NovelToon NovelToon
Selamat Dari Tumbal Pesugihan

Selamat Dari Tumbal Pesugihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Kumpulan Cerita Horror / Tumbal
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alin26

Entah dari mana harus kumulai cerita ini. semuanya berlangsung begitu cepat. hanya dalam kurun waktu satu tahun, keluargaku sudah hancur berantakan.

Nama aku Novita, anak pertama dari seorang pengusaha Mabel di timur pulau Jawa. sejak kecil hidupku selalu berkecukupan. walaupun ada satu yang kurang, yaitu kasih sayang seorang ibu.
ibu meninggal sesaat setelah aku dilahirkan. selang dua tahun kemudian, ayah menikah dengan seorang wanita. wanita yang kini ku sebut bunda.
walaupun aku bukan anak kandungnya, bunda tetap menguruku dengan sangat baik.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

"USIR WANITA ITU!"

Wujudnya sungguh menakutkan dengan mata terus melotot padaku. Entah kenapa aku tidak bisa menggerakan tubuh. Bahkan untuk mengedipkan mata dan berteriak pun tak bisa. Wanita Rambut Panjang itu melayang dan mengembangkan rambut gimbalnya.

"USIR WANITA ITU!" Makhluk mengerikan itu sedang melayang tepat di atasku, yang masih terbaring di tempat tidur.

Tuk! Tuk! Tuk!

Kudengar seseorang mengetok pintu kamar.

"Novita, buka pintunya, Sayang," teriak Ayah dari luar, diiringi dengan suara ketukan cepat dan gerakan gagang pintu naik turun.

"Novita, ada apa, Sayang?" Aku hanya bisa mendengar suara ayah, tanpa bisa membalasnya. Makhluk mengerikan ini masih mengunci semua pergerakanku.

"Kalau mau selamat, usir wanita itu," bisiknya.

Krek!

Pintu kamar terbuka. Wanita Berambut Panjang itu tertawa melengking dan terbang menembus langit-langit kamar.

Kulihat ayah melangkah masuk ke dalam kamar. Namun, sebelum dia mendekat padangan mataku sudah mulai kabur, lemas dan jatuh pingsan.

***

Hidungku terasa hangat. Tercium bau minyak kayu putih yang menyengat. Perlahanku membuka mata. Di hadapan sudah ada Mbok Wati sedang mengoleskan sesuatu di hidungku.

"Mbok, panas," gumamku pelan.

"Eh, Non Novita udah sadar," ucap Mbok Wati sembari menjauhkan tangannya dari hidungku.

"Ini Non, minum dulu." Mbok Wati memberikanku segelas air.

Tanganku gemetar saat meraih gelas itu. Masih teringat jelas wajah Wanita Berambut Panjang yang menyeramkan itu.

Tak lama, ayah datang ke kamar. Dengan cepat, dia menghampiri. Duduk di sampingku. Aku pun memeluknya dan menangis. "Ada apa, Sayang?" tanya Ayah sambil mengelus rambutku.

"Ayah ... takut," bisikku.

"Takut kenapa?"

Aku melepaskan pelukan dan menatap wajah ayah. Lalu, melirik ke kiri dan kanan. "Kamu nyari apa?" tanya Ayah sambil mengusap bekas air mata di pipiku.

"Perempuan Rambut Panjang yang kita liat di jembatan itu, Yah," bisikku.

"Jadi dia ganggu kamu?"

"Iya, tadi dia ada di sini."

"Mau apa dia?"

Pertanyaan itu membuatku teringat akan ucapan makhluk mengerikan itu.

"Novita gak tau, Yah. Dia marah dan bilang ...."

"Bilang apa?"

"Usir Wanita itu."

Ayah terdiam sejenak, seperti memikirkan sesuatu. "Apa itu aja yang dia bilang?" tanyanya.

"Iya. Apa maksudnya, Yah?" tanyaku.

"Ayah juga gak tau, Sayang. Siapa wanita yang dia maksud. Di sini cuman ada Mbok Wati dan kamu."

"Apa dia gak suka Novita pulang ke rumah?"

"Kalau dia gak suka kamu di sini. Nanti biar ayah yang usir. Sekarang kamu tidur lagi, besok pagi kita obrolin lagi," ucap Ayah beranjak dari tempat tidur.

"Ayah ...," panggilku.

"Ya?" Ayah menoleh.

"Malem ini boleh gak Novita tidur di kamar ayah?"

"Hmm ...." Ayah mengerutkan dahinya. Berpikir.

"Boleh, tapi ayah beresin dulu ya kamarnya," ucapnya.

"Kamu di sini dulu, biar Mbok Wati yang nemenin," lanjutnya seraya berjalan ke luar kamar.

"Oke," balasku.

