NovelToon NovelToon
Sekretaris Meresahkan

Sekretaris Meresahkan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia
Popularitas:87.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Sekretaris Meresahkan


Sekretaris Meresahkan

Deskripsi

POV Devan

Mimpi apa aku semalam, mendapatkan sekretaris yang kelakuannya di luar prediksi BMKG.

"MAS DEVAAAAAAANNN!!!" Teriakan kencang Freya berhasil menarik perhatian semua orang yang ada di sekitarnya.

"Teganya Mas meninggalkanku begitu saja setelah apa yang Mas perbuat. Mas pikir hanya dengan uang ini, bisa membayar kesalahanmu?"

Freya menunjukkan lembaran uang di tangannya. Devan memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Dengan langkah lebar, Devan menghampiri Freya.

"Apa yang kamu lakukan?" geram Devan dengan suara tertahan.

"Kabulkan keinginan ku, maka aku akan menghentikan ini," jawab Freya dengan senyum smirk-nya.

"Jangan macam-macam denganku, atau...."

"AKU HAMIL ANAKMU, MAS!!! DIA DARAH DAGINGMU!!"

"Oh My God! Dasar cewek gila! Ikut aku sekarang!"

Dengan kasar Devan menarik tangan Freya, memaksa gadis itu mengikuti langkah panjangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bos Menyebalkan vs Sekretaris Tengil

"Selamat pa.."

"Kamu!"

Ucapan Freya terhenti ketika mendengar suara Devan. Dengan tatapan tajam, Devan terus melihat pada Freya, gadis yang sudah mempermalukannya di stasiun Tegalluar tempo hari. Winie hanya terbengong saja melihat semuanya. Sementara Freya mulai disusupi perasaan khawatir kalau-kalau Devan akan langsung memecatnya di hari pertamanya bekerja. Bahkan sebelum dirinya sempat memperlihatkan kemampuan yang dimiliki. Padahal ini adalah satu-satunya harapan dia bisa mendapatkan pekerjaan di kota besar ini.

"Bawa kembali orang ini. Saya tidak butuh sekretaris seperti dia!"

"Tapi Pak.."

"Tidak ada tapi-tapi, keluar!!"

"Freya adalah sekretaris yang dipilih Bu Anne untuk Bapak. Ibu bilang, silakan Bapak tes dulu kemampuannya. Kalau memang pekerjaannya tidak sesuai dengan kriteria yang Bapak inginkan, silakan Bapak memecatnya."

"Tanpa saya harus tes pun, saya sudah tahu bagaimana kinerjanya."

"Saya akan tunjukkan kemampuan saya kalau Bapak memberi kesempatan. Bagaimana kalau kita bertaruh? Bapak berikan pekerjaan pada saya dan saya akan menyelesaikannya dengan baik. Kalau saya menang, saya bisa tetap bekerja. Tapi kalau saya kalah, saya akan langsung pergi dari kantor ini," tantang Freya. Bagaimana pun caranya dia harus mendapatkan pekerjaaan ini demi kelangsungan hidupnya.

"Saya tidak suka taruhan. Pergi! Jangan buang waktu berharga saya!"

Winie melihat pada Freya dengan pandangan iba. Entah apa yang sudah terjadi pada mereka berdua sampai Devan tidak mau menerima gadis itu bahkan sebelum Freya menunjukkan kemampuannya. Padahal Winie cukup mengakui kinerja Freya. Jika diberi kesempatan pasti gadis itu akan menjadi sekretaris yang handal.

"Ngga apa-apa, Mbak Winie. Pak Devan pasti takut kalah, makanya dia ngga berani terima tantangan saya. Dia ngga mau terlihat kalah dan salah di mata orang lain."

"Beraninya kamu bilang begitu. Baik, saya terima tantanganmu!"

Ingin rasanya Freya bersorak karena Devan terpancing kata-katanya. Winie pun ikut menyunggingkan senyuman. Dia yakin sekali kalau Freya akan memenangkan taruhan ini dan bisa menjadi sekretaris yang baik untuk Devan. Wanita itu segera berpamitan dan keluar dari ruang kerja wakil CEO tersebut. Devan mengambil buku panduan dan proposal yang dijadikan bahan meeting dengan klien hari ini kemudian mendekati Freya.

