Kakak readers tersayang, tolong jangan di boomlike ya! Budayakan kasih like setelah membaca. Terima kasih 🙏🏻
Saat dia dicampakkan oleh kekasihnya, dia bertemu dengan seorang lelaki yang kemudian menjadi suami sirinya.
"Dengar! Meski kita sudah menikah, tapi kamu jangan berharap banyak padaku, karena aku sudah memiliki seseorang yang aku cintai," Dave Sky Pradipta
"Aku tidak keberatan jika kamu menceraikanku sekarang juga. Lagipula pernikahan kita hanya siri," Sevia Kireina Dzakiya
Pernikahan yang awalnya dijalani tanpa cinta, tetapi saling menguntungkan untuk keduanya, mampu menumbuhkan benih-benih cinta tanpa disadari oleh Sevia dan Dave.
Sampai pada saat cinta semakin berkembang dalam pernikahan rahasia mereka. Keduanya sepakat untuk mengungkapkan perasaan di hari yang telah di tentukan. Namun ternyata, hari itu adalah awal dari perpisahan yang tidak mereka harapkan. Sementara tanpa Sevia ketahui, dia telah mengandung anaknya Dave. Mungkinkah cinta dapat menyatukan mereka kembali ataukah hanya menjadi sebuah kenangan yang tak akan terlupakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon thatya0316, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Makan malam
Mendengar apa yang Dave katakan, Sevia langsung tersadar kalau semua yang dialaminya bukan hanya sekedar mimpi. Dia mulai meraba wajah tampan itu dengan jari kecilnya, Dave begitu menikmati sentuhan jari Sevia di wajahnya. Namun, saat Sevia benar-benar tersadar kalau yang di depannya ini memang suaminya, Sevia langsung menjauh dari Dave.
Tidak, ini semua tidak benar! Aku harus bisa menjaga hatiku agar tidak jatuh dalam pesonanya, batin Sevia.
"Sevia, apa kamu mendengar apa yang aku ucapkan?" tanya Dave memastikan Sevia yang terlihat seperti orang linglung.
"Aku ... Apa aku sedang bermimpi? Kenapa kamu bisa ada di kamarku? Bukankah tadi aku sudah mengunci pintu?" Sevia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Kamu bilang mengunci pintu? Lalu bagaimana bisa si brengsekk itu masuk ke sini dan menggerayangi kamu?" ketus Dave kesal karena hasratnya harus tertahan.
"Apa kamu bilang? Bukannya tadi kamu yang ....?" Sevia tidak melanjutkan ucapannya karena merasa malu, tadi ikut terhanyut dalam permainan Dave.
"Kenapa? Kamu menyukai sentuhan dariku atau sentuhan si brengsekk itu?" tanya Dave.
"Siapa maksud kamu si brengsekk? Bukankah hanya kamu yang masuk ke rumahku?" tanya Sevia heran.
"Sudahlah! Cepat sana mandi, kita makan di luar!" pungkas Dave.
Sevia pun hanya mengikuti apa yang Dave katakan, karena memang badannya sudah terasa lengket.
Sementara Dave pergi ke warung Om Joni untuk membeli minuman dingin. Dia butuh penyegaran untuk otaknya yang mulai mendidih menahan hasrat yang tertahan.
Saat selesai mandi, Sevia hanya memakai handuk yang menutupi tubuhnya. Dia dengan cuek menuju ke kamarnya yang berbatasan langsung dengan dapur kecil di sebelah kamar mandi.
Merasa tidak ada orang di kontrakannya, Sevia pun membuka penutup tubuh satu-satunya. Sambil bersenandung, dia memakai satu persatu pelindung tubuhnya. Namun, ada sebuah tangan yang menghentikan gerakannya. Dave langsung melingkarkan tangannya membelit tubuh Sevia dari belakang. Napasnya mulai memburu saat tangan nakal itu menyusuri lekukan tubuh Sevia. Namun, dengan cepat Sevia menyingkirkan tangan itu dari badannya. Meskipun usahanya tidak membuahkan hasil.
"Dave, hentikan!" suruh Sevia dengan napas yang sudah tidak teratur lagi.
"Kamu membuatku gila, Sevia! Pantas saja orang gila itu mencuri kesempatan di saat kamu tidur." Dave langsung membalikkan tubuh Sevia dan menyesap benda kenyal itu dengan rakus. Akal sehatnya menghilang sesaat, yang dia inginkan sekarang agar hasratnya dapat segera dia tuntaskan. Namun, lagi-lagi kesenangannya harus terganggu saat suara ketukan pintu itu terdengar begitu nyaring di telinga.
"Sevia, cepat buka pintunya!" Ines menggedor pintu mantan sahabatnya itu. Dia sangat marah saat tahu Andika habis dipukuli oleh suami baru Sevia. Ines memang tahu mengenai pernikahan Sevia yang di terjadi karena digrebek oleh bapaknya dan Pak RT, tapi dia tidak tahu mengenai siapa yang menjadi suami Sevia.
Mendengar ada yang menggedor-gedor pintu, Dave pun segera menghentikan aktivitasnya. "Cepat pakai bajumu! Kita langsung cari makan."
