Sania, gadis cantik berumur 22 tahun dan baru lulus kuliah disebuah perguruan tinggi negeri jurusan pariwisata harus menjalani kehidupan yang sulit dan pahit
Hidupnya berubah seperti roda roller coaster, yang awalnya indah berubah menjadi neraka ketika dia bertemu dengan pria tampan bernama Alexander Louise.
Seorang CEO tampan yang terkenal dengan bad boy dan suka gonta ganti pacar
Akankah Sania dan Alex bisa bersatu melewati kejamnya rintangan yang menghalangi mereka??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zandzana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Alexander sudah dalam penerbangan menuju Amerika saat ini. Dan sekarang Mark yang menduduki posisinya sebagai pemimpin sementara di GEO GROUP.
Sandra yang telah mengetahui jika bosnya hari ini adalah Mark, sejak pagi buta sudah tampil cantik
Dia sudah sering melihat Mark, itu ketika Mark masih menjadi ajudannya pak Anton.
Mark seorang pria asing keturunan Prancis, memiliki postur tinggi, gagah, hidung mancung, kulit putih bersih, bermata tajam bagai elang dan tentu saja berwajah tampan.
Sandra memang menyukai lelaki itu, tapi selama ini Mark hanya dingin padanya, dan selalu bersikap cuek
Dan pagi ini Sandra sangat bersemangat berangkat kekantor, tentu saja karena akan berjumpa dengan Mark
Mark orangnya sangat disiplin dan menghargai waktu, oleh karena itulah sebelum jam kantor dimulai, dia sudah berada di dalam ruangannya
Sandra yang mengetahui jika Mark ada di dalam ruangannya segera membawa laporan untuk diberikannya pada Mark
"Masuk!" teriak Mark ketika pintu diketuk
Masuklah dengan anggunnya Sandra. Mark memperhatikannya dengan dingin
"Laporannya pak" ucap Sandra menyerahkan map dan duduk di depan Mark
Mark segera membuka isi map itu dan membacanya
Sandra menelan ludahnya ketika memperhatikan wajah Mark dari dekat
"Sumpah, ini bule memang cakep nya nggak ketulungan" batinnya
Selesai membaca laporan, Mark meletakkan map tersebut.
"Ada bagian yang salah" ucap Mark yang membuat Sandra berdiri dan berjalan ke sampingnya
Mark menoleh sekilas ketika rambut panjang Sandra mengenai wajahnya
"Bisa geser sedikit?" tanya Mark dingin
Sandra bergeser, tapi dia tak putus asa. Dengan sedikit menundukkan badannya, sehingga menampakkan belahan dadanya dia mendengarkan setiap kritikan dan saran dari Mark
Barulah setelah Mark selesai menjelaskan perbaikan, gadis cantik itu keluar
"Kita lihat saja nanti pak Mark, apakah anda akan terus dingin sama aku, atau anda akan luluh?"
...****************...
Sania yang sudah berangsur pulih hari ini diperbolehkan pulang oleh dokter Anita
"Tapi aku takut untuk pulang, dokter" lirih Sania
Dokter Anita menggenggam tangannya
"Kamu harus kuat Nia. Hidup kamu masih panjang. Jangan karena masalah ini kamu jadi hancur"
"Saya tahu hati kamu hancur berkeping-keping, tapi kamu harus hadapi ini. Saya yakin kamu bisa"
Air mata Sania kembali mengalir. Suster Maria telah mengumpulkan semua barang miliknya dan telah meletakkannya di sebelah Sania
"Biaya perawatan saya bagaimana dokter?"
Dokter Anita menggeleng
"Biaya kamu saya yang menanggungnya, kamu jangan pikirkan itu"
Sania menatap dokter Anita dengan mata yang sudah berkaca-kaca
"Entah dengan cara apa saya membalas kebaikan dokter"
"Dengan kamu tetap hidup dan melanjutkan tujuanmu"
Sania menunduk
"Semuanya telah suram dokter, saya tidak punya tujuan hidup lagi" jawabnya sambil menunduk
"Pulanglah ke rumah, di rumah ada mamamu yang menantikan mu, kalau kamu takut menceritakan ini pada beliau, cukup kamu pendam saja masalah ini. Biar ini akan menjadi rahasia kita bertiga"
Sania mendongakkan kepalanya, menatap dokter Anita dan suster Maria bergantian
"Kami mempunyai kode etik yang kami pegang teguh. Dan selain itu, kita sama-sama perempuan" lanjut dokter Anita
Dengan menarik nafas dalam dokter Anita memeluk Sania yang sudah terisak.
"Bila pemerkosaan ini membuatmu hancur, maka jadikanlah ini sebagai motivasimu untuk terus bangkit Sania. Seberat apapun masalahmu, kita masih punya Tuhan. Jadikan Tuhan sebagai satu-satunya penolongmu"
Sania mengangguk dan menghapus air matanya.
Handphone di dalam tasnya berdering
My Beloved
Dia menoleh kearah dokter Anita, dokter Anita menganggukkan kepalanya
"Iya mas?"
