Karena sebuah wasiat, Raya harus belajar untuk menerima sosok baru dalam hidupnya. Dia sempat diabaikan, ditolak, hingga akhirnya dicintai. Sayangnya, cinta itu hadir bersama dengan sebuah pengkhianatan.
Siapakah orang yang berkhianat itu? dan apakah Raya akan tetap bertahan?
Simak kisah lengkapnya di novel ini ya, selamat membaca :)
Note: SEDANG DALAM TAHAP REVISI ya guys. Jadi mohon maaf nih kalau typo masih bertebaran. Tetap semangat membaca novel ini sampai selesai. Jangan lupa tinggalkan dukungan dan komentar positif kamu biar aku semakin semangat menulis, terima kasih :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Privacy
"Ck, Zra, hallo ...", Bagas mengibaskan kedua tangannya di depan wajah Ezra.
"Ini anak kesambet apa sih?", tanya Bagas sambil melirik Dion yang sedari tadi asyik berbalas pesan dengan Devi di gawainya.
"Udah, Gas, biarin aja. Si Ezra kebiasaan kek gitu, susah ditebak", jawab Dion tanpa mengalihkan pandangannya dari gawai.
Bagas menarik dirinya untuk kembali duduk meski ia masih dibuat heran dengan tingkah Ezra yang tampak sumringah sepanjang mereka menghabiskan waktu untuk nongkrong bersama malam ini.
"Yah, Devi gak bisa datang ke sini", keluh Dion.
Bagas melirik ke arah sahabatnya itu, "Ck, Devi terus yang lo urusin".
"Halah, lo juga sibuk ngurusin Si Nita, apa bedanya sama gue?", balas Dion sewot.
Bagas nyengir, "Ya mau gimana lagi. Nita itu tipe idaman gue banget. Keknya gue mau kenalin dia deh sama Papi dan Mami".
"Wah, serius lo? yakin keluarga lo gak ngamuk kalau sampai tahu putra tunggal kebanggaan mereka dekat sama wanita malam?", Dion terkejut.
"Ck, Nita itu bukan wanita malam seperti yang lo pikir. Dia suka datang ke sini sama kek kita, cuma kongkow doang", terang Bagas.
"Masa sih? gue gak yakin", jawab Dion.
"Serius, selama ini gue dekat sama Nita dan gue cari tahu banyak hal tentang dia. Lo gak tahu aja, di antara Devi, Nita, dan Gita, cuma Si Gita doang cewek yang kegatelan", lanjut Bagas.
"Wah, gue dekat sama Devi tapi gue gak kepikiran tuh nanya dia wanita malam apa bukan. Buat gue yang penting servicenya", seloroh Dion tanpa rasa malu.
Bagas melemparkan bantal kecil yang ada di sofa. Ia masih tak habis pikir dengan perilaku Dion yang belum juga berubah, senang bermain wanita.
"Zra, diam aja sih dari tadi. Kenapa? lo lagi ada masalah?", akhirnya Dion mengalihkan perhatiannya pada Ezra.
Ketiga sahabat ini sudah berada di club malam sejak dua jam yang lalu dan selama itu pula hanya Ezra yang memilih diam dengan ekspresi yang sesekali tampak sumringah dan sulit diartikan oleh Bagas maupun Dion.
"Sorry, Bro. I'm good, calm", jawab Ezra santai.
"Ck, good dari mana dari tadi bengong terus", protes Bagas.
Ezra terkekeh. Saat ini hatinya memang tengah dipenuhi perasaan bahagia. Ya, dia merasakan itu setelah mendapatkan haknya sebagai suami Raya.
"Kabar istri lo gimana, Zra? nikah udah mau setahun, belum ada berita apapun nih ke kita", tanya Dion ambigu.
"Nah kan, mulai lagi nih anak. Heh ingat, Raya itu istri sahabat kita, ngapain sih lo nanya-nanya dia terus?", lagi, Bagas protes.
"Kan cuma nanya, Gas. Gue gak maksud apa-apa kok. Kalau Si Ezra gak ada kemajuan sama istrinya, gue mau saranin dia buat deketin Si Gita yang udah jelas idaman semua lelaki", jawab Dion asal.
"Wah parah lo, Ezra udah punya istri, masih aja lo racuni pikirannya dia", Bagas sewot.
"Hei, udah, kenapa jadi kalian yang ribut sih?. Hubungan gue sama Raya baik-baik aja dan satu hal yang harus lo ingat, Di, gue sama sekali gak tertarik sama cewek jahat dan murahan macam Gita!", tegas Ezra yang berusaha melerai perdebatan kedua sahabat karibnya itu.
"Maksud lo apa bilang Gita jahat dan murahan?", Dion belum paham arah pembicaraan Ezra.
Ezra menarik nafas dalam. Dia sebenarnya enggan membahas wanita itu dan malas mengungkit kembali peristiwa yang sudah lalu akibat ulah Gita. Tapi akhirnya Ezra memilih untuk menceritakan kejadian malam itu kepada Dion dan Bagas.
"Wih gila Si Gita, berani banget dia bertindak gegabah sama lo", Bagas terkejut mendengar penuturan Ezra.
"Parah sih emang, tapi kalau gue jadi lo, saat itu gue gak akan melewatkan kesempatan buat main sama Gita", jawab Dion sambil membayangkan body sexy Gita yang selama ini dia lihat.
Ezra melemparkan tissue ke arah Dion, "Gesrek emang ya lo".
Bagas tertawa melihat tindakan Ezra pada Dion. Ya, di antara mereka bertiga, memang hanya Dion yang ulung bermain wanita dan tak bisa lepas dari makhluk bernama wanita.
