Adam Xavier, memiliki seorang anak bernama Malvin Xavier. Anak ini baru berusia empat tahun, namun pemikiran nya melebihi orang dewasa.
Malvin Xavier selalu memerintahkan ayah nya untuk mencarikan seorang ibu untuk nya. Namun, Adam selalu menolak permintaan Malvin, dengan alasan, dia masih bisa membesarkan Malvin tanpa kehadiran seorang ibu di hidup mereka.
Pertemuan tak sengaja Malvin, dengan seorang wanita cadar, membuat Malvin memiliki keinginan untuk dekat dengan wanita itu, Malvin berharap jika wanita cadar itu bisa menjadi ibu pengganti untuk nya.
Siapa kah, wanita cadar yang membuat Malvin terus mendesak sang ayah untuk menikahi wanita cadar itu?
Yuk simak di, Wanita Cadar Destiny with Mas Duda !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah sakit
Adam meletakkan Malvin di atas ranjang, dan memarahi anak nya itu.
"Malvin, kamu tahu, apa yang kamu lakukan itu sangat berbahaya, apa kamu tidak bisa berpikir, tindakan mu itu bisa membahayakan orang lain juga?" teriak Adam memarahi Malvin, dan Melda langsung mencoba membela cucu nya.
"Adam..."
"Cukup ma!" perkataan Melda di potong oleh Adam, dan membuat Melda terdiam.
"Kali ini, biar Adam yang mengajari nya, mungkin Malvin sudah lupa sikap sopan santun, dan juga sikap yang pernah Adam ajari.
"Apa yang pernah Daddy ajari sama kamu ?"
"Dad- Daddy bilang, jangan berbicara dengan orang asing, tidak boleh hidup bergantungan dengan orang lain, tidak boleh menyusahkan Daddy dan Oma. Harus patuh sama peraturan Daddy, tidak boleh membantah!" ucap Malvin, sembari menunduk, dan Najwa yang melihat itu pun merasa kasian.
"Kamu sudah ingat apa yang Daddy ajar 'kan? jadi sekarang kenapa kamu melanggar nya?" tanya Adam lagi, Adam seperti tidak ingin melepas Malvin kali ini, dan berniat ingin menghukum anak nya itu.
Adam memang sangat mencintai anak nya itu, namun Adam juga menjaga nya dengan sangat ketat, Adam tidak membiarkan Malvin menjadi pria yang lemah, dan Malvin sudah kuat sejak ia berumur dua tahun, atas didikan Adam.
"Tuan, saya rasa anda terlalu keras kepada anak seusia Malvin" kini Najwa bersuara, dan mendekat ke arah ranjang Malvin.
"Saya sudah menyuruh kepala sekolah Malvin untuk memecat anda, agar anda tidak muncul di kehidupan anak saya lagi, tapi kenapa masih juga datang kemari, apa sih mau anda sebenarnya, apa anda sedang mencari keuntungan dari anak saya?"
Najwa baru tahu, alasan dia di berhentikan di tempat dia bekerja.
"Ternyata anda yang memutuskan rejeki orang lain, beruntung lah anda yang memiliki banyak uang dan pekerjaan yang layak, tapi kenapa anda begitu tega, menghambat rejeki orang lain. Ternyata di dunia ini masih ada orang yang egois seperti anda!" setelah mengatakan itu, Najwa pergi meninggalkan ruangan Malvin, dan itu membuat Malvin syok, dan segera berlari mengejar Najwa.
"Mommy...!"
"Mommy Najwa!" teriak Malvin, mengejar wanita itu.
"Malvin, Malvin berhenti" Adam segera mengejar anak nya, dan beruntung dia mendapatkan nya sebelum Malvin jauh.
Malvin memberontak dalam dekapan Adam, dan memukul dada bidang Adam.
"Daddy jahat, Daddy tidak sayang Malvin, Daddy jahat. Malvin mau Mommy, Malvin mau Mommy!" teriak Malvin.
"Cukup! Diam!" teriak Adam, Malvin langsung terdiam dan menatap Adam, yang saat ini mencengkram kedua lengan nya, dan menatap Adam begitu tajam.
Tubuh Malvin gemetar, dan pandangan nya tidak baik- baik saja, Melda yang melihat itu, langsung mendekati anak nya itu.
"Adam, apa yang kamu lakukan, kamu membuat Malvin tertekan!" Melda mencoba mengambil alih Malvin, dan wanita ini memeluk cucu nya dengan erat.
"Sayang, tenang ya, sayang..." Melda mengusap kepala Malvin, dan Malvin, hanya diam saja tidak menanggapi ucapan Melda, lalu Malvin kembali pingsan, dan tentu saja membuat Adam dan Melda panik.
Sementara Malvin sedang di periksa oleh dokter, Adam dan Melda mondar mandir di depan ruangan Malvin.