***

Sejak tadi Mbok Wati hanya diam saja, duduk di ujung tempat tidur, dekat kakiku. Kepalanya sedikit menunduk, sesekali matanya terpejam. Ah, mungkin Mbok Wati mengantuk. Aku jadi merasa bersalah sudah membangunkannya di tengah malam seperti ini.

"Mbok ngantuk?" tanyaku mengagetkannya, hingga membuat matanya terbuka lebar.

"Nggak, Non."

"Ah, dari tadi Novita perhatiin matanya buka tutup terus," balasku tersenyum.

Mbok Wati tidak membalas ucapanku, malah ikut tersenyum. "Mbok, kalau ngantuk, mending tidur di kamar. Ayah juga paling bentar lagi selesai."

"Nanti aja, Non. Mbok tunggu bapak datang."

Kuraih ponsel di atas nakas. Takjub, ponselku masih tergeletak di sana. Padahal Wanita Berambut Panjang itu menghentak nakas dengan kencang sekali.

Kuperiksa notifikasi yang masuk. Mulai dari notifikasi email, aplikasi chat dan semua media sosialku. Sepi. Sepertinya teman-temanku masih asik berlibur.

Tak lama, ayah sudah kembali ke kamarku. "Udah, Sayang," ucapnya, berdiri di dekat pintu, lalu berjalan ke luar. Bergegas aku dan Mbok Wati mengikutinya dari belakang.

"Mbok, mau ke mana?" tanyaku, tertawa kecil.

"Eh iya. Mbok balik ke kamar dulu ya, Non," balasnya.

"Oke."

Mbok Wati berbelok ke arah dapur, menuju kamarnya. Sedangkan aku sudah masuk ke kamar ayah. Sebenarnya jarak kamar kami tidak terlalu jauh. Hanya tinggal melewati ruang tengah saja.

"Berantakan banget, ya?" tanya Ayah sambil menggaruk-garuk kepala.

"Nggak kok," balasku tersenyum lebar.

"Kamu tidur di kasur aja," ucapnya seraya berjalan ke arah kamar mandi.

"Loh? Ayah tidur di mana?"

"Biar ayah nanti tidur di kursi," sahutnya.

Di kamar ayah memang ada sebuah kursi pijat berwarna hitam. Yang menjadi tempat kesukaannya saat pulang kerja.

Aku merebahkan badan. Lalu memainkan ponsel sembari menunggu ayah ke luar dari kamar mandi. Tempat tidurnya wangi sekali. Sepertinya ayah baru saja menyemprotkan wewangian.

"Tidur, Sayang. Jangan maen HP terus, ini udah tengah malam," tegur Ayah, berjalan dari kamar mandi menuju kursi.

Aku langsung cepat-cepat menaruh ponsel. Lalu, menarik selimut. Ayah mematikan lampu. Tak lama, aku pun tertidur.

***

Entah berapa lama aku tertidur. Ketika bangun, hanya ada aku saja di dalam kamar. Kuambil ponsel, terlihat notifikasi pesan dari ayah.

[Novita, Ayah ada urusan mendadak di Jakarta. Tadi mau kasih tau kamu, tapi tidurnya pules banget, ayah gak tega bangunin]

Tulis Ayah di aplikasi chat.

[Kalau kamu mau beli apa-apa, pake kartu ATM di laci nakas]

Kubuka laci nakas, ada sebuah kartu ATM berserta secarik kertas bertuliskan nomor pin.

[Ayah berapa lama di Jakarta?]

Aku membalas pesannya.

[Paling cepet 3 hari Novita]

Balas Ayah, cepat.

[Oke, hati-hati Ayah]

[Kalau ada apa-apa kabarin ya, Sayang]

[Siap]

Aku beranjak dari tempat tidur. Berjalan ke luar kamar.

"Mbok ... Mbok," panggilku sedikit berteriak. Namun tidak ada yang menjawab. Aku berjalan ke ruang tengah.

"Mbok," panggilku lagi.

Treng!

Terdengar bunyi seperti benda logam terjatuh. Arahnya dari dapur.

Suara apa itu? Apa aku harus mengeceknya? Jangan-jangan itu ulah si .... Rasa takut mulai menyelimutiku.

"Mbok," teriakku lebih kencang.

1
Siti Yatmi
serem ih...kasian kevin sm leon...dijadiin tumbal..kaya sebentar doang..hidup ga lama mati..amit2
Raffa Rizki
Luar biasa
Siti Yatmi
serem ihh..kasian si mbok...
Siti Yatmi
kasian bunda juga jd korban....
Aditya Pratama
Bagus ceritanya
kagome
aq juga bisa klo cuma nasi sama mie apalagi masak aer pinter aq thor🤣
Siti Yatmi
ksian..pdhl dia ibu tiri yg baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!