El-Syakir namanya. kehidupannya biasa saja sama seperti manusia pada umumnya. hingga suatu hari ia mengalami kecelakaan dan akhirnya ia dapat melihat mereka yang tidak terlihat
mata batinnya terbuka dan bahkan banyak dari mereka yang meminta bantuan padanya. berbagai rangkaian kejadian ia alami.
ia bertemu dengan hantu anak remaja laki-laki yang akan mengikutinya kemanapun ia pergi.
"bantu aku mencari siapa pembunuhku dan aku akan membantumu untuk menolong mereka yang meminta bantuan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Awan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
"ayah pergi dulu ya. nanti ayah ke sini lagi. ayah harus lihat adik kamu juga" ucap ayah Adnan
"tolong jaga dia" pintanya kepada Zidan
"pasti mas. dia adalah keponakan ku. tentu saja aku akan menjaganya" jawab Zidan
"aku ingin menanyakan sesuatu"
"silahkan mas"
"kenapa bukan kamu saja mengelola semua aset Burhan. kamu kan adiknya"
"aku tidak tertarik mas. aku juga punya usaha sendiri. aku dan mas Burhan sama-sama punya usaha sendiri. dan yang lebih berhak itu adalah Dirga anak mas Burhan"
ayah Adnan menghela nafas panjang. ia menatap Dirga yang terbaring lemah.
"kalau begitu sembari menunggu Dirga bangun dari komanya, kamu saja yang mengambil alih. kalau aku, aku sama sekali tidak tau tentang masalah perusahaan"
"tapi mas bisa belajar. aku akan mengajari mas Adnan sampai mas bisa"
"maaf Zidan, aku tidak tertarik dengan itu"
"tolonglah mas. setidaknya mas bantu aku. aku tidak sanggup mengelola dua perusahaan sekaligus. mas takut ketahuan oleh istri mas. tenang saja, kita rahasiakan ini bersama. tolong mas, perusahaan mas Burhan sekarang butuh pimpinan dan aku tidak bisa menjadi bos dengan dua perusahaan" Zidan memohon
"nanti kita bicarakan lagi. aku pergi dulu. tolong jaga putraku"
"pasti mas"
ayah Adnan kembali mencium kening Dirga sebelum ia pergi. kini ia akan ke lantai 3 dimana kamar rawat El berada.
"bu, ayah kok dari tadi nggak datang-datang" tanya El
"lagi sibuk mungkin nak. mungkin sebentar lagi ayah datang" jawab ibu Arini
"dek, kamu nggak diikuti lagi kan sama orang itu...?" tanya El kepada Alana
"nggak lagi kak" jawab Alana
"kamu kalau kemana-mana harus ditemani ya. kakak nggak mau kejadian kemarin terulang lagi"
"iya kak. makasih waktu itu kakak udah nolongin Lana meskipun akhirnya kakak jadi masuk rumah sakit" ucap Alana lirih
"jangan sedih gitu dong. lagian sekarang kakak juga udah sembuh" El mengelus kepala Alana
"hummm... ngomong-ngomong kak Vino sama kak Leo nggak datang lagi ya kak...?" tanya Alana
"nggak, mereka ada urusan lain. nggak harus setiap hari mereka datang" jawab El
Alana mengangguk paham namun ada raut kesedihan wajahnya, El dapat melihat itu.
"mukanya kok kusut gitu. kenapa...?" tanya El
"nggak apa-apa" jawab Alana
"assalamualaikum"
"wa alaikumsalam"
"ayah" panggil El. ia tersenyum melihat ayahnya datang
"bagaimana keadaanmu, sudah membaik kan...?" tanya ayah Adnan duduk di samping El dan Alana
"hummm...El sudah lebih baik. kapan El pulang yah, El bosan disini" jawab El
"kamu baru saja sadar kemarin, tidak mungkin langsung pulang. tunggu beberapa hari lagi sampai keadaanmu benar-benar pulih" ucap ayah Adnan
"baiklah" jawab El
(apa aku harus beritahu sekarang mengenai Dirga. tapi El belum sepenuhnya sembuh. nanti sajalah kalau El sudah sembuh) batin ayah Adnan
"yah...ayah kok melamun...?" tanya Alana
"tidak. ayah tidak melamun. oh ya bu apakah ibu membawa makanan, ayah lapar sekali" ucap ayah Adnan
"ada, ibu masak banyak untuk kita. tumben ayah kelaparan, ayah tidak makan di toko...?" tanya ibu Arini
"tidak sempat makan bu, banyak barang yang masuk. ayah sibuk seharian" jawab ayah Adnan
"ayah jangan telat makan, nanti sakit lambung. ayah pelindung kami semua, kalau ayah sakit terus Alana, kakak sama ibu bagaimana" ucap Alana mengapit lengan ayah Adnan
"kalau ayah sakit masih ada kakakmu sebagai pelindung kamu dan juga ibu" timpal ayah Adnan mengelus putrinya yang manja itu
"mau makan sekarang atau nanti setelah sholat magrib, soalnya sudah adzan tuh" tanya ibu Arini
"sholat dulu, setelah itu baru kita makan" jawab ayah Adnan
mereka semua segera melaksanakan panggilan Tuhan. karena masih sakit, El hanya bertayamum saja.
ayah Adnan menjadi imam mereka. mereka sholat dengan khusyuk. untuk hantu yang bernama Bima, ia ditempat lain tanpa mengganggu mereka termasuk El.
