Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Leona Sarasmitha, gadis pembuat onar sekaligus agen FBI yang terkenal dengan mulut berbisa dan tingkah serampangan. Berkat mulut bisanya itu, dia berhasil menyelesaikan misi dengan cepat dengan dibumbui baku hantam yang sukses membuat dirinya dan sang target nyaris menemui dewa kematian.
Seringkali Leona dimarahi habis-habisan oleh rekan team maupun atasannya karena tindakan Leona yang suka seenaknya sendiri dan sering grasak grusuk yang membuat mereka terlibat hal-hal yang tidak perlu.
Dan sekarang Leona yang kini memasuki raga putri Duke yang memiliki nama yang sama dengan julukan sampah harus mendengarkan omelan panjang lebar dari Arthur di temani oleh Axel dan Jim.
"Nona, lain kali Anda harus minta ijin pada yang mulia Duke. Jangan keluar tanpa ijin seperti ini. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Anda?"
"Sir Arthur, tidak ada yang mengincar sampah sepertiku. Lagipula aku sudah membawa sir Axel sebagai ksatria." Leona mencoba membela diri.
Arthur memijit pelipisnya yang terasa pening. Leona dengan kekeraskepalaannya membuat Arthur ingin menjewernya, seandainya gadis itu adalah putri kandungnya sendiri.
Arthur menyayangi Leona seperti putri kandungnya. Mengetahui Leona menghilang sejak selesai sarapan dan kembali saat matahari nyaris terbenam membuatnya sangat cemas. Meskipun tanpa mana atau aura, tetap saja di luar kediaman sangat berbahaya. Siapa tau ada musuh Duke yang menjadikan dirinya sebagai sasaran dari musuh Duke Castallio.
Leona yang merasakan perlakuan tulus dari Arthur, bagaimana pria paruh baya itu mencemaskannya dan khawatir yang terpancar jelas dari mata pria paruh baya itu membuat Leona merasa bersalah.
"Maafkan kami, Paman. Kami janji tidak akan mengulanginya lagi." Ucap Leona dengan tatapan memelas layaknya anak kucing yang membuat Arthur luluh.
Arthur yang mendengar Leona memanggilnya dengan sebutan paman merasa terharu. Namun melihat tatapan bersalah dan menyesal ditambah tatapan memelas membuat Arthur menyerah dan menghembuskan nafasnya. "Haahh~ Baiklah. Untuk kali ini saja. Lain kali jangan diulangi lagi."
"Baik, Paman. Tapi tidak janji." Sahut Leona sambil nyengir tanpa dosa.
Sementara Jim dan Axel hanya bisa mengelus dada dengan jawaban dari Leona.
💠💠💠💠
Sudah sebulan Leona mengirim chi bunshinnya untuk menyelidiki tentang dunia yang ditempati nya. Leona kini berada di sebuah hutan yang terletak di belakang kediaman Castallio.
"Tuan, ini laporan yang kau minta. Dan ini adalah uang hasil kerja kerasku selama ini." Ucap sesosok bertopeng yang tak lain adalah Akai. Dia menyerahkan dua buah gulungan pada Leona yang langsung di Terima gadis itu.
"Terimakasih, Akai. Kau boleh pergi."
Tubuh Akai meluruh dan berubah menjadi setetes darah. Seketika ingatan dan informasi yang didapatkan chi bunshin itu berputar di kepala Leona yang langsung membuat gadis itu meringis menahan sakit. Beberapa saat kemudian rasa sakitnya mereda, Leona segera beranjak dari sana. Namun baru beberapa langkah berjalan, dia melihat seekor ular kecil melintas tepat di bawah kakinya.
"Hmm? Ular? Ah, aku ada ide bagus untuk anak manja itu, khekhekhe..." Gumam Leona tertawa setan. Segera gadis itu mengambil ular kecil itu dan mengusap kepalanya.
"Hei, sobat kecil. Mau bermain?" Tanya Leona pada ular kecil itu sambil tersenyum miring dan menghilang dari sana.
Leona kini telah tiba di bangunan utama. Hari telah larut malam dan suasana lorong terlihat sepi. Leona menggali ingatan pemilik tubuh ini untuk mencari kamar Iris, yang ternyata kini telah menempati kamarnya.
"Si cengeng itu ternyata telah merebut kamar pemilik tubuh ini, huh. Malam ini aku menghadiahkan sesuatu yang spesial, hihihi..." Gumam Leona sambil cekikikan sambil membawa seekor ular kecil bewarna hitam. Segera Leona beranjak menuju kamar Iris yang di jaga dua ksatria.
Leona segera menembakkan jarum kecil ke leher ksatria itu dan menahan tubuh mereka agar tidak menimbulkan bunyi yang keras karena terjatuh. Segera dia menyandarkan tubuh mereka di dinding dan Leona segera menyusup ke dalam kamar Iris dengan hati-hati.
Kamar luas bewarna pink dengan perabotan bewarna kuning menyambut pengelihatannya. "Astaga, apakah dia penggila warna menyakiti mata? Oh, mataku." Keluh Leona dalam hati.
Leona melihat sebuah ranjang dengan empat tiang yang menyangga kelambu bewarna pink muda. Terlihat Iris tidur dengan lelap di atas ranjang bewarna pink.
Sekelebat ingatan Leona asli tiba-tiba muncul di kepalanya. Ingatan itu tentang sebuah kotak milik mendiang ibu pemilik tubuh ini. Dia segera mencari sesuatu di salah satu sudut kamar melalui ingatan pemilik asli tubuh ini.
Leona akhirnya menemukan kotak itu yang terletak dibawah tempat tidur dan mengambilnya dengan hati-hati. Setelah berhasil mengambilnya, Leona segera melepaskan ular itu dan keluar dari sana sambil tersenyum sumringah.
Leona segera mencabut jarum yang tertancap di leher ksatria itu dan menghilang dari sana.
💠💠💠💠
Pagi datang menjelang, suara cicitan burung terdengar begitu merdu dengan udara musim panas yang hangat. Suasana pagi yang damai untuk Leona yang tengah berendam sambil bersenandung ria di kamar mandi. Tidak lupa sambil terkekeh-kekeh seorang diri.
Suasana damai yang tenang berbanding terbalik di kediaman utama Castallio.
"KYAAAAA!!!!"
Suara teriakan bergema di sebuah kamar mewah dengan dominasi warna pink dan kuning. Terlihat Iris berteriak histeris saat melihat seekor ular hitam kecil yang tengah merayap di atas tubuhnya. Refleks Iris melemparkan ular itu ke lantai.
"Nona ada apa?" Tanya pelayan pribadinya yang baru muncul dari balik pintu.
"A-ada hewan menjijikkan!! Cepat singkirkan!!" Teriak Iris histeris sambil menunjuk ke arah ular yang kini merayap mencari tempat persembunyian.
"Ada apa ini?" Tanya Calvian saat mendengar keributan di kamar Iris.
"Ayah, ada ular. Aku takut, hiks...hiks..." Adu Iris sambil menangis ketakutan.
"Cepat panggil penjaga!" Teriak Calvian, dia segera mendekati Iris dan menenangkannya.
Seorang pengawal datang dan menangkap ular hitam itu lalu membawanya pergi.
"Sudah, ya.. Tenang."
"T-tapi aku takut, Ayah." Rengek Iris manja.
"Tuan Duke, ular itu tidak berbisa." Lapor sang asisten.
"Syukurlah. Selidiki darimana datangnya ular itu."
"Baik Tuan."
Berita menyusupnya ular itu menyebar dengan cepat dan sampai di telinga Leona.
"Puahahaha!! Tidak ku sangka dia tidur dengan ular, ahahaha!!" Leona tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya yang terasa sakit akibat tertawa.
"Leona, kau seorang bangsawan. Jangan tertawa seperti itu." Tegur Jim.
"Tapi Jim. Itu lucu sekali, kau tau?" Leona mengabaikan teguran Jim dan kembali tertawa hingga berguling-guling.
Jim yang melihat tingkah sang Nona hanya bisa mengelus dada. Jim menduga jika pelaku yang meletakkan ular itu adalah Leona.
Setelah tawanya mereda, sekelebat ide jahil muncul di kepalanya. Mengerjai seisi mansion sepertinya menyenangkan.
"Ah, Jim. Tolong belikan aku beberapa kaleng cat bewarna kuning, putih dan merah. Aku ingin mengganti cat paviliun yang terlihat membosankan ini." Perintah Leona.
"Aku harap kau tidak membuat sesuatu yang mencurigakan, Leona." Ucap Jim penuh selidik.
"Kalau begitu bagaimana jika kita membuat hal mencurigakan bersama?" Tawar Leona sambil menaik turunkan alisnya dan mengedipkan matanya.
Jim menghela nafas. Sepertinya sang Nona kerasukan iblis setelah terjatuh dari tangga. Tingkah bobrok yang tak mencerminkan seorang lady, mulut tanpa filter jika sedang kesal, dan sekarang ingin membuat ulah?
'Tok' 'Tok'
"Masuk!" Sahut Leona sedikit berteriak.
"Nona, Anda diundang sarapan oleh tuan Duke." Ucap Lucas sopan.
"Si tua bangka itu mengundangku? Apa dia salah makan?" Tanya Leona dengan dahi berkerut membuat tubuh Lucas menunduk mendengar perkataan Leona. Memang benar Leona sangat jarang diundang untuk sarapan, kecuali ada hal penting. Itu pun ujung-ujungnya dia diabaikan.
"Nona, mulut Anda tolong dijaga. Bagaimana pun tuan Duke adalah ayah Anda. " Jim kembali menegur Leona.
"Terimakasih sarannya, Jim. Ayo kita ke ruang makan utama sebelum mereka ditumbuhi lumut karena lama menunggu." Sahut Leona seraya menuju pintu paviliun.
"Nona~" Jim greget sendiri dengan tingkah Leona.
Tak berapa lama mereka tiba di ruang makan. Terlihat Calvian, Emillio dan Iris telah duduk di kursi nya masing-masing.
"Maaf terlambat." Ucap Leona dan segera duduk di salah satu kursi yang tersedia. Dia menatap sekeliling, terlihat raut tidak bersahabat yang ditujukan padanya secara terang-terangan oleh beberapa pelayan dan koki yang mengintip dari sela-sela pintu.
Mereka mulai sarapan dengan suasana mencengkam membuat Leona mengernyitkan dahinya dan tatapan tak suka yang terang-terangan dari keluarga pemilik tubuh ini membuat mulut Leona gatal.
"Rasanya seperti makan sampah." Celetuk Leona setelah menelan makanan membuat mereka terhenyak.
"Aku tidak tau alasannya di undang kemari. Apakah hanya untuk mendapatkan kesialan seperti ini setiap harinya? Hah." Leona membanting sendok dan segera meneguk segelas wine dalam sekali teguk.
"Apa maksud perkataan mu, Leona?" Bentak Calvian dan Emilio menatapnya dengan tajam.
"Yang Mulia, jika tidak ada hal penting yang perlu disampaikan, saya permisi." Ucap Leona dan segera pergi dari sana
Lalu Leona kembali melongokkan kepalanya dari balik pintu dan berkata dengan tajam, "Yang Mulia, lain kali tidak perlu mengundangku hanya untuk memakan makanan sampah. Aku sudah bertindak seperti yang kalian inginkan. Jadi untuk kedepannya bersikaplah seperti orang asing dan jangan menggangguku dengan tatapan seperti itu. Dadah."
Leona benar-benar pergi meninggalkan ruang makan kediaman utama dengan santai mengabaikan mereka yang terdiam dengan perkataan Leona.