"Salin kembali buku panduan ini, lalu hafalkan isi di proposal, buat ringkasannya. Kemudian susun jadwalku untuk satu bulan ke depan. Waktumu hanya satu jam!"

GLEK!

Freya menelan ludahnya kelat. Ternyata Devan benar-benar bertekad mendepaknya di hari pertamanya kerja. Devan menyunggingkan senyum miring, dia yakin sekali kalau Freya akan gagal. Dengan begitu dia tidak perlu berhadapan dengan gadis menyebalkan itu.

"Baik, Pak."

Freya segera berpamitan. Gadis itu keluar dari ruangan Devan kemudian menuju mejanya yang berada di dekat pintu masuk atasannya. Dia menyalakan laptop lalu mendudukkan diri di depannya. Setelah mengucapkan basmalah, dia menggerakkan jari-jari tangannya lalu menepuk pundaknya beberapa kali. Proposal yang akan disalinnya ditaruh di dekat laptop. Setelah menarik nafas panjang, jari jemari gadis itu mulai menari-nari di atas keyboard.

Tiga puluh lima menit berlalu dan dirinya sudah selesai mengetik ulang buku panduan. Sambil menunggu buku panduan diprint, Freya menyusun ulang jadwal Devan selama sebulan ke depan. Jadwal tersebut dimasukkan ke dalam tab yang akan selalu dibawanya selama bertugas. Usai menyusun jadwal, sisa waktu dipakainya untuk membaca proposal dan membuat ringkasannya.

Satu jam yang diberikan Devan berakhir sudah. Lewat telepon ekstensi, pria itu memanggil Freya ke ruangannya. Pria itu yakin sekali kalau Freya akan jatuh dalam taruhannya sendiri. Tak berapa lama kemudian terdengar suara ketukan di pintu. Freya segera membuka pintu setelah mendengar suara Devan meminta masuk. Gadis itu berjalan mendekati meja kerja Devan kemudian menaruh buku panduan dan hasil ketikannya di meja. Tak lupa dia meletakkan juga ringkasan proposal yang sudah dipelajarinya. Kening Devan mengernyit melihat semua yang ada di depannya.

Tangannya meraih lembaran kertas yang berisi salinan buku panduan. Dibukanya lembaran kertas tersebut. Ternyata Freya benar-benar sudah menyalinnya dengan baik. Devan melihat pada Freya yang masih setia menunggu reaksinya.

"Pasti kamu fotocopy kan? Bukan diketik."

"Coba Bapak raba huruf di kertas. Pasti Bapak bisa membedakan mana hasil fotocopy, mana hasil print. Oh ya, di halaman 13 dan 17 ada sedikit typo di buku panduan. Tapi saya sudah memperbaikinya. Kalau Bapak tidak percaya, silakan Bapak cek."

Devan membuka halaman yang disebutkan oleh Freya, memang benar apa yang dikatakan gadis itu. Di buku panduan terdapat typo satu buah kata, sementara di hasil ketikan Freya sama sekali tidak ada typo. Devan hanya berdehem saja. Dalam hati pria itu memuji hasil kerja Freya. Entah berapa ratus kata per menit kecepatan mengetiknya sampai bisa menyelesaikan salinan buku panduan yang cukup tebal dengan cepat. Tapi tetap saja dia kesal pada gadis yang sudah mengerjai dan membuatnya malu.

"Bagaimana dengan jadwal saya?"

Freya membuka tab di tangannya. Kemudian gadis itu membacakan jadwal Devan selama satu bulan, lengkap dengan tanggal, waktu dan tempat kemana Devan harus pergi. Devan menghembuskan nafas panjang, itu artinya dia sudah kalah dalam taruhan dan harus menerima Freya bekerja di sini untuknya.

"Baiklah, untuk sementara kamu diterima. Tapi jangan senang dulu, karena saya akan tetap mengawasimu. Sekali saja kamu melakukan kesalahan, kamu akan langsung dipecat."

"Siap, Pak," Freya menaruh tangannya di kening seperti orang sedang menghormat seraya melemparkan senyuman.

"Bersiaplah, sebentar lagi kita akan meeting dengan klien."

"Baik, Pak."

