karena ulah MANTAN istri mu," seru Mauren menangis sedih ingin menunjukan jika dia tidaklah salah. Namun, Mauren tidak menyadari jika perkataan terkesan ambigu.
"Mauren, saya memang menikahinya tapi saya hanya cinta sama kau, Mauren."
Prok... prok... prok...
Eliza bertepuk tangan tersenyum sinis mendengar keduanya saling berbicara. Langkahnya mulai mundur sedikit menjauhi Keduanya lalu duduk di kursi tamu dengan satu kaki menyilang.
"Hahahaha kalian dengar semuanya? Tak tahu malunya wanita itu dan pria itu bicara seperti itu di hadapan semua orang. Sekarang kalian bisa menilai seperti apa kedua orang tersebut." Eliza melipatkan kedua tangannya memandang sinis penuh ketidaksukaan kepada kedua orang yang berdiri di hadapan mereka.
Huuuuu....
Sorakan ramai-ramai pun menggema mengolok-olok keduanya. Vicky menggeram mengepalkan tangannya, Mauren pun semakin di buat malu hingga tidak punya lagi muka di hadapan mereka.
"Lalu untuk apa kamu datang lagi kemari? Tidak bisakah kamu move on dariku?"
Mereka tidak mengerti pada jalan pikiran Vicky? Sudah tahu salah tapi tidak terlihat sedikitpun kesalahan dari raut wajahnya. Sudah tahu ketahuan selingkuh tapi malah membanggakan perselingkuhannya.
"Untuk mengambil barang-barang penting milikku." Eliza berdiri kemudian beranjak pergi menuju kamarnya di ikuti oleh Sarah dari belakang.
Eliza sudah muak berlama-lama di sana dan ingin segera pergi. Setibanya di dalam ruangan khusus penyimpanan benda berharga, Eliza mengambil perhiasan, uang, dan surat tanah cafe miliknya.
"Eliza!" Sarah langsung memeluk sahabatnya. "Are you okay?"
"I'm fine. Aku ingin segera pergi dari sini." ia melonggarkan pelukannya kemudian kembali keluar.
Di ruangan pesta, sebagian orang mulai membubarkan diri. Namun sebagian lagi ada yang mengumpat Vicky dan Mauren.
"Eliza, kamu tidak boleh lagi kembali ke rumah ini dan untuk anak yang kamu kandung, aku akan membiayainya," ujar Vicky membuat langkah Eliza terhenti.
Eliza menengok, "Saya tidak akan tinggal lagi di sini dan kaku tidak perlu membiayai anakku karena dia sudah tiada."
Deg...
Vicky tertegun tiba-tiba merasakan sesak, "Ti-tiada!"