"hummm masakan ibu emang nggak ada duanya" puji El
"makanan restoran kalah ya kak" timpal Alana
"iya, ibu harusnya buka warung makan. pasti pembeli banyak" ucap El
"kalian ini ada-ada saja" ibu Arini tersenyum
mereka begitu menikmati masakan ibu Arini. ayah Adnan bahkan menambah nasinya. selain lapar, lauknya juga menggiurkan selera.
kini sudah larut malam. ayah Adnan, ibu Arini dan Alana sudah tertidur pulas begitupun juga dengan El namun tengah malam ia bangun karena merasa ingin ke kamar mandi.
perlahan ia turun dari ranjangnya, tali infusnya ia pegang dan pergi ke kamar mandi. selesai dengan urusan kamar mandi, ia kembali ke ranjangnya. baru hendak untuk membaringkan tubuhnya, suara ketukan pintu terdengar.
"siapa...?" tanya El namun tidak ada jawaban
El-Syakir tidak ambil pusing, ia kembali memperbaiki posisinya untuk kembali berbaring namun ketukan pintu terdengar lagi.
(siapa sih...?) batinnya
El berpikir, kalau itu dokter kenapa harus mengetuk pintu. biasanya dokter langsug masuk saja atau mungkin suster yang memeriksa keadaannya.
tok...tok...tok...
"siapa...?" teriak El dan lagi tidak ada jawaban
ia melihat ayah, ibu dan adiknya tertidur pulas seakan tidak terganggu dengan teriakannya.
"pulas banget mereka tidurnya" gumam El
tok...tok...tok
karena kesal akhirnya El turun dari ranjangnya dan berjalan ke arah pintu.
ceklek....ia membuka pintu dengan pelan kemudian melihat ke luar namun tidak ada siapapun di luar itu.
"lah kosong"
El kembali menutup pintu, baru saja melangkah ketukan itu terdengar lagi.
"siapa sih yang iseng...awas saja kalau gue temukan"
dengan kesal El membuka pintu dan berdiri di luar, lagi-lagi tidak ada orang di luar.
"hey, siapapun kamu tolong ya jangan iseng ketuk pintu kamar gue" teriak El dan lagi tidak ada sahutan atau jawaban
(atau jangan-jangan kak Bima ya) batinnya
"kak Bima, apakah itu kamu...?" teriak El
sunyi dan sepi tidak ada jawaban. El memutuskan untuk kembali ke dalam namun ekor matanya melihat seseorang di sudut sana. saat berbalik ia melihat Vino sedang berdiri mematung dan menatapnya.
"Vin, elu ngapain di situ...?" tanya El
Vino tidak menjawab, ia berbalik dan berjalan ke arah tangga darurat.
"Vin, Vino. elu mau kemana...?" teriak El
El berjalan mengejar Vino, hingga akhirnya ia melihat ke arah tangga darurat. El kembali mengejarnya dan terus menyusuri tangga.
Vino berhenti di lantai satu dan ia masuk ke sebuah ruangan, El terus mengejarnya bahkan memanggil namanya namun Vino sama sekali tidak berbalik dan menyahut.
El berhenti di depan pintu ruangan itu, ia ragu untuk masuk ke dalam namun karena tadi ia melihat sahabatnya masuk ke dalam ruangan itu, akhirnya ia membuka pintu dan masuk ke dalam.
"Vin, Vino" panggil El
"kemana perginya tuh anak"
di dalam tidak ada siapapun, hanya meja, kursi, ranjang dan berbagai alat rumah sakit lainnya.
"Vino, elu dimana. jangan bercanda deh" panggil El
"apa gue salah lihat ya. tapi perasaan tadi itu memang Vino kok. kenapa sekarang dia nggak ada" gumamnya
karena tidak melihat Vino, El memutuskan untuk kembali namun ia mendengar sesuatu yang sangat membuatnya penasaran.
"Vin, apakah itu elu...?"
El berjalan pelan ke arah suara itu. perlahan tapi pasti ia semakin dekat dengan suara itu. saat dekat ia melihat seseorang yang serupa dengan Vino sedang memakan sesuatu namun dalam keadaan membelakanginya.