"Lihat perbuatan mu, kamu malah membuat Malvin semakin tertekan. Adam, kamu tidak boleh egois, Malvin itu masih anak - anak, kamu tidak tahu, ikatan apa yang di miliki Najwa dengan Malvin, setiap kali aku melihat perempuan itu, aku teringat akan ibu Malvin, entah kenapa mereka seperti orang yang sama" ungkap Melda, yang kini duduk di kursi tunggu dengan perasaan yang sedih.
"Ma, Adam tidak bermaksud untuk menyakiti hati mu, maaf 'kan Adam ma" Adam memeluk wanita tua itu, yang sedang menangis mengingat kondisi sang cucu.
Adam hanya takut, jika Najwa menggantikan posisi istri nya di hati semua orang. Bagaimana pun istri Adam adalah orang yang baik, yang telah menemani Adam sampai saat ini. Meskipun istri nya sudah lama meninggal, namun bagi Adam istri nya masih berada di sisi nya.
Ceklek !
Pintu terbuka, dokter keluar, Adam dan Melda langsung berdiri.
"Bagaimana dok?"
"Sudah saya katakan jangan membuat Tuan muda tertekan, karena bagaimana pun memulihkan kondisi nya tidak lah mudah, dia masih anak - anak jika terus di tekan mental nya akan memburuk" pungkas sang dokter, Adam menghela nafas nya berkali - kali, dan dia hanya diam saja, sampai sang dokter permisi dari hadapan mereka.
"Mama akan lihat Malvin" Melda langsung masuk ke dalam ruangan Malvin, dan Melda melihat cucu nya yang duduk termenung telah siuman.
"Malvin..." lirih Melda, Malvin melirik, dan hanya tersenyum tipis ke arah Melda.
Malvin adalah anak yang ceria dan juga penuh bahagia, selama ini Malvin menginginkan seorang Mommy, namun tidak separah saat ini, dia melihat Najwa, ibarat menemukan sosok Mama nya dalam diri Najwa.
"Are you oke, honey?" Melda duduk di samping Malvin.
"Oma, maafin Malvin, membuat Oma kecewa, maafin anak yang nakal, sehingga Daddy memarahi Malvin, dan Daddy sangat membenci Malvin Oma" ucap Malvin, dengan air mata yang menetes.
"Tidak sayang, Daddy tidak membenci Malvin, Daddy sayang sama Malvin, Daddy hanya capek, tolong Malvin mengerti ya sayang" Melda mengusap kepala cucu nya itu. Malvin hanya diam saja.
Di tempat lain. . .
Adam sedang berada di kantor nya, dan kini sudah menunjukkan pukul 21:00, malam, dan di luar sedang ada hujan.
"Apa yang harus ku lakukan, apa aku harus meminta wanita itu untuk menjadi baby sitter Malvin ?" gumam Adam, setelah berpikir ia pun bangkit dari tempat duduk nya, lalu mengambil kunci mobil dan ponsel yang ada di atas meja.
Tiba di dalam mobil, Adam masih memikirkan kondisi Malvin, dia tidak mau keceriaan anak nya kini menjadi hilang, Malvin anak yang aktif Adam tidak mau karena sikap egois nya membuat Malvin menjadi anak pendiam.
Adam melajukan mobil nya, lalu meminta seseorang untuk mengirimkan alamat Najwa. Hujan semakin deras, dan jalanan sedikit macet, membuat Adam sedikit kesal, namun ia harus berusaha semua ini ia lakukan untuk anak nya Malvin.
Tepat di jam 23:12, malam, Adam sampai ke rumah Najwa, rumah minimalis yang berlantai satu, sangat sederhana berbeda dengan rumah Adam yang mewah dan besar bak istana.
Adam memarkirkan mobil nya di jalan lorong depan rumah Najwa, lalu ia turun dari mobil, dengan menggunakan payung, dan berjalan membuka gerbang rumah Najwa.
"Permisi!" teriak Adam, mengetuk pintu rumah Najwa, saat ini hanya ada wanita itu di rumah, sementara, Romi belum kembali dari kafe nya.
"Permisi!" teriak nya lagi, Najwa yang sudah tidur pun terbangun, padahal suara hujan cukup deras.
"Apa Kak Romi sudah pulang? tapi kenapa berteriak ? bukan kah, dia membawa kunci cadangan ?"
Najwa turun dari ranjang nya, lalu berjalan ke arah pintu utama, setelah mengintip dari jendela, Najwa terkejut melihat Adam yang datang menemui nya.
Ceklek !
Najwa membuka pintu, namun menyuruh Adam untuk tidak mendekat.
"Tuan, ada perlu apa anda kemari?" Tanya Najwa, Pria itu malah gemetar karena kedinginan.
"Sa- saya, boleh saya masuk dulu?"
"Maaf Tuan, ini sudah malam, di rumah hanya ada saya, saya tidak bisa menerima tamu" ujar Najwa, dan akhirnya Najwa membiarkan Adam di luar rumah.