"Ya Alloh San, mas pikir kamu marah"
Sania memaksakan senyum di bibirnya
"Kamu kemana saja, mas telpon nggak aktif, di WA juga cuma read doang"
"Aku sibuk mas, maaf" bohong Sania
Dia menggigit kuat bibirnya agar tidak mengeluarkan air mata. Dia tak ingin Deri mengetahui keadaan dia yang sebenarnya
"Hati-hati ya sayang kalau kerja, karena sekarang banyak orang jahat dan sering sekali terjadi pelecehan"
Sania makin kuat menggigit bibirnya, perlahan air matanya mengalir di pipi
"Aku bisa jaga diri kok mas, doakan aku, agar aku baik-baik saja"
"Tentu sayang, oh iya nanti mas telpon lagi ya, ada pasien soalnya"
Sania mengangguk dan menarik hp dari telinganya dan memandang kosong ke depan
"Aku ingin pulang ke rumah dokter"
Dokter Anita menganggukkan kepalanya
"Dimana alamat rumahmu?"
Sania lalu menyebutkan alamat rumah mamanya, lalu dokter Anita tampak mengeluarkan hp dari dalam jas seragam dokternya
"Ke rumahan sakit sekarang, antarkan adik saya pulang kerumahnya"
Sania menoleh kearah dokter Anita yang tengah memasukkan hp kedalam sakunya kembali
"Supir pribadi saya. Saya yang akan meminta dia mengantarkan kamu pulang, saya tak yakin jika kamu pulang sendiri" jawab dokter Anita seperti faham tatapan Sania
Sania hanya diam, dia tak tahu harus berkata apa melihat kebaikan dokter Anita padanya
Dengan pelan Sania turun dari atas ranjang lalu berjalan keluar dari dalam ruang perawatan dengan dipegangi dokter Anita dan suster Maria yang berjalan di samping kanannya
Sampai di luar rumah sakit, supir pribadi dokter Anita telah menunggu dan dengan pasti dokter Anita membukakan pintu mobil untuk Sania
"Kabari saya jika kamu sudah sampai" ucap dokter Anita sambil menyerahkan kartu namanya
Sania mengangguk, dipeluknya erat dokter Anita dan suster Maria. Barulah setelah itu mobil berjalan perlahan membelah jalanan kota
...****************...
Alexander yang sudah tiba di Amerika saat ini sedang istirahat di dalam kamar hotel bintang lima
Dia segera menghubungi teman lamanya ketika dia kuliah di negeri Paman Sam dulu.
"Butuh perempuan juga?" tanya temannya
"Tentu man.." jawab Alexander diikuti gelak tawanya
"Sejam lagi kami tiba di kamarmu" balas temannya
Sebelum temannya datang, Alexander merebahkan tubuhnya dan menghidupkan tivi, menonton siaran bola
Kembali diraihnya handphone yang diletakkannya di sebelahnya berbaring
"Ya bro?" tanya temannya
"Jangan lupa beli minuman dan cemilan"
"Siap, sekalian pengaman nggak?"
"Kalau itu aku sudah bawa dari rumah"
"Dasar pria mesum"
Lalu keduanya terkekeh
Kembali Alexander fokus menatap tivi. Perhatiannya terusik ketika handphonenya berdering
"Ya Tuhan kenapa lagi ni perempuan" lirihnya ketika dilihatnya bahwa yang menelpon adalah Milena
Didiamkan nya saja panggilan itu tanpa sedikitpun niat untuk mengangkatnya, hingga layar handphonenya kembali gelap
Kembali handphone itu berdering dan sama, masih Milena
Dengan kesal di sentuhnya tombol reject hingga handphone itu kembali diam.
Karena tak ingin diganggu Milena lagi, dengan cepat Alexander mengubah pengaturannya ke mode pesawat
"Telpon saja sampai kiamat kalau bisa" gumamnya kesal
Saat dia ingin kembali fokus ke layar tivi, pintu kamarnya diketuk, segera Alexander beranjak membuka pintu. Dan benar saja, Tom, temannya yang sejak tadi ditunggunya telah berdiri di depan pintu bersama dengan tiga cewek bule yang cantik dan seksi
"Waaaaaw..." lirih Alexander demi melihat ketiga gadis cantik yang berdiri di depannya
Tanpa komando ketiganya segera masuk, bahkan salah satu dari mereka mendaratkan ciuman di wajah mulusnya
Akhirnya mereka berlima pesta minuman hingga nyaris pagi. Bahkan tak hanya minum, Alexander juga bermain dengan dua perempuan sekaligus.
Sedangkan Tom sedang gila-gilaan di atas sofa.
Suara erangan dan lenguhan memenuhi ruangan itu. Alexander yang telah kehilangan kesadarannya terus saja melayang dan menikmati permainan hot dua perempuan yang sangat lihai memanjakannya
...****************...
Mobil yang membawa Sania akhirnya sampai di sebuah rumah sederhana bercat biru laut
Sania mengucapkan terima kasih dan segera turun
Di dorongnya pagar tua yang menjadi pagar rumah orang tuanya sejak dulu itu, lalu dia segera berjalan masuk ke halaman
Mendengar pagar besi yang didorong, bu Liza, mamanya Sania segera menoleh. Demi melihat Sania yang pulang, segera diletakkannya gayung yang tadi dipakainya untuk menyiram bunga
Segera dia menyongsong kedatangan Sania. Air mata Sania telah mengambang ketika dia melihat mamanya
Segera dipeluknya erat tubuh sang mama dan air matanya kian deras mengalir
"Sania kangen mama.." lirihnya
semoga ajah happy ending