Kedatangannya di kota lain dengan niat ingin memberi kejutan pada suaminya yang berulang tahun, namun justru dialah yang mendapat kejutan.
Semuanya berubah setelah ia melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, suami yang sangat di cintainya menggendong anak kecil dan dan merangkul seorang wanita di sampingnya.
"Siapa wanita itu Mas!" Bentak Anastasya.
"Dia juga istriku." Jawab Damian.
Deg!
Anastasya tersentak kaget, tubuhnya lunglai tak bertenaga hampir saja jatuh di lantai.
"Istri?" Anastasya mengernyitkan keningnya tak percaya.
Hatinya hancur seketika tak bersisa, rasanya sakit dan perih bagai di sayat pisau tajam. Suami yang selama ini dia cintai ternyata memiliki istri di kota lain.
Bagaimana nasib rumah tangganya yang akan datang? Apakah ia mampu mempertahankannya ataukah ia harus melepaskan semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amnesia
"Baiklah." Anastasya pasrah, ada sedikit curiga di hatinya tapi di tepisnya, dan memilih akan menyelidikinya sendiri tanpa harus bertanya pada orang lain. Ia mengingat kembali kata-kata Austin untuk tidak mempercayai siapapun sebelum ingatannya kembali. Sekarang ini dia tidak mempercayai siapapun lagi selain dirinya termasuk Damian.
'Maafkan aku Tasya, seandainya aku bisa memilih, mungkin aku lebih ingin kamu amnesia dari pada mengingat semuanya dan meninggalkan ku.' Batin Damian.
"Ayo kita bersiap, kita kan kembali ke villa." Damian membantu Anastasya untuk bangun.
"Tidak usah, Austin sudah menyiapkan semuanya. Tuh!" Anastasya menunjuk sebuah tas berisikan pakaian dan obat-obatannya.
"Tunggu sebentar." Damian keluar dari kamar mengambil kursi roda kemudian membantu Anastasya untuk duduk.
Setelah Anastasya duduk, Damian mendorong kursi rodanya menuju mobil. Damian membuka pintu mobil kemudian membantu Anastasya untuk masuk, "Pelan-pelan sayang." Ujar Damian.
Damian menutup pintu dan berjalan menuju kursi kemudi. Ia melajukan mobilnya menuju Villa dengan kecepatan rata-rata.
Setengah jam berlalu, akhirnya mereka sampai di villa, Anastasya mengedarkan pandangannya namun semuanya terasa asing baginya.
Saat di perjalanan menuju Bandung, Damian menyuruh ART yang menjaga villa untuk membuang semua foto-fotonya bersama Kanaya dan Radit. Ia tidak mau Anastasya melihatnya dan pergi lagi.
Seminggu telah berlalu mereka berada di Villa tapi Anastasya belum juga mengingat apapun.
Hubungan mereka mulai membaik, mereka tidur di kamar yang sama tapi Anastasya tidak ingin melakukan hal lebih sebelum ingatannya kembali dan rasa cinta yang dimilikinya juga kembali.
Damian selalu berusaha untuk membuat Tasya nyaman dan bahagia agar Anastasya kembali mencintainya seperti dulu.
Sementara Kanaya telah mengetahui keberadaan Damian. Ia mendapatkan informasi dari tetangga villa karena selama ini ART di villa mengatakan jika Damian tidak pernah ke sana.
"Brengsek kamu Mas! Aku menyusul mu ke sini, tapi kamu malah pergi bersama Tasya. Sepertinya kesabaran ku telah hilang. Akan aku perlihatkan ke kalian siapa aku yang sebenarnya." Kanaya tersenyum licik kemudian melempar ponselnya.
"Kamu kenapa Naya? kenapa ponsel kamu lempar?" Tanya Weni yang kebetulan lewat di depan kamar Kanaya.
"Mah! Mas Damian selama ini membohongi kita, dia bilang ke Surabaya tapi nyatanya dia ke Bandung bersama Tasya." Kesal Kanaya.
"Apa? jadi Damian berhasil menemukan Tasya?" Tanya Weni memperjelas.
"Ia Mah! aku nggak mau tau Mama harus membujuk Mas Damian pulang." Ujar Kanaya.
"Baiklah, akan Mama lakukan. Kamu tenang aja Damian akan kembali pada mu." Weni keluar meninggalkan Kanaya menuju kamarnya. Ia mengambil ponselnya lalu menghubungi Damian.
Di Bandung, Damian duduk bersantai di balkon menikmati langit senja yang indah. Ia baru saja pulang dari kantor dan memenangkan diri menatap pemandangan di luar. Anastasya datang menghampirinya kemudian ikut duduk di kursi.
"Tasya, Mama memanggil kita kembali ke Jakarta. Apa kamu tidak keberatan kita tinggal di Jakarta? kita bisa cari dokter yang terbaik yang bisa menyembuhkan mu." Ujar Damian.
"Ia Mas, aku nggak masalah. Asalkan ada Mas, kemanapun aku akan ikut." Ujar Anastasya yang mulai percaya dengan Damian.
Damian merangkul dan membelai rambut Anastasya dengan lembut. "Tapi di rumah ada Kanaya ponakan Mama dan anaknya Radit tinggal bersama kita. Kamu tidak keberatan kan tinggal bersama mereka? tapi jika kamu keberatan, kita akan tinggal di apartemen berdua." Jelas Damian.
Anastasya berpikir sejenak, jika ia tinggal sendiri, dia akan kesusahan untuk mengingat kembali masa lalunya. Sedangkan jika berinteraksi dengan orang lain mungkin ia bisa mendapatkan informasi, " Tinggal di rumah mas aja! Aku lebih suka ramai, jika kita tinggal berdua, aku akan kesepian jika Mas berangkat kerja." Ujar Anastasya.
"Baiklah sayang, jika itu keinginan mu aku akan turuti." Damian mengecup kening Anastasya dengan lembut.
"Mas sudah berapa lama kita menikah?" Tanya Anastasya.
"Sudah hampir empat tahun. Kenapa?" Tanya Damian.
"Apa kita memiliki anak?" Tanya Anastasya semangat.
"Belum sayang, Allah belum memberinya. Kamu sabar ya?" Jelas Damian.
"Kenapa kita belum punya anak? apa ada masalah dengan kandunganku?" Tanya Anastasya penuh kekecewaan.
"Tidak ada sayang..! Kata dokter semuanya baik-baik saja. Kamu jangan khawatir, suatu saat nanti kita pasti memilikinya. Saat itu kamu meminta liburan ke Bali, apa kamu mau pergi sekarang?" Tanya Damian.
"Nanti aja Mas, aku ingin fokus dengan kesembuhan ku dulu." Anastasya menolak.
"Baiklah, besok kita kembali ke Jakarta." Ujar Damian.
"Ia mas, ayo kita masuk! sudah hampir malam." Ajak Anastasya.
"Mas mandi dulu ya? kamu nggak mau temenin mas?" Goda Damian menaikkan kedua alisnya.
"Ihh mas apaan sih." Anastasya tersipu malu.
"Biasanya kita mandi bareng. yuk! mau ya?" melas Damian.
"Maaf mas!" Tolak Anastasya sambil memasukkan pakaiannya ke koper.
Damian masuk ke dalam kamar mandi dengan rasa kecewa, sudah seminggu lebih ia mengajak Anastasya bercinta namun Anastasya selalu menolaknya dengan caranya sendirian.
Setelah membereskan pakaiannya, Anastasya berbaring di tempat tidur king size nya. Ia menatap langit-langit kamar mengingat kan dirinya saat bersama Austin, ada rasa kerinduan di hatinya, ia bangun kemudian mengambil ponsel yang di berikan Austin, hanya ada satu nomor ponsel yang tersimpan di sana itupun bertuliskan inisial A. Anastasya menekannya tapi Austin tidak mengangkatnya. Entah sudah berapa kali Anastasya mencobanya tapi tetap saja hanya operator seluler yang menjawabnya.
"Apa kamu sudah melupakanku? aku membutuhkan saran mu, aku takut! aku tidak punya siapa-siapa di Jakarta." Monolog Anastasya kemudian menyimpan kembali ponselnya di dalam tas. Ia kembali berbaring kemudian tertidur karena pengaruh obat yang telah ia minum.
Setelah beberapa menit, Damian keluar dari kamar mandi. Ia memakai pakaian kemudian berbaring di samping Anastasya. Ia hanya bisa memeluk Anastasya saat ia tidur, tapi tidak bisa melakukan yang lebih.
Keesokan harinya mereka berangkat kembali ke Jakarta. Damian tidak mengatakan jika Dia akan kembali hari ini dan membawa Anastasya pulang pada Weni dan Kanaya.
Setelah 3 Jam akhirnya mereka sampai di Jakarta, mobil Damian memasuki pekarangan rumah yang luas. Anastasya mengedarkan pandangannya seolah rumah itu tidak asing baginya. Dengan langkah pelan mereka masuk dan langsung menuju kamarnya.
"Kalian sudah pulang?" Tanya Weni yang duduk di karpet ruang tamu bersama Radit.
"Ia mah." Jawab Damian, kemudian menoleh ke arah Anastasya, "Sayang dia Mama, apa kamu bisa mengingatnya?" Tanya Damian.
Anastasya menggeleng lalu mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan Weni. Namun Weni langsung menepisnya.
"Tidak usah Mama lagi sibuk dengan Radit." Kesal Weni.
Anastasya mengernyitkan keningnya heran mendapat penolakan dari Weni, "Kenapa Mama tidak mau