Dengan wajah sumringah Freya keluar dari ruangan Devan. Sesampainya di luar ruangan, gadis itu berteriak kegirangan sambil melompat beberapa kali. Suara teriakan Freya sampai ke telinga Devan karena pintu belum tertutup sempurna. Pria itu hanya menggelengkan kepalanya. Apa bisa dia bekerja dengan gadis tengil seperti Freya?

***

Sudah lewat satu jam lamanya Devan dan Freya menghadiri meeting bersama klien. Meeting dilakukan di sebuah private room restoran bintang lima. Jalannya meeting cukup berjalan alot, kedua belah pihak masih belum mendapat kata sepakat. Beberapa kali klien mereka mencoba menarik keuntungan lebih. Hampir saja Devan terjebak karena pria itu belum sepenuhnya mempelajari proposal tersebut. Maklum saja, dia baru menerima proposal di pagi hari dan sebelum mempelajari semuanya, dia sudah memberikannya pada Freya. Beruntung sekretarisnya itu sudah memberi ringkasan. Beberapa kali bahkan Freya membisikinya hingga pria itu bisa mengambil keputusan dengan tepat.

Sungguh Freya berharap meeting segera berakhir karena perutnya sudah mulai keroncongan. Pagi tadi dia hanya sarapan bubur dan tidak cukup untuk mengganjal perutnya yang memiliki daya tampung lebih besar walau tubuhnya terbilang mungil. Tinggi Freya memang hanya 150 sentimeter, dan berat badannya 42 kilogram. Walau mungil, namun yang membuatnya istimewa, sebanyak apapun dia makan, berat badannya tidak pernah naik.

Penderitaan Freya akhirnya berakhir. Devan dan sang klien berhasil mencapai kesepakatan. Perjanjian kerjasama akan ditanda tangani dua hari kemudian di kantor Kharisma Group. Usai meeting, Devan membunyikan bel, memanggil pelayan yang bersiaga di luar ruangan. Sepuluh menit berselang, pintu ruangan terbuka. Seorang pelayan masuk seraya mendorong troli. Dengan cekatan pelayan wanita itu tersebut menata makanan di atas meja.

Freya menelan ludahnya beberapa kali melihat menu makanan yang tersedia. Kalau tidak ingat untuk menjaga image, mungkin dia akan langsung mencicipi semua makanan yang tersedia di meja. Devan mempersilakan kliennya makan. Di saat Freya akan mengambil makanan, Devan melihat pada sekretarisnya itu, dia meminta Freya mencatat jadwal pertemuan mereka berikutnya. Dengan cepat Freya segera melakukannya. Baru saja dia hendak mengambil makanan, kembali terdengar suara Devan.

"Tolong pesankan dessert untuk kami. Sepertinya tadi saya lupa memesan desert. Pak Bagas mau apa?"

"Apa saja, asalkan rasanya manis, semanis sekretarismu."

Bagas mengedipkan sebelah matanya pada Freya. Gadis itu sampai bergidik sendiri. Pasalnya Bagas adakah pria berumur, mungkin usianya sudah 50 tahun lebih. Buru-buru gadis itu bangun dari duduknya dan keluar dari ruangan. Sepuluh menit kemudian, Freya kembali ke dalam ruangan. Semua yang ada di dalam masih menikmati makanan. Freya kembali ke kursinya. Ketika hendak mengambil makanan, terdengar suara Devan memintanya mencatat semua yang dibicarakan dengan Bagas.

Dengan dongkol Freya mengambil tab kemudian mencatat pembicaraan keduanya. Ternyata kedua pria itu masih membicarakan proposal yang tadi mereka bahas. Dengan kesal dia menatap Devan, sepertinya pria itu sengaja membuatnya tidak bisa menikmati makanan. Otak Freya langsung bekerja bagaimana caranya agar bisa membahas perbuatan Devan.

Akhirnya makan siang berakhir, dengan Freya yang tidak bisa menyentuh makanan sedikit pun. Bagas dan asistennya segera berpamitan. Pria itu menjabat tangan Devan tanda kesepakatan kerjasama sudah dicapai. Kemudian Bagas menyalami Freya, jari telunjuknya menggelitik telapak tangan Freya, membuat gadis itu dengan cepat menarik tangannya.

Sepeninggal Bagas dan asistennya, Devan mengajak Freya untuk pergi. Gadis itu melirik piringnya yang masih kosong dan bersih. Kemudian matanya melihat pada makanan yang masih tersisa di meja. Dia menelan ludahnya kelat. Ingin rasanya dia mengambil makanan itu untuk mengisi perutnya yang terasa perih dan melilit.

