Kerajaan Danemor menjadi sebuah kerajaan yang kuat setelah Raja Adolf I telah naik takhta menggantikan raja sebelumnya, namun dibalik kuatnya kerajaan itu, menyimpan sisi kelam yang sangat mengerikan, Raja yang sangat keji terhadap musuh dan rakyatnya sendiri, pertumpahan darah sangat lumrah terjadi di kerajaan Danemor.
Kelahiran seorang anak laki laki menjadi harapan untuk semua orang untuk menggulingkan takhta Raja Adolf I, mampukah anak harapan itu mampu melakukannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sergey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Utusan
2 hari berlalu, Adolf menjalankan rencana nya untuk menyerang kota Beurne, mereka pun berangkat melewati benteng Beurne, asap hitam telah menghilang dan hanya tersisa asap putih halus yang membuat pandangan menjadi jelas.
kondisi benteng itu sungguh mengenaskan, banyak mayat pasukan Beurne telah membusuk dengan kondisi daging yang terbakar, Adolf pun terpaksa menunda rencana nya untuk mengubur jasad jasad pasukan Beurne agar tidak menjadi wabah.
Pasukan Adolf pun bekerja sama agar penguburan dilakukan dengan cepat, tak lupa pasukan menghitung jasad pasukan Beurne, hingga akhirnya salah satu pasukan melapor penemuan mayat.
"Tuan Adolf, saya menemukan mayat duke Otto."
"Tuntun aku menuju jasad nya."
Adolf dan satu prajurit itu menuju jasad Otto, sesampainya Adolf langsung bergidik ngeri melihat penampilan jasad Otto, ia pun berjongkok dan menganalisis penyebab kematian Otto yang tidak wajar itu.
"Seperti nya kematiannya adalah terbunuh oleh seseorang, tapi siapa?." gumam Adolf.
Adolf pun menyuruh prajurit memanggil Pan dan Adurain untuk mendiskusikan kematian Otto yang tidak wajar itu.
"Tuan ada apa memanggil kami berdua?." Pan mengawali pembicaraan.
"Ini adalah jasad Otto, lihatlah baik baik, bukankah ini tidak wajar? jasad nya terlalu mengerikan untuk dijelaskan." Adolf berbicara menahan mual.
Tentu saja pasukan yang melihat jasad Otto bergidik ngeri, banyak dari mereka yang tidak tahan langsung memuntahkan isi perut mereka, bahkan Pan dan Adurain yang melihat jasad Otto pun tidak tahan menahan mual nya perut mereka.
"Tuan sebaiknya kita langsung saja makam kan Otto, jujur kami tidak kuat melihat jasadnya." Pan yang biasanya tegar pun tak tahan.
"Tunggu sebentar, pedang nya lihat pedangnya, bukankah ini bekas pertarungan?."
"Benar tuan, sepertinya terjadi perselisihan." ucap Adurain.
"dengan panah sebanyak ini di punggungnya, seperti nya memang benar terjadi perselisihan diantara mereka hueekk." Pan langsung mengeluarkan isi perutnya.
Adolf hanya membiarkan saja, dia langsung memerintahkan prajurit untuk mengubur mayat Otto.
"Mungkin saja Erik mengkhianati Otto, karena Otto adalah seorang yang mahir menggunakan pedang dan begitu juga Erik, pasti yang membunuh Otto adalah Erik dengan menggunakan panah kita untuk membunuhnya."
"Dengan tempramen Otto kemungkinan tetap bertahan di benteng ini apapun yang terjadi, tentu Erik yang putus asa melawan Otto, jika ditanya kenapa Erik bisa selamat, pasti Erik menggunakan tubuh Otto sebagai perisai daging yang melindunginya dari anak panah api." ucap Pan.
Adolf tak berkutik mendengar pendapat Pan, paling masuk akal dengan kematian Otto adalah perselisihan pendapat, Adolf pun membiarkan masalah itu, yang terpenting adalah musuh terbunuh, maka peluang kemenangan akan semakin tinggi.
Sore hari nya, pasukan selesai dengan pemakanan jasad prajurit Beurne, Adolf memerintahkan untuk berjalan ke pinggir kota Beurne, sepanjang jalan, Adolf melewati desa desa wilayah Beurne, karena Adolf memiliki kebencian di hatinya terhadap warga Beurne, dia memaksa warga untuk memberi persediaan makanan, warga desa Beurne hanya pasrah menyerahkan makanan yang ia punya ke pasukan Adolf.
Meskipun Adolf membenci warga Beurne, dia melarang pasukannya untuk membunuh seseorang yang tidak bersalah, menyentuh wanita, dan melakukan kekerasan terhadap anak anak, ia masih menyimpan hati nurani nya sebagai manusia, untuk itulah ia melarang pasukannya untuk tidak membunuh warga secara sembarangan.
