NovelToon NovelToon
The CEO’S Saturday Obsession

The CEO’S Saturday Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali / Kekasih misterius
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Diaz, CEO yang menjual bunga dan coklat setiap hari Sabtu. Dia mencari wanita yang cocok dengan sepatu kaca biru milik ibunya. Apa sebenarnya tujuan mencari wanita itu? Memangnya tidak ada wanita lain? Bukankah bagi seorang CEO sangat mudah mencari wanita mana pun yang diinginkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kegugupan Lili

Bab 23

"Sebentar, aku tanya Samir langsung," ucap Diaz cepat. Ia berdiri dari kursinya, meninggalkan Eriva yang masih duduk dengan kebingungan.

Eriva menatap punggung Diaz yang menjauh, hatinya dipenuhi tanda tanya. Kenapa dia terlihat begitu tergesa-gesa? Apa sepatu itu tidak jadi untukku? Tidak mungkin Diaz seperti itu..

Eriva menarik napas panjang, mencoba mengalihkan pikirannya. Namun, notifikasi pesan di ponselnya membuatnya tersentak. Pesan itu dari Monica.

Monica: "Eriva, coba lihat wanita yang baru datang tadi. Bukankah dia yang bertengkar dengan kita di parkiran tadi?"

Eriva mengernyit, membaca pesan itu berkali-kali. Ia melirik ke arah wanita yang dimaksud—Lili. Penampilan Lili yang anggun berkelas, membuat Eriva merasa tak yakin. Bagaimana mungkin wanita seanggun itu bertengkar di parkiran?

Eriva: "Mungkin hanya mirip, Monica. Lagipula, lihat dia. Nggak mungkin dia orang yang sama."

Namun, Monica tak menyerah.

Monica: "Kamu harus lebih memperhatikan. Aku yakin itu dia. Mungkin dia terlihat berbeda karena penampilannya. Tapi cara dia bicara... Itu beneran dia, Eriva."

Eriva kembali menatap Lili dengan lebih seksama. Hatinya masih penuh keraguan, tetapi ada bagian kecil dari dirinya yang mulai yakin Monica mungkin benar.

---

Sesi lelang akhirnya dimulai. Ruangan yang semula dipenuhi percakapan pelan kini berubah menjadi arena persaingan sengit. Perusahaan demi perusahaan mulai melayangkan tawaran mereka untuk tanah TPU. Angka demi angka naik hingga mencapai jumlah yang fantastis.

Gunawan, yang awalnya optimis, mulai kehilangan kepercayaan diri. Tawaran dari rival utamanya, Tuan Asher, terlalu tinggi untuk diimbangi.

"Kalau aku terus menaikkan tawaran, ini akan jadi bumerang untuk perusahaan," gumam Gunawan, suaranya nyaris tak terdengar di tengah riuh.

Dia menahan diri, meskipun hatinya dipenuhi rasa kesal. Dia yang paling menginginkan tanah itu, tapi malah jatuh ke tangan rivalnya.

Tuan Asher akhirnya memenangkan lelang, dan ruangan dipenuhi tepuk tangan. Gunawan hanya bisa diam, wajahnya menyiratkan kekecewaan yang mendalam. Matanya sempat melirik Diaz, yang kini tampak puas dengan hasil ini.

"Diaz, anakku sendiri, kini lebih memilih berdiri di pihak lawanku."

---

Setelah lelang usai, perhatian beralih ke Tuan Asher. Pria itu berdiri dengan senyum bangga, lalu berkata, "Terima kasih atas kepercayaan semua pihak. Untuk menyampaikan lebih lanjut, saya ingin memberikan kesempatan kepada putri saya, Lili, untuk menyampaikan beberapa kata."

Lili, yang tak menduga akan diberi kesempatan seperti ini, langsung merasa gugup.

"Papi, aku... Aku belum siap," bisiknya.

Namun, sebelum Tuan Asher sempat menjawab, Diaz yang duduk tak jauh dari mereka angkat bicara.

"Nona Lili, tak apa. Aku bisa menemanimu. Lagipula, ini kesempatan bagus untuk mempromosikan proyek kita bersama. Kita adalah tim, bukan? Harus saling mendukung dan maju bersama."

Lili menoleh ke arah Diaz, matanya penuh keraguan, tetapi ketegasan dalam nada suara Diaz membuatnya merasa lebih tenang. Setelah menarik napas panjang, ia akhirnya mengangguk.

"Baiklah, tapi jangan tinggalkan aku di tengah-tengah, Tuan Diaz."

Diaz tersenyum tipis dengan anggukan.

Mereka berjalan bersama menuju podium. Lili berdiri di tengah dengan Diaz sedikit di sisinya, memberikan dukungan dengan kehadirannya. Saat Lili mulai berbicara, gugupnya perlahan memudar. Suaranya yang lembut namun penuh keyakinan memikat perhatian para tamu.

"Terima kasih kepada semua pihak yang telah hadir dan mendukung proses ini," ucap Lili, sesekali melirik Diaz untuk memastikan dia tetap di sisinya. "Proyek ini bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga tentang memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa proses alih fungsi ini dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan menghormati semua pihak yang terlibat."

Tepuk tangan memenuhi ruangan ketika Lili selesai berbicara. Wajahnya sedikit memerah karena gugup, tetapi Diaz memberinya senyuman kecil yang menenangkan.

"Kau melakukannya dengan baik," bisik Diaz saat mereka kembali ke tempat duduk.

