EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Hari ulang tahunnya dan juga saudari kembarnya yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka, justru berakhir duka. Berliana mengalami kecelakaan. Dan sebelum meninggal dunia, Berliana memberikan wasiat agar sang suami, Dion Ananta, menikahi kembarannya yakni Binar. Demi kedua buah hati mereka yang belum genap berumur satu tahun yakni Devina dan Disya.
Binar Mentari Mahendra terpaksa menikah dengan kakak iparnya demi kedua keponakannya yang sangat membutuhkan figur seorang ibu. Pernikahan yang membawa nestapa baginya karena hanya dianggap sebatas istri bayangan oleh suaminya.
Padahal di luar sana ada lelaki yang begitu mencintai Binar walaupun usianya lebih muda dua tahun darinya yakni Langit Gemintang Laksono. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia penyakit Binar.
Simak kisah mereka yang penuh intrik di dalamnya💋
Update Chapter : Setiap hari.
🍁Merupakan bagian dari Novel Bening☘️ONE YEAR
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Rindu Ibu
Lembang.
"Yeiii... main ikan!" teriak Disya.
"Berisik !!" ketus Devina.
"Bialiinnn... wlekkk !" balas Disya.
"Awas kamu nanti malam kakak gak mau bobo sama kamu!" ucap Devina dengan wajah tampak dingin dan ketus pada sang adik.
"Aku bobo sama Mami. Ka Depi bobo sendili ama antuu. Haha..." sengit Disya tak mau kalah seraya tertawa terbahak-bahak mengejek sang kakak.
"Pergi sana sama Mami! Kamu sudah enggak sayang lagi sama mendiang ibu," ucap Devina ketus.
Mendadak kata ibu disebut oleh sang kakak, Disya yang dikenal periang, manja namun juga lebih cengeng daripada Devina, akhirnya matanya sudah berkaca-kaca. Ia teringat dengan ibu kandungnya yang ia tahu memang sudah meninggal dunia dari cerita semua orang terutama keluarganya.
"Huaaaaa... hiks... hiks... hiks..."
"Ibuuukk..."
"Dicaaa anenn ibu..." cicit Disya seraya menangis tersedu-sedu.
Sontak tangisan Disya membuat para orang dewasa yang tengah berada di dalam vila berhamburan keluar. Terlebih Binar yang sangat khawatir jika Disya menangis. Sebab putrinya yang satu ini jika menangis terus-menerus biasanya akan berujung demam.
Binar belum lancar berjalan sehingga masih meminta bantuan suaminya untuk menggandengnya keluar vila.
Mereka semua sekarang sudah berada di halaman vila dekat kolam ikan, tempat Devina dan Disya berdiri.
"Kenapa sayangnya Mami, hem?" tanya Binar penuh kelembutan seraya berjongkok di depan Disya dan jemari lentiknya sambil menghapus buliran air mata yang menetes di pipi putrinya ini.
"Atu anenn ibu. Hiks...hiks..." jawab Disya dengan sesenggukan.
Binar pun langsung memeluk putrinya itu dan menepuk punggung Disya dengan lembut penuh kasih sayang bak seorang ibu kandung.
"Nanti kalau Devina dan Disya sudah libur sekolah lagi, kita sekeluarga pergi ziarah ke makam ibu ya sayang," ucap Binar berusaha menenangkan Disya yang masih menangis.
"Mami janji?"
"Iya, Mami janji. Bener kan, Pi?" tanya Binar pada Dion agar Disya lebih percaya.
"Eh, i_ya sayang. Putri Papi yang cantik ini jangan nangis dong. Kita kan ke sini mau liburan. Mau seneng-seneng ke vila kakek buyut. Nanti kalau waktunya libur lagi, kita semua ke makam ibu kok. Papi janji," ucap Dion meyakinkan Disya.
Arjuna dan Bening pun turut menenangkan tangisan Disya. Dan beruntung kali ini akhirnya Disya tidak menangis terlalu lama dan sudah bisa tersenyum.
Devina yang melihat semua perhatian keluarganya tertuju pada sang kembarannya, akhirnya berlari masuk ke dalam vila dengan menghentak-hentakkan kaki.
Semua keluarga terkejut melihat Devina yang cemberut dan berlari ke dalam vila. Binar menyuruh Papa dan Mamanya menemani Disya terlebih dahulu. Ia dan Dion pun berjalan menuju ke dalam vila menyusul Devina yang ternyata masuk ke kamar.
"Ibu, Devi kangen. Semua sudah lupa sama ibu. Devi sayang ibu. Huhu..." cicit Devina lirih dan air matanya sudah membasahi pipinya.
Tanpa disadari Devina, Binar dan Dion sudah berada di dalam kamar si kembar di vila. Kebetulan vila mendiang Jenderal Polisi Prasetyo Pambudi yang ada di Lembang ini terdapat tiga buah kamar.
Nantinya Arjuna dan Bening tidur di kamar utama, si kembar tidur di kamar sebelah Opa dan Omanya. Sedangkan Binar dan Dion menempati kamar lain yang tersisa di sana.
Binar pun berjalan mendekati Devina yang tengah tidur-tiduran di atas ranjang dengan posisi memunggungi. Binar mendaratkan b0kongnya di atas ranjang. Jemari lentik Binar mengelus punggung Devina yang tengah bergetar. Menandakan sang empunya sedang menangis.
"Devina, putri ibu dan mami yang paling baik hati. Cintanya Mami dan Papi,"
Deg...
Seketika tangis Devina berhenti kala mendapat elusan dan untaian kalimat menenangkan penuh cinta dari Binar, ibu sambungnya. Dion hanya terdiam menatap interaksi Binar dengan putri sulungnya tersebut.
Devina pun membalikkan tubuhnya lalu beranjak duduk dan bersandar di headboard ranjang. Binar menghapus air mata yang menetes di pipi Devina.
"Papi dan Mami sudah enggak sayang sama ibu. Sudah lupa sama ibu!" ketus Devina seraya masih sesenggukan.
"Siapa yang bilang, sayang?"
Devina hanya bisa terdiam dan tak menjawabnya.
"Semua orang sayang sama ibu dan enggak akan melupakan ibu sampai kapan pun. Ibu akan selalu hidup di hati Mami, Papi, Opa, Oma, Devina dan juga Disya, selamanya. Setiap selesai salat, doa Mami dan Papi selalu tercurah untuk ibu agar di sana ibu bisa bahagia selalu. Mami tadi nenangin Disya, karena takut nanti Disya sakit. Mami minta maaf kalau mungkin kurang perhatian ke Devina yang tengah rindu dengan ibu. Karena Mami terlalu sibuk. Devi sebagai perwakilan mendiang ibu, mau kan maafin Mami?"
Binar memberikan jari kelingkingnya pada Devina untuk meminta maaf. Devina pun akhirnya luluh. Binar memeluk dan membisikkan kalimat maaf dan penuh kasih di telinga Devina.
Hati Dion mendadak terenyuh melihat pemandangan di hadapannya sekarang. Istrinya saat ini hanya lah sebatas ibu sambung kedua putrinya, namun kasih sayang Binar seperti seorang ibu kandung.
"Makasih, Bin. Kamu sudah membuat kedua putriku tak kekurangan kasih sayang dari sosok seorang ibu untuk mereka." Dion hanya bisa membatin penuh haru melihat ketulusan Binar dengan porsi yang berimbang baik kepada Devina maupun Disya yang selama ini sangat jarang ia perhatikan dengan baik dan seksama.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Bantu Like 💋