Lilian Restia Ginanjar, seorang gadis mahasiswa semester akhir yang harus mengalami kecelakaan dan koma karena kecerobohannya sendiri. Raganya terbaring lemah di rumah sakit namun jiwanya telah berpindah ke raga wanita yang sudah mempunyai seorang suami.
Tanpa disangka Lili, ternyata suami yang raga wanitanya ini ditempati olehnya ini adalah dosen pembimbing skripsinya sendiri. Dosen yang paling ia benci karena selalu membuatnya pusing dalam revisi skripsinya.
Bagaimana Lili menghadapi dosennya yang ternyata mempunyai sifat yang berbeda saat di rumah? Apakah Lili akan menerima takdirnya ini atau mencari cara untuk kembali ke raganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidur Bersama
"Kau tidur di sofa" ucap Arlin yang tak terima saat Aldo akan merebahkan tubuhnya disampingnya ia berbaring.
Sontak saja Aldo yang akan berbaring di ranjang langsung saja menatap kearah Arlin yang kini menatapnya dengan intens. Arlin langsung mengalihkan pandangannya kearah sang anak yang kini tidur disampingnya. Arlin tak mau yang namanya tidur bersama dengan seorang laki-laki dewasa walaupun yang ada disampingnya kini itu adalah suami dari tubuh ini.
"Aku suamimu" ucap Aldo dengan tegas.
"Hanya tubuh ini saja yang merupakan istrimu, Aku hanya lah oranglain yang masuk dalam raga istrimu" ucap Arlin dalam hatinya.
Tentunya Arlin hanya bisa mengatakan hal itu dalam hatinya saja. Ia masih mencerna semua kejadian yang berada di luar logika manusia ini sehingga tak mau berurusan dengan banyak hal mengenai suami atau mantan kekasih Arlin yang asli untuk sementara ini. Tak mendengar adanya jawaban yang keluar dari mulut Arlin membuat Aldo langsung saja mengambil bantal dan guling kemudian berlalu dari ranjang.
Aldo sungguh kecewa dengan sikap Arlin yang berubah pada anaknya namun tidak saat dengannya. Ia pikir saat amnesia itu istrinya bisa membuka sedikit perasaan cinta untuknya, namun dugaannya salah. Sikap Arlin hanya berubah untuk anaknya bukan dirinya. Bantal dan guling yang ia bawa langsung diletakkannya diatas sofa kemudian Aldo merebahkan badannya disana.
"Maafkan aku. Selain aku masih kesal saat melihat wajahmu yang membuatku ingat dengan revisi skripsiku, namun aku bukan lah istrimu yang asli" gumam Arlin sangat pelan sehingga tak ada yang mendengarnya.
Arlin segera menutup matanya kemudian memeluk Kei yang sudah tidur disampingnya. Arlin tertidur dengan rasa bersalah pada dosennya itu membuatnya sedikit gelisah.
***
Pagi telah tiba, bahkan matahari mulai menampakkan sinarnya melalui celah gorden yang ada di kamar Arlin dan suaminya. Arlin yang sudah tampak terganggu dengan adanya sinar yang masuk dalam matanya itu membuat ia mengedipkan mata berulangkali. Bahkan Kei saja masih tertidur dalam pelukannya padahal seingat Arlin, anaknya ini kalau bangun pasti lebih awal dari dirinya.
Arlin melirik kearah sofa dimana Aldo tidur disana. Ternyata Aldo sudah bangun bahkan bantal dan gulingnya juga sudah berada disampingnya ia tidur. Ia melihat kearah kamar mandi yang terbuka sehingga tahu kalau Aldo tak berada disana.
"Kemana dia pagi-pagi begini? Dasarnya ini pemilik tubuh yang tak pernah perhatian dengan suaminya sendiri jadi nggak tahu apa-apa tentang kegiatan Aldo. Dalam ingatannya, sama sekali tak diberi ingatan mengenai kegiatan Aldo saat pagi. Yang ada hanya Arlin selalu pergi bekerja pada pagi hari dan jarang pulang" gumam Arlin merutuki pemilik tubuh aslinya ini.
"Mama napa?" tanya Kei yang kini sudah duduk disampingnya yang masih berbaring.
Kei yang baru bangun tidur melihat dengan aneh mamanya yang bergumam sendiri membuatnya langsung saja menegur. Biasanya Kei setelah bangun langsung akan mencari Mbok Lala untuk membantunya mandi, namun saat ini dirinya malah masih bersantai diatas kasur. Dalam hatinya ia sangat bahagia karena ada sang mama yang menemaninya tidur.