Sevia hanya mengikuti apa yang Dave katakan. Dia segera menyelesaikan memakai bajunya yang sempat tertunda. Seperti terhipnotis, Sevia selalu mengikuti apapun yang suami brondongnya itu katakan.
Sementara Dave langsung menuju ke pintu depan untuk melihat siapa yg sudah mengganggu kesenangannya.
Ceklek!
Terlihat sorang gadis di depan pintu dengan kilatan amarah di matanya. Namun, saat melihat Dave yang membuka pintu, gadis itu menjadi tercengang.
"Mr. Dave? Sedang apa Anda di sini?" tanya Ines kaget.
"Apa kamu mengenalku?" ketus Dave.
"Tentu saja Mister, aku Ines, staf admin produksi di AP Technology," terang Ines dengan percaya diri.
"Sorry! Aku tidak tertarik untuk mengenalmu," tukas Dave.
Sevia datang dari balik tirai dengan sweater dan celana jeans yang melekat di tubuhnya. Melihat Ines yang hanya berdiri di depan pintu, Sevia pun angkat bicara.
"Dave, kenapa gak disuruh masuk? Ayo sini, Ines masuk!" ajak Sevia.
"Tidak usah! Aku hanya mau minta pertanggungjawaban dari suamimu, kenapa dia memukuli Andika sampai babak belur?" Ines terus menyelidiki pada Sevia yang berdiri di samping Dave.
"Itu karena dia yang kurang ajar pada istriku, kalau kamu ingin menyalahkan orang, salahkan pacarmu kenapa jadi laki-laki brengsekk." Dave langsung menarik tangan Sevia keluar kemudian mengunci pintu kontrakan Sevia. Tanpa memperdulikan Ines yang masih berdiri di situ, Dave terus menarik tangan Sevia dan membawanya masuk ke mobil yang terparkir tidak jauh dari kontrakan Sevia.
Sialan! Kenapa harus Sevia yang mendapatkan bule itu? Padahal dia tidak cantik, cantikan juga aku ke mana-mana, sungut Ines dalam hati.
Sementara Dave terus melajukan mobilnya mencari restoran yang masih buka. Namun, lidah Indonesia Sevia menolak saat dia akan dibawa ke restoran yang menyediakan makanan khas Italial.
"Dave, jangan makan di sini! Aku gak biasa makan makanan impor. Bagaimana kalau beli sate saja, tadi sate Pak Min masih buka. Ada es kelapa ijonya juga," rengek Sevia.
Dave hanya melihat ke arah Sevia sekilas sebelum akhirnya dia membelokan kembali mobilnya menuju warung sate yang Sevia katakan.
Sesampainya di sana, Sevia langsung memesan makanan kesukaannya. Sop Kambing dan sate, tidak terlewat juga es kelapa ijo.
Dave hanya memperhatikan Sevia makan yang terlihat sangat lahap sampai semua sate dan sop tinggal tulang belulangnya saja.
"Masih kurang?" tawar Dave seraya menyodorkan sate yang ada di piringnya.
"Enggak ah Dave! Aku takut darah tinggi kalau kebanyakan makan daging kambing," tolak Sevia.
"Lalu itu, kamu habiskan semua," tunjuk Dave pada piring sisa makan Sevia.
"Hehehe.... Mubajir kalau gak dihabiskan," elak Sevia.
Dave hanya tersenyum menanggapi ucapan Sevia, seraya terus menyesap es kelapa ijo di depannya.
Dia memang tidak cantik, tapi manis dan pribadi dia sangat menarik. Apalagi body-nya sungguh membuatku merasa bergairah. Sangat berbeda dengan Kattie yang memiliki kesempurnaan dari berbagai segi pandang, batin Dave.
"Hai Dave! Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Sevia heran dengan suami brondongnya, yang melihatnya dengan tatapan kosong.
"Ah tidak! Aku hanya sedang berpikir, gaya apa yang harus aku pakai untuk malam pertamamu?" Seperti tanpa beban, Dave bicara dengan santainya.
Sangat berbeda dengan Sevia yang langsung merah padam wajahnya, mengingat kembali kegiatan panas mereka saat tadi kontrakan.
"Kalau ngomong di filter apa, Dave!" gerutu Sevia.
Lagi-lagi Dave hanya tersenyum menanggapi ucapan gadis lemah di depannya. Dia suka melihat Sevia yang terkadang malu-malu tapi mau.
"Sudah, kan makannya? Ayo, sekarang kita lanjutkan yang tadi tertunda!" ajak Dave.
"Memang harus ya, Dave?"
"Tentu saja! Itu bagian dari tugas seorang istri dan aku sebagai suami sudah menjalankan tugasku dengan memberimu makan," ucap Dave dengan penuh percaya diri.
"Yang benar saja! Masa cuma sekali di kasih makan aku harus menyerahkan diri padamu," sanggah Sevia.
"Dua kali kalau kamu lupa."
Astaga nih bule! Perhitungan sekali, batin Sevia.
...*****...
...~Bersambung~...