Malam hari telah tiba, Adolf menyuruh pasukannya untuk mendirikan tenda di kejauhan kota Beurne, ia mendiskusikan strategi untuk melancarkan serangan.
"Kota Beurne itu luas, dengan tata kota yang melingkar, tentu kota itu memiliki benteng, namun tidak sebesar benteng Beurne, apa kita harus melakukan serangan secara agresif atau defensif, atau ada ide yang lain?."
"Tuan dengan senjata api, maka kita tidak perlu ragu untuk melancarkan serangan agresif, ini memang mempercepat serangan, tetapi korban dari pihak warga akan banyak yang gugur." pendapat Adurain.
"Jika kita melakukan defensif, tentu korban bisa diminimalisir, atau begini saja tuan, kita kirim utusan untuk memasuki kota, akan lebih baik jika kota Beurne menyerah tanpa perlawanan, namun saya cukup khawatir jika utusan itu terbunuh." pendapat Pan.
"Baiklah sepertinya itu lebih baik, kita akan menguji warga Beurne, apakah mereka akan tunduk padaku atau tidak, jika mereka dengan senang hati tunduk, aku mungkin akan meringankan hukuman mereka, jika utusan yang ku kirim terbunuh, lancarkan saja serangan agresif, mereka tidak layak dikasihani." ucap Adolf.
Adurain dan Pan hanya mengangguk setuju dengan perintah Adolf.
Keesokan pagi nya, utusan Adolf pergi menuju kota Beurne, utusan itu ditemani 10 pengawal berkuda dengan bendera putih ditangan nya yang menandakan statusnya sebagai utusan.
Sesampainya, utusan langsung meminta memasuki gerbang kota, Erik melihat utusan itu kemudian mengijinkan utusan itu masuk ke kota Beurne, kemudian rombongan itu masuk kedalam kota.
Setelah masuk, utusan langsung menuju pusat kota, kemudian dia berteriak memanggil warga Beurne.
"Wahai penduduk Beurne, aku adalah utusan yang dikirim Raja Adolf, kedatangan ku adalah menyampaikan pesan yang ingin Raja sampaikan."
Warga yang sudah berkumpul pun tetap diam mendengarkan utusan berbicara, kemudian utusan melanjutkan.
"Yang pertama, Raja bersedia memaafkan warga Beurne dan memasukan kembali status warga Beurne menjadi rakyat kerajaan Danemor secara sah, namun karena kebanyakan warga dari kalian yang berada di wilayah lain menyebabkan masalah, Raja tetap memberikan kalian hukuman sosial bagi yang bersalah, hukuman sosial bersifat tergantung keinginan warga wilayah lain, yang kedua, Raja meminta kalian semua untuk menyerah dan tidak melawan Raja, jika kalian menyerah maka point pertama tadi akan menjadi lebih mudah untuk kalian, namun jika tetap melawan, Raja tidak segan untuk menyerang kota Beurne, yang ketiga, jika terjadi peperangan, warga yang tidak ingin melawan Raja dan sepenuhnya menyerah, maka wajib untuk keluar dari kota Beurne, kami beri Jeda 10 menit sebelum penyeran-."
Utusan menghentikan pidato nya, sebuah anak panah menancap di dada kiri nya, kemudian utusan itu jatuh bersimbah darah.
Seorang warga menembakkan anak panah kepada utusan itu, kemudian warga lainnya bergegas menuju 10 pengawal itu, pengawal terpojok karena dikepung warga, kemudian warga maju secara bersama langsung mengayunkan pisau kepada pengawal.
20 menit Adolf menunggu, dia mengamati benteng kota Beurne bersama Adurain dan Pan, hingga akhirnya, dia melihat warga kota Beurne menggantung K*pala utusan dan pengawal yang ia kirim di benteng kota, Adolf pun sangat marah.
"Dasar pengkhianat keji tak tahu diuntung, baiklah jika itu yang kamu mau sialan." Adolf meraung marah.
"Semua pasukan, perhatikan perintah ku, tak peduli siapa kalian bunuh, kota Beurne harus direbut, ingatlah jika dari dulu kita selalu sabar dengan perlakuan jahat dari warga beurne di wilayah kalian, berbagai maaf telah diberi, namun mereka tak pernah sadar akan kesalahan mereka, justru kini mereka terang terangan menyatakan perang dengan kita semua, pengkhianat memang tak pantas dikasihani, jangan ragu membunuh mereka yang melawan, masih pantaskah mereka untuk hidup?." Teriak Adolf.
"Tidak tuan." teriak semua prajurit.
"Bagus, kita beri ganjaran para pengkhianat dalam kota itu, Seluruh prajurit, bersiap untuk menyerang."