"Vino.... Vin" panggil El
Vino menoleh dan betapa kagetnya El melihat penampakan di depannya.
wujud yang berupa Vino itu, mulutnya penuh dengan darah. bagaimana tidak, makhluk itu sedang memakan sesuatu yang sangat menjijikan bagi manusia.
makhluk itu sedang memakan tikus. bahkan seakan tikus itu adalah makanan terenak untuknya.
ia tersenyum menyeringai dengan terus menikmati makanannya. tatapan tajamnya tidak pernah lepas dari El-Syakir.
melihat itu, perut El-Syakir seperti dikocok dan ia memuntahkan semua isi dalam perutnya.
"huek...huek" El-Syakir memuntahkan makanannya
grrrrrrrr.... makhluk itu mengerang
El perlahan mundur, tubuhnya bergetar. ia ketakutan luar biasa.
makhluk itu melangkah mendekati El dengan senyuman yang terlihat mengerikan.
"El-Syakir" makhluk itu memanggil El dengan sangat pelan namun menakutkan
kepala El terasa pusing. ia merasa pusing dan sekelilingnya berputar seperti gasing. El menjambak rambutnya dan membenturkan kepalanya di dinding.
dugh...dugh...dugh...
"aaaggghh" El berteriak keras hingga akhirnya ia jatuh pingsan
tubuh El ambruk namun seketika ada yang menahan tubuhnya. sayup-sayup matanya melihat siapa sosok itu.
"kak B-Bima" ucap El lirih hingga akhirnya matanya tertutup rapat
pelahan El membuka matanya, ia melihat sekelilingnya. dirinya sudah berada di kamar rawatnya.
"ayah, ibu. kak El sadar" ucap Alana
ayah Adnan dan ibu Arini segera mendekati El-Syakir.
"syukurlah nak, kamu sudah sadar. ibu sangat khawatir padamu" ibu Arini mencium kening El berulang kali
"bagaimana keadaanmu nak. apa ada yang sakit...?" tanya ayah Adnan
"El, elu udah sadar. syukurlah" ucap Leo dan Vino
"memangnya El kenapa yah...?" tanya El pelan
"waktu ayah bangun, kamu tidak ada. terus ayah mencarimu ke kamar mandi tapi kamu juga tidak ada. ayah keluar mencari kamu kemana-mana tapi tetap saja ayah tidak menemukanmu"
"lalu...?" tanya El
"karena panik, ayah bertanya kepada satpam apakah dia melihatmu keluar namun ia menjawab tidak pernah melihat seorang pasien yang keluar dari rumah sakit."
"hingga akhirnya kami memeriksa cctv siapa tau kamu masih ada disekitar rumah sakit. dan benar saja, kami melihatmu ke luar kamar dan menuju ke arah tangga darurat lalu turun di lantai satu dan masuk ke dalam ruangan"
"ayah segera mencarimu ke sana. saat tiba kamu dalam keadaan pingsan"
"pingsan...?" tanya El lagi memastikan
"iya, kamu pingsan sudah 3 hari" jawab ibu Arini
"3 hari...?" lagi-lagi El terus bertanya
"iya. sebenarnya apa yang terjadi padamu nak. kenapa kamu pergi ke ruangan itu...?" tanya ayah Adnan
El tidak menjawab. ia sedang mengingat-ingat kejadian yang dialaminya. dan saat matanya bertemu tatap dengan Vino, El langsung ketakutan.
"k-kamu...kamu bukan Vino. pergi kamu, pergi" teriak El mengamuk
"El sadar nak sadar. dia nak Vino" Ibu Arini berusaha menenangkan El
"bukan, dia bukan Vino. dia makhluk mengerikan yang menyamar menjadi Vino. dia bukan Vino. pergi kamu, pergi" El melemparkan apa saja yang ada di dekatnya kepada Vino
"El, gue Vino El. ini gue Vino. Vino Erlangga" ucap Vino
semuanya terlihat kebingungan, mereka bingung apa sebenarnya yang dialami El sehingga dirinya menjadi seperti itu.
"elu benar-benar Vino Erlangga...?" tanya El yang sedang bersembunyi dipunggung ibu Arini
"iya. masa sama sahabat sendiri elu nggak kenal sih" jawab Vino
El dengan ragu mendekati Vino, dan kemudian
plaaaaak....
El menampar Vino dengan sangat keras membuat Vino teriak kesakitan.
"aduuuhh....gila lu, kenapa elu nampar gue" ringis Vino memegang pipinya
yang lainnya hanya tercengang melihat apa yang dilakukan El-Syakir. Leo sampai menutup matanya karena berasa seperti dirinya yang ditampar.
"syukurlah elu benar-benar Vino. gue pikir elu makhluk jadi-jadian" El mengelus dadanya dan tersenyum ke arah Vino tanpa merasa bersalah
"makhluk jadi-jadian, elu kira gue banci kaleng apa" kesal Vino
"sakit ya...hehehe, maaf" El menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"hihihihi sikit yi...miif" Vino mengikuti bicara El dengan perasaan kesal dan jengkel
Leo serta yang lainnya berusaha menahan tawanya agar tidak meledak. mereka merasa kasihan Vino ditampar namun mereka juga merasa lucu melihat Vino bibirnya cemberut maju beberapa centi.