"Terus setelah itu lo gak ambil tindakan apapun gitu Zra sama Si Gita?", tanya Bagas masih penasaran.
Ezra menggelengkan kepala, "Gue malas berurusan sama dia. Tapi kalau sampai sekali lagi dia jahat sama gue, gue pastikan tamat riwayat hidupnya", tegas Ezra.
"Wih, sadis. Gue setuju, Zra, cewek modelan Si Gita memang perlu dikasih pelajaran", ujar Bagas.
Ezra mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Eh, Zra jangan bilang kalau lo semalaman berendam di bathub gegara ulah Si Gita", Dion dengan pikiran nakalnya nimbrung dalam obrolan.
"Enggaklah, gue bisa masuk angin kali kalau sampai berendam semalaman".
"Lah, terus gimana caranya lo bisa 'sembuh'?. Kasih jawaban tuh yang lengkap kali, Zra", kali ini Dion yang protes karena memang Ezra tidak menceritakan lengkap kejadian buruk malam itu.
Ezra tersenyum tipis, "Gue rasa, gue gak perlu lanjut cerita, privacy".
"Privacy? wait, gue tahu, gue paham sekarang. Jangan-jangan lo sama Raya ...", Dion tidak menyelesaikan ucapannya, dia justru tersenyum dan melirik ke arah Bagas yang sedari tadi menyimak.
"Oh ****, lo berarti udah melakukannya sama Raya, Zra?. Gila, ulah Si Gita jadi berkah ya buat lo", lanjut Dion tak percaya.
"Ah, seriusan lo?", Bagas yang baru paham arah pembicaraan Dion pun ikut terkejut.
Ezra tak memberikan jawaban apapun, dia hanya tersenyum saja mendengar respon kedua sahabatnya itu. Dia tidak ingin berbicara terlalu banyak karena baginya, urusan ranjang adalah privacy meskipun Dion dan Bagas berhasil menebaknya.
"Sumpah, Bro, gue masih gak percaya. Seorang Ezra Hadinata yang selama ini cuek sama istri sendiri, ternyata ...", Dion masih berceloteh menggoda sahabatnya.
"Gimana rasanya, Zra?", tanya Bagas penasaran.
"Udah ah, gue gak mau bahas. Mending kita ganti topik deh, bahas kerja sama perusahaan kita bertiga kira-kira mau gimana nih?", Ezra mengalihkan pembicaraan.
"Ck, kebiasaan, pasti kabur ke topik lain", kritik Dion.
Ezra tertawa, dia memang enggan membahas lagi peristiwa yang dialaminya malam itu.
"Gue benar-benar penasaran, Zra", Bagas masih berharap Ezra akan bercerita.
Ezra menggelengkan kepalanya, "Ngapain sih penasaran sama privacy orang, bukannya lo juga udah ahli ya main sama Nita?", Ezra balik bertanya.
"Dih siapa bilang?. Biarpun gue dekat sama Nita, gue gak pernah sampai main sama dia, paling akut juga ya pegang-pegang doang", kilah Bagas.
"Tuh Si Dion yang bilang", jawab Ezra pendek.
"Wah sialan lo, Di, gue gak separah itu. Kalau dia sih udah jelas ahlinya, gue mah ogah", Bagas mencibir Dion.
Dion yang dibahas justru tertawa dengan keras mendengar dirinya disebut-sebut oleh Bagas dan Ezra.
"Sorry sorry, waktu itu gue cuma asal bicara aja, Zra, Gas", jawab Dion santai.
"Ck, fitnah nih namanya", Bagas masih tak terima.
"Jadi?", Ezra menatap kedua sahabatnya bergantian.
"Jadi ya gue masih perjaka lah", tegas Bagas penuh percaya diri.
"Gue juga", imbuh Dion.
"Halah mana ada cowok gila cewek macam lo perjaka", Bagas sewot.
Dion tertawa lagi, "Serius. Biarpun gue gampang dekat sama cewek, tapi gue masih sadar batasan, Bro. Gue kalau main sama mereka gak sampai ke ranjang juga", terang Dion.
"Bagus lah kalau gitu, seenggaknya kalian masih menjaga kewarasan", respon Ezra.
"Iya dong. Eh tapi berarti di antara kita cuma lo ya Zra yang udah gak perjaka", seloroh Dion dengan ekspresi menggoda.
Ezra melemparkan makanan kecil yang ada di tangannya ke arah Dion.
"Gak apa-apa, Zra. Kita justru senang kalau lo udah sedekat itu sama Raya. Menurut gue, meskipun gue gak tahu banyak tentang istri lo, tapi gue lihat dia wanita yang baik, sayang banget kalau sampai lo acuhkan lama-lama", ucap Bagas bijak.
Dion mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju, "Gue jadi kepikiran nih buat cepat nikah juga biar tahu rasanya", pikiran Dion sudah kemana-mana.
"Masih gak berubah", ucap Ezra yang tertawa diiringi tawa Bagas dan juga Dion.
semoga tidak ada lagi yang menghalangi kebahagiaan kalian
setelah aku ikuti...
tapi cerita nya bagus biar diawal emosian 🤣🤣🤣
semoga aja raya bisa Nerima anak kamu dan Sindi ya...
semangat buat jelaskan ke raya
aku penasaran kek mana reaksi Sindi dan papanya tau ya kebusukan anak nya
semoga tidak terpengaruh ya....
taunya Sindi sakit tapi kalau kejahatan ya harus di pertanggung jawaban