"Oh... Enggak. Mama bingung ini mau ke kamar mandi bagaimana caranya, papamu itu sudah tak ada di kamar" ucap Arlin sedikit terkejut dengan pertanyaan dari Kei.
"Bial Kei yan pandil Mbok Lala. Papa jam cegini tu biacana cudah blangkat te tampus" ucap Kei membuat Arlin sedikit terkejut.
Arlin menatap anaknya itu dengan tatapan tak percayanya. Ini masih jam 6 pagi namun Aldo sudah berangkat ke kampus, padahal biasanya anak kuliahan juga datang kuliah itu biasanya agak siangan. Arlin masih terdiam memikirkan kegiatan suaminya ini membuat Kei segera saja turun dari ranjang kemudian membuka pintu kamar itu.
"Bisa nggak, Kei?" tanya Arlin yang melihat anaknya kesusahan dalam membuka pintu kamar.
"Bental, ma. Inina telalu inggi" keluh Kei yang memang tangannya tak bisa menyentuh handle pintu.
"Lompat" ucap Arlin memberi instruksi.
Sebelumnya memang Kei tak pernah yang namanya membuka pintu seperti ini. Setiap dia bangun, pasti Mbok Lala sudah standby didalam kamarnya. Sedangkan ini baru pertama kalinya Kei tertidur di kamar sang mama membuat Mbok Lala juga tak mungkin bisa masuk sembarangan.
Kei langsung saja melompat-lompat kecil untuk bisa meraih handle pintunya. Tak berapa lama, Kei bisa meraih handle pintu itu kemudian memutarnya membuat pintunya seketika terbuka dengan lebar. Kei segera keluar dengan berlari untuk mencari Mbok Lala.
***
"Mbok, memangnya Aldo kalau pergi bekerja dari pagi buta ya?" tanya Arlin pada Mbok Lala yang kini tengah menyiapkan sarapannya.
Arlin ingin mengorek informasi sebanyak-banyaknya tentang suaminya itu. Ia tak ingin salah dalam mengambil langkah untuk menjadi diri Arlin ini. Paling tidak ia harus mengetahui kebiasaan Aldo karena sepertinya Arlin yang asli ini sangat cuek pada suaminya.
"Iya, bu. Katanya bapak untuk melihat siapa saja mahasiswanya yang datang tepat waktu dan tidak" jawab Mbok Lala sambil tertawa.
"Tapi kalau anak kuliahan kan jadwal kuliahnya nggak tentu, mbok" ucap Arlin sedikit tak terima.
"Mbok juga nggak tahu, bu. Tapi itu yang selalu bapak katakan jika saya bertanya" jawab Mbok Lala yang juga kebingungan.
Arlin memilih diam saja karena bingung juga dengan alasan yang diberikan oleh Aldo itu. Mungkin setelah sembuh nanti dia akan mencari tahu yang sebenarnya mengenai alasan dari Aldo. Arlin segera makan sarapannya dengan tenang diikuti oleh Kei yang disuapinya. Mbok Lala segera pergi dari sana karena tak ingin mengganggu kebersamaan antara anak dan ibu itu.
***
"Kei, mama ingin sekali jalan-jalan ke mall lho ini" keluh Arlin dengan wajah lesunya.
Seharian berada di rumah ternyata membuatnya bosan. Bahkan pekerjaannya hanya makan dan tidur saja tak seperti dulu saat ia masih menjadi Lili. Ia bisa pergi kemana pun walaupun tak mempunyai uang yang banyak. Kini walaupun ia punya uang banyak, namun ia tak bisa menggunakannya untuk belanja karena kakinya yang lumpuh.
"Te mallna becok caja talo cudah bica alan" ucap Kei dengan dewasanya.
"Tapi bosan Kei" rengek Arlin seperti anak kecil.
Kei tak menanggapinya, malah bocah kecil itu terlihat acuh membuat Arlin mengerucutkan bibirnya kesal. Kei dengan sibuknya malah bermain dengan mobil-mobilannya, sedangkan Arlin sendiri hanya bisa melihatnya dari duduk di kursi roda. Pantas saja Arlin lebih memilih bekerja yang ternyata di rumah sebesar ini hanya bisa merasakan kesepian.
"Mama... Ending tidul aja cana, dalipada dicini unggu Kei. Agitula Kei cudah telbiaca cendili" ucap Kei dengan pandangan sedikit sendu.
Mungkin Kei risih karena sedari tadi Arlin merengek bahwa dia kebosanan berada di rumah sehingga bocah kecil itu langsung menyuruhnya tidur. Arlin menjadi merasa bersalah melihat wajah Kei yang sedih itu membuatnya lebih memilih diam daripada mengeluh.