“Baik, kalau begitu kamu bisa bersiap untuk menyambut kematian mama! Mama lebih baik mati!” Ujar Yuni mencari sesuatu yang tajam untuk mengiris urat nadinya.
Alika tidak percaya dengan apa yang di lakukan Yuni, sebegitu inginnya Yuni agar Alika mengantikkan kakaknya sehingga Yuni menjadikan nyawanya sebagai ancaman agar Alika setuju.
Tanpa sadar air bening dari mata indah itu jatuh menetes bersama luka yang di deritanya akibat Yuni, ibu kandung yang pilih kasih.
Pria itu kini berdiri tepat di depannya.
“Kamu siapa?” Tanya Alika. Dia menebak, jika pria itu bukanlah suaminya karena pria itu terlihat sangat normal, tidak cacat sedikitpun.
Mendengar pertanyaan Alika membuat pria itu mengernyitkan alisnya.
“Kamu tidak tahu siapa aku?” Tanya pria itu menatap Alika dengan sorot mata yang tajam. Dan langsung di jawab Alika dengan gelengan kepala.
Bagaimana mungkin dia mengenal pria itu jika ini adalah pertama-kalinya melihatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 26
"Waah, terlihat enak sekali kakak ipar." Ucap Brian yang kali ini kembali lagi ke dapur dan melihat jika makanan yang di masak oleh Alika semua sudah terhidang di meja makan.
Semuanya terlihat begitu mengunggah selera. Alika memang pandai dalam memasak.
"Apa kamu tidak punya pekerjaan lain selain datang merusuh?" Ucap Alika yang masih dongkol dengan Brian.
"Jangan sinis seperti itu. Aku kan juga ingin makan." Kata Brian lalu mengambil ayam goreng yang ada di piring.
"Ini bukan untukmu!"
Belum sempat Brian mengambil, Alika sudah menarik piring ayam goreng dan menjauhkannya dari Brian.
"Apa kamu tidak takut keracunan masakanku? Aku masih ingat perkataanmu, bukankah masakanku ini rasanya horor dan kamu takut keracunan!" Alika kembali mengungkit ucapan Brian tentang masakannya saat dia pertama kali masak di rumah itu.
Perkataan Brian itu cukup membekas di hati Alika, karena dia sudah susah paya memasak saat itu, tapi yang dia dapat justru ucapan yang tidak menyenangkan dari Brian.
"Kenapa kamu pendendam sekali? Biarkan aku mencobanya, agar Daniel terhindar dari keracunan makanan, apa kamu tidak takut dia akan memecat mu sebagai istri jika dia sampai masuk rumah sakit karena sakit perut keracunan makanan ini?" Kata Brian yang membuat telinga Alika menjadi panas mendengarnya.
Membuat Alika marah dan cemberut adalah suatu kebahagian yang sulit di tolak oleh Brian.
"Bisakah kamu tidak membuatku tenang dalam sehari saja jika bertemu denganku? Apa kamu tidak senang jika tidak membuatku marah? Apa kamu ingin aku cepat mati karena darah tinggi?" Omel Alika menatap tajam wajah Brian yang membuat Brian semakin gemas dengan istrinya itu.
"Sayangnya itu tidak bisa aku lakukan kakak ipar. Wajah marah mu itu candu bagiku." Kata Brian sambil mencolek dagu Alika dengan jarinya.
Alika mengigit bibirnya geram, jika saat ini dia bisa menjelma menjadi harimau atau pun serigala, dia pasti sudah melahap ipar laknatnya itu.
"Jangan mengigit bibirmu seperti itu, aku jadi tergoda ingin melahapnya." Ucap Brian yang membuat Alika membelalak kan matanya.
Lagi-lagi Brian mengundang kemarahan.
"Apa kamu pernah mendengar kakak ipar menganiaya adik iparnya yang tidak tahu sopan santun?" Tanya Alika dengan membuat mimik wajah menyeramkan sambil menaikkan kaca matanya ke pangkal hidung.
"Wah.. Aku jadi takut, tapi di banding rasa takutku, aku lebih ingin memelukmu dengan hangat." Bisik Brian yang mendekat ke arah Alika.
"Kau!" Alika akan memukul kepala Brian, tapi tangannya segera di tahan oleh Brian.
"Baik, aku akan pergi. Tapi, kalau kamu butuh apa-apa panggil saja aku." Ucap Brian, namun sebelum pergi dia mengedipkan sebelah matanya pada Alika.
"Huhh... Aku benar-benar akan mati muda menghadapi adik ipar mesum sepertinya."
Alika mengatur nafasnya yang tadi sempat berburuh di buat Brian.
Dia tidak bisa bertemu dengan Daniel dengan emosi yang tidak stabil akibat ulah Brian.
......................
Tok! Tok! Tok!
Alika mengetuk pintu kamar Daniel, untuk memberitahukan jika dia sudah memasak untuk Daniel sebagai ucapan terima kasih karena tadi Daniel sudah mau mendengarkan keluh kesahnya.
"Siapa?" Tanya suara dari dalam kamar.
"Aku Alika.." Jawab Alika dari luar.
"Masuk." Suru Daniel.
Tanpa menunggu lama lagi Alika pun langsung masuk ke dalam, kali ini entah kenapa dia sedikit percaya diri.
"Ada apa?" Tanya Daniel yang lagi-lagi membelakanginya.
Jelas saja, mana mungkin Daniel ingin menampakkan wajahnya. Karena dia juga adalah Brian.
"Aku sudah memasak makan malam, apa kamu ingin ke bawah makan bersama?" Tanya Alika dengan penuh harap jika Daniel setuju.
Selama beberapa bulan menjadi istri Daniel. Dia sama sekali tidak pernah makan bersama, jangankan makan bersama, melihat wajah Daniel saja dia tidak pernah.
Pernah sekali, Alika sengaja menjelajahi rumah. Berharap bisa menemukan foto-foto Daniel. Namun, sayangnya hanya hasil yang nihil Alika dapatkan. Tak ada satu pun foto Daniel di rumah itu.
"Aku tidak terbiasa makan dengan orang lain." Jawab Daniel yang membuat Alika kecewa.
Itu artinya dia tidak akan punya kesempatan untuk makan bersama dengan Daniel. Yang artinya juga, dia mungkin selamanya tidak akan pernah bisa melihat seperti apa wajah suaminya itu.
Apa mungkin dia bisa selamanya berjarak dengan suaminya. Apakah dia dan Daniel tidak akan pernah benar-benar menjadi sepasang suami istri sungguhan. Melainkan hanya di atas kertas saja.
"Kalau kamu tidak keberatan, bawakan saja makanannya ke kamar." Kata Daniel yang sadar jika Alika merasa sedih di belakangnya karena penolakannya itu.
"Aku akan membawakannya ke sini untukmu." Jawab Alika sedikit senang. Karena, setidaknya Daniel ingin memakan masakannya.
dengan cepat Alika turun mengambil makanan yang di masaknya, tak berapa lama, dia kembali lagi dengan nampan di tangannya.
"Aku letakkan di sini." Kata Alika.
"Baik." Jawab Daniel namun masih di posisi sama, berdiri membelakangi Alika sambil menatap ke luar jendela kaca yang besar.
"Apa sudah tidak ada lagi?" Tanya Daniel.
"Kamu tidak ingin makan?" Tanya Alika.
"Aku akan memakannya nanti, kalau sudah tidak ada yang ingin kamu katakan. Kamu bisa keluar sekarang." Ujar Daniel.
Alika menghela nafas kecewa.
"Baiklah, tapi kamu harus memakannya." Kata Alika lalu memutar badan dan berjalan keluar dari kamar Daniel.
Setelah Alika keluar, barulah Daniel memutar badannya. Berjalan ke arah meja di mana Alika meletakkan nampan berisi makanan yang di masak Alika.
"Aku akan memakannya, apa kamu tahu masakanmu itu sangat lezat. Dan, mengingatkan pada seseorang." Ujar Daniel dengan tatapan sendu lalu mengambil sepotong ayam goreng yang ada di piring.
Di dapur Alika menutup beberapa lauk yang sengaja dia pisah. Meskipun Brian menyebalkan dan selalu membuatnya tinggi darah, tapi dia merasa tidak tega jika tidak meninggalkan makanan untuk Brian.
Setelah menutup makanan yang di simpannya untuk Brian, Alika naik ke kamarnya. Dia ingin melakukan sesuatu malam ini.
Di dalam kamar Alika mengambil ponselnya lalu membuka media sosialnya.
Dia menulis kata-kata yang begitu panjang. Setelah kembali memastikan dengan membaca ulang tulisannya, dan merasa jika tidak ada yang kurang, Alika pun mempostingnya.
Kali ini dia harus melawan. Dia tidak ingin lagi diam dan membiarkan dirinya terus di injak-injak oleh Helen.
Sudah cukup selama ini dia mengalah dan memberikan jalan pada Helen. Namun, sekarang sudah berbeda.
Alika tidak ingin lagi menjadi boneka yang terus menerus di mainkan oleh Helen. Dia harus membalasnya, membuat Helen merasakan dampak akibat dari perbuatan buruk Helen yang Helen berikan padanya.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Support author dengan like,komen dan juga vote ya, biar author semakin semangat up nya. Terima kasih :)
trus tidak helen yg terkejut akan fakta ttg daniel