"Ayo pergi."

"Tapi, Pak. Saya belum makan, saya lapar."

"Kita sudah tidak ada waktu lagi. Apa kamu lupa kalau kita masih ada meeting di kantor?"

"Lima menit aja, Pak. Selain bisa mengetik cepat, saya juga bisa makan dengan cepat."

"Kamu ngga makan siang sekali ngga akan buat kamu mati, ayo cepat!"

Ingin rasanya Freya melempar Devan dengan kursi makan. Dengan sangat terpaksa gadis itu mengikuti langkah Devan keluar dari private room tersebut. Langkah Freya terasa sangat berat dan sulit, tenaganya seakan habis karena belum terisi makanan. Tapi karena takut Devan akan memecatnya, dengan sangat terpaksa dia mengikuti pria itu.

***

BRUK!

Di tengah-tengah meeting tiba-tiba saja Freya terjatuh dari kursi yang didudukinya.

***

Itu si Freya kenapa?🤣

Buat yang nanya Devan apa masih ada hubungan dengan keluarga Hikmat, jawabannya ngga ya. Dia tokoh baru dan bukan lanjutan dari generasi KPA. Jadi ngga usah nanya lagi di kolom komentar🤭

Besok aku libur ya🤗

1
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ¢ᖱ'D⃤
uang segitu mah bagi holang kaya cetek ya tinggal buka m banking langsung tf 🤭
untung Devan langsung bisa nyusul menghadang mobilnya Santo jadi Freya gak jadi nikah ma aki2 bandot🤣
tenang Freya,meski bayar seumur hidup pun sama Devan gak apa2 ya itu artinya kamu gak akan pernah dipecat.Apalagi klo jadi kebalik kamu dibayar kontan ma Devan 🤭
tiniteyok
ayo Devan usir si ulet bulu Mina dari apartemen Freya muak aq sama tingkahnya,
Paula Abdul
hadeuh.... perut akooh blm aman udah di tambah lamunan mupeng Freya 😂😂😂
Paula Abdul
bhuahahahahaha.........
tolong ya mak ini akooh baru banget baca tapi udah ngakak parah, mobil naon eta toyoran simpanse, ohemjih sakit perut akooh mak 🤣🤣🤣🤣🤣
thinking so hard akooh, apakah itu boil si eta nya mak yg kepleset jadi simpanse🤔🤔🤔
etdah pake dipikirin 🤣🤣🤣🤣🤣
Indry Arientha
Alhamdulillah selesai urusan hutang piutang dgn aki2 peyot yg mendekati masa expired 😂😂 Mina lagak loe mau ngerayu devan , d tatap dingin aja udah kicep loe .. Devan , usir aja tu si mina dr apartemen , mina benalu bagi freya
naura khalidya
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/pinter pinter
naura khalidya
ďevan2 klo d depan d tak putes kupingmu
🥰Siti Hindun
usir aja Van tu c Mina, ngelunjak nanti sama Freya
yo..h72🦂🐀🥀
Ini yg saya tunggu2 kelanjutan nya smpe meluncur mengunakan whoosh dari wilayah oren ke wilayah Biru mak Icha 🤗😉😍😍
Ayuna
Boro2 merayu tendang iya enak aja numpang
Ayuna
Toyoran Simpanse😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Dwi Agustina
hahahaaaa boro2 merayu baru lihat jg lngsng nge freeze 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
nah loh bayar tuh 🤣
❤Rainy Wiratama Yuda❤️
Alhamdulillah Freya sufah aman dari Santo dan Banu. Sekarang giliran Mina, usir aja deh, gak suka banget sama Mina
Mae Munah
yes..yes..yes..bagus bos..kamu keren..sat set.aku padamu bos /Kiss/
AlAzRa
kejarlah Van, gadis langka Freya itu
Erni Wati
Luar biasa,,,
💕 bu'e haresvi 💕
uji nyali kl sampe berani🤣🤣
💕 bu'e haresvi 💕
kl kamu peduli ma nasib bpakmu harusnya kamu yg nikah ma bandot tua tu bukan freya😌😌
Dewi Oktarini
yeyeye....lanjut ya Thor🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!