Lili hanya tersenyum kecil, tetapi hatinya terasa hangat. Untuk pertama kalinya, ia merasa menjadi bagian penting dalam dunia bisnis papinya. Namun, dia juga sadar, ada lebih banyak sorotan yang tertuju padanya, termasuk dari Eriva dan Monica, yang kini menatapnya dengan berbagai macam ekspresi.

###

Monica yang merasa panas melihat Diaz dan Lili di depan, lalu menghampiri Eriva. Dia duduk di sampingnya.

Eriva meski duduk tenang, tapi tangannya mengepal, mencoba menahan amarah yang meluap di hatinya. Tatapannya tertuju pada Diaz yang tengah berbicara dengan Lili. Bukan hanya sikap ramah Diaz yang membuatnya kesal, tapi sepatu yang dikenakan Lili—sepatu kaca yang Diaz niatkan untuk diberikan padanya semalam—menjadi pukulan telak.

"Jadi, itu alasan dia tergesa-gesa meninggalkanku? Sepatu itu... untuk Lili?" batin Eriva, matanya memerah menahan kekecewaan.

Di sebelahnya, Monica yang ikut memperhatikan situasi itu terlihat tak kalah kesal. Tatapannya beralih dari Lili ke Eriva, lalu kembali ke Diaz.

"Jadi ini Lili? Tak hanya cantik, tapi dia juga berhasil menarik perhatian Diaz," gumam Monica dengan nada sinis.

Eriva hanya diam, tetapi kemarahannya semakin menjadi ketika Diaz tertawa kecil mendengar sesuatu yang dikatakan Lili. Seolah dunia hanya milik mereka berdua.

Monica menyentuh lengan Eriva. "Eriva, kita nggak bisa tinggal diam. Kalau begini, sainganmu bukan cuma aku, tapi juga wanita itu. Apa kamu mau menyerah?"

"Aku nggak akan menyerah," jawab Eriva tegas, meskipun nada suaranya sedikit bergetar. "Tapi aku juga nggak akan bertindak gegabah. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka."

Monica menatap Eriva lama, mencoba menebak isi pikirannya. Namun, dia memilih tidak mengatakan apa-apa lagi dan membiarkan Eriva menghadapi perasaannya sendiri.

---

Setelah acara lelang selesai, para tamu mulai menikmati jamuan makan malam yang telah disiapkan. Suasana terasa lebih santai, meskipun bagi beberapa orang, ketegangan masih membara.

Di sudut lain ruangan, Gunawan melangkah cepat mendekati putranya dengan wajah yang penuh emosi. Begitu dekat, ia langsung menepuk bahu Diaz dengan keras, memaksa pria muda itu menoleh.

"Ada apa, Papa?" tanya Diaz tenang, meskipun ia tahu situasi ini tidak akan berjalan baik.

"Apa-apaan kau berpihak pada rivalku?!" Gunawan memulai dengan suara rendah namun penuh tekanan. "Kau tahu betul tanah TPU itu sangat penting untuk proyek Papa, tapi kau malah membiarkan tim Asher memenangkannya!"

Diaz menarik napas panjang, mencoba tetap tenang. "Papa, perusahaan Mahendra sudah sejak awal terikat kerja sama dengan Asher Corp. Tidak etis jika aku justru melawan mereka dalam proyek ini. Apalagi proyek ini sama-sama untuk rumah sakit dan fasilitasnya. Aku hanya menjalankan tugas secara profesional."

Gunawan menyipitkan matanya, jelas tidak puas dengan jawaban Diaz. "Kau terlalu banyak bicara, Diaz. Kau kira aku tidak tahu apa yang kau pikirkan?"

Diaz mengangkat bahu. "Kalau aku boleh jujur, proyek di tanah TPU itu sebenarnya tidak akan berdampak besar. Lagipula, tanah itu tidak akan dibangun apa-apa."

Gunawan tersentak mendengar jawaban putranya. "Apa maksudmu?"

Mahendra, yang selama ini hanya memperhatikan dari kejauhan, kini ikut mendekat. Wajahnya terlihat tegas, tetapi ada senyum kecil di sudut bibirnya. "Kau memang sudah pandai bicara sekarang, Diaz. Tapi kau lupa satu hal penting."

Diaz menoleh ke Mahendra dengan tenang. "Apa itu, Papa?"

"Kalau kau benar-benar ingin menjalankan proyek itu di tanah TPU, akan ada banyak hambatan. Kau tahu kenapa? Karena prosesnya hanya bisa dilakukan oleh Kakek Guru. Dan kau tahu betul, Kakek Guru berpihak padaku."

Diaz tersenyum tipis, tidak gentar sedikit pun. "Aku paham soal itu, Papa. Tapi aku yakin, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Seperti yang aku katakan tadi, tanah TPU itu tidak akan dibangun apa pun."

Gunawan menatap Diaz dengan tajam. "Darimana kau tahu? Apa yang sebenarnya kau sembunyikan, Diaz?"

Bersambung....

1
reza indrayana
makin penasaran nichh. 🫰🏻🫰🏻😘😘😘
reza indrayana
Manarik nich..., mampir Thor...💙💛💙🫰🏻🫰🏻😘😘😘
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
wah Diaz ngamuk lihat samir mau jemput lili 🤣🤣🤣
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya selalu 💪🏻🙏🏻😍
Zainab Ddi
semoga ketahuan biar Diaz bisa melamar lili lansumg
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
aduh lili kasian Diaz tuh kamu harus segera menjadi Leri sebelum Diaz menikah
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
emang enak
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
sabar lili
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
Diaz mau pilih yg mana tuhbsepatu Uda cocok untuk lili
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya selalu 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
wah tambah seru nih kayaky
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
lili emang jodohmu Diaz
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
semoga sepatu nya cocok dengan lili
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!