TAMAT 18 NOVEMBER 2024
Rahardian adalah luka bagi Nathalie, tiba-tiba saja suami tampan yang mengkhianatinya selama dua tahun terakhir justru memintanya hamil bahkan menata ulang pernikahan yang sudah hancur lebur.
Atas dasar cinta, Nathalie mau menuruti keinginan suaminya. Mereka berbulan madu ke Bali, dan kehamilan pun tak terelakan lagi.
Namun, di suatu malam, Nathalie tersadar akan sesuatu. Sadar, tentang tanda yang melekat di punggung suaminya bukanlah milik suaminya.
Cinta, obsesi, dendam, luka, intrik, dibungkus dengan indah dalam satu karya ini. Di mana pada akhirnya semua harus mengalah pada takdir yang telah digariskan sang maha esa.
Cerita romantis, tentang kekaguman, tentang kesetiaan, tentang kepemilikan, tentang keegoisan, tentang kepedulian dan tentang tanggung jawab versi Pasha Ayu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPS LIMA
"Uegh!!"
Rahardian bangkit dari gulungan selimut demi menyusul Nathalie yang tergesa- gesa masuk ke dalam kamar mandi untuk memperdengarkan mualnya.
"Sayang--"
Nathalie menekan keran membersihkan bibirnya. Sekejap termenung menatap cermin yang menunjukan kecemasan Rahardian.
"Are you okay?"
Nathalie merasa, suaminya sudah cukup berubah, tapi, entahlah. Ini begitu mendadak dan tidak disangka- sangka olehnya.
Rahardian tampak panik saat Nathalie kembali meluahkan muntahan di dalam mangkuk wastafel. "Kamu masuk angin?"
Rahardian terus menggosok- gosok tengkuk leher sambil mengangkat segumpal rambut dengan sebelah tangan lainnya.
"Aku tidak enak badan dari kemarin." Nathalie yang lemas kemudian Rahardian tangkap untuk didudukan di atas toilet tertutup.
Meraih handuk lalu berjongkok di depan tubuh Nathalie demi mengeringkan tangan dan wajah wanita itu. Bahkan, Rahardian meraih jepit dari laci bawah wastafel untuk mengikat rambut bergelombang istrinya.
Hal yang sama sekali tak pernah dilakukan oleh Rahardian selama menikah. Nathalie tercenung sesaat, hanya untuk berpikir bahwa Rahardian memang se peduli ini.
Senyuman kecil Rahardian, Nathalie asing karena di sepanjang pernikahan, Nathalie hanya mendapat ketus dan raut datar suami tampannya.
"Mungkin kamu hamil. Kita akan periksa ke dokter siang ini." Rahardian langsung ambil ponsel untuk menghubungi keluarganya.
...----°°••°°----...
Bak mendapatkan bongkahan berlian, Nathalie ternganga mendapati dua garis biru tercoret di testpack miliknya. Kehamilan pertamanya kini benar-benar terjadi.
Rahardian berucap syukur, langsung memeluk bekunya Nathalie. "Terima kasih sudah mau hamil anak kita. Sudah ku bilang, kamu tidak mandul, Sayang."
Entah, Nathalie harus bahagia atau tidak, ia masih teramat bingung, sejujurnya masih ada ketakutan yang menyeruak di dalam separuh dirinya.
Bagaimana kalau pada akhirnya Nathalie dibuang setelah melahirkan sementara bayi yang dikandungnya diambil Dira dan Dian?
Ah, Nathalie mungkin sudah mengalami trust issues setelah dua tahun terakhir, Rahardian hanya pandai menyakiti. "Kamu beneran nggak berhubungan lagi sama Dira kan?"
"Tidak lagi, Sayang ... aku mencintaimu, aku yang akan menjagamu." Masih memeluknya erat, Rahardian mengangguk kemudian mencium kepalanya.
Nathalie terbengong menatap lekat wajah tampan Rahardian ketika dengan lembutnya lelaki itu mengusap anak sungai di pipi yang lalu bermuara di bibirnya.
"Ada apa menatapku seperti itu?"
"Kamu aneh." Nathalie pikir, apakah benar yang di hadapannya ini suaminya? Kenapa begitu drastis sekali perubahannya?
"Aneh bagaimana?"
Rahardian tersenyum kecil, ia mendekat untuk menyematkan kecupan manis di bibir Nathalie. Dalam, hingga terhanyut kembali.
Mungkin kemarin, Nathalie masih merasa tidak mau digagahi. Tapi, melihat perilaku manis yang satu ini, Nathalie ingin membalas setiap sentuhan suaminya.
Rahardian menunduk untuk menjatuhkan bibirnya di leher Nathalie setelah sebelumnya membuka kaus t-shirt hitamnya. Nathalie rasa Rahardian begitu candu padanya.
Permainan sentuhan Rahardian begitu membuat dirinya seolah melayang hingga tiba pada saat Nathalie meraba punggung lelaki itu, ada semacam kulit kasar di sana.
Nathalie yang asyik menikmati cecapan di leher kini mengernyit heran. Dilepasnya kecupan Rahardian kemudian bergegas memeriksa bagian tubuh yang diraba barusan.
Rahardian sempat diam, lalu menepis kecil tangan Nathalie. "Ini luka apa, Dian?"
Seperti bekas luka bakar mungkin, tetapi sudah tampak lama. Dan seingat Nathalie, Rahardian tidak pernah mengalami insiden yang membuat Rahardian terluka parah hingga cedera di bagian itu.
"Seingat ku, kamu--"
"Ini ... Bukan luka yang berarti." Rahardian meraih t-shirt miliknya lantas bergegas kembali mengenakannya.
Pasalnya, sang ayah baru saja tiba bersama sang ibunda. Letta, hanya ibu tiri Rahardian lebih tepatnya.
"Hay Papa."
Rahardian yang mengundang Niko bahkan mengabarkan berita gembira. Setelah sekian lama akhirnya Nathalie hamil.
"Selamat atas kehamilan kamu Sayang."
Nathalie memeluk Niko lalu menerima kecupan di keningnya. "Terima kasih, My Papa super Hiro."
Niko tentu bahagia, tetapi tidak dengan Letta yang langsung mengarahkan tudingan tersirat lewat pertanyaannya.
"Kamu yakin kamu hamil sama Dian?"
"Tentu saja." sergah Nathalie.
Walau sering bepergian dengan pria lain, selama ini Nathalie hanya pernah berhubungan intim dengan suaminya saja.
Nathalie memang tidak pernah suka dengan Letta. Selain tampak ingin menguasai Papa Niko, Letta juga terlihat manipulatif.
"Lalu apa ini?" Letta membuka tas clutch miliknya lalu mengulurkan selembar kertas berisikan informasi terkait putra tirinya.
Rahardian Dewantara, telah dinyatakan 99,9 persen tidak bisa membuahi. "Mandul?"
Nathalie menatap Rahardian yang hanya menampilkan santainya pria itu. "Buktinya aku menghamili mu, Sayang."
Letta menyela. "Tapi bukannya dua tahun lalu kamu sendiri yang kasih informasi itu ke Mama kan, Dian!"
"Benar."
Rahardian sendiri yang memberikannya dua tahun lalu, dan memang benar jika dikatakan bahwa kertas itu kertas resmi dari laboratorium Rumah Sakit ternama.
"Lalu?" tanya Niko. Bahkan berita sebesar ini Niko tidak tahu menahu sebelumnya, kenapa Rahardian hanya beritahu Letta saja?
"Apa ini prank?"
Nathalie masih merasa bingung, karena sejatinya Nathalie baru tahu jika sebelumnya Rahardian pernah dinyatakan mandul.
Rahardian merangkul Nathalia. "Itu hanya vonis dokter, Pa. Bukan ketentuan Tuhan. Dan lihatlah, sekarang istriku hamil."
"Tapi--" Letta masih belum percaya jika janin yang dikandung Nathalie adalah benih murni dari Rahardian, tapi, kemudian Niko memotong prasangkanya.
"Sudahlah, kenapa dipermasalahkan lagi? Bukankah seharusnya kamu bahagia mendengar kehamilan istri Rahardian?"
Letta mengangguk. "Mama akan merasa senang kalau Nathalie memang hamil dengan, Dian. Mama cuma nggak mau kalau ternyata bayi yang dikandung sama Nathalie itu cuma anak dari hasil perselingkuhan."
"Letta!" tegur Niko. Matanya melotot sebagai tanda ia tidak suka tuduhan Letta. "Nathalie gadis suciku. Tidak akan mungkin Nathalie hamil dengan pria lain!"
Letta menunduk, walau dalam hatinya masih kekeuh akan pendapatnya. "Maaf, Pa. Mama cuma takut Rahardian dikhianati."
Niko tidak mau Nathalie menjadi berpikir keras karena Letta. "Sekarang kita keluar dulu saja, biarkan Nathalie istirahat."
Letta melirik sinis pada Rahardian dan Nathalie yang hanya diam. Lantas, ikut mengekori langkah kaki Niko keluar dari kamar putra tirinya.
Nathalie duduk di sisi ranjang, menatap bingung wajah Rahardian. "Kenapa dokter pernah memvonis kamu mandul? Dan kenapa aku baru tahu setelah sekian lama menjadi istrimu?"
"Kamu tidak perlu memikirkan apa pun. Tugas mu hanya menjaga baik- baik kesehatan janin kita supaya bisa menjadi pewaris Dewantara."
Nathalie diam saat Rahardian memeluknya dengan lembut. "Mulai sekarang aku yang akan menjagamu, aku yang akan pastikan kamu dan anak kita baik- baik saja."
Nathalie membalas pelukannya. "Andai benar kamu berubah menjadi sangat mencintai ku. Andai memang benar perilaku ini bukan tipuan mu, aku akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia, Dian."
...Terima kasih yang sudah mampir....
bikin novel komedi aja Thor
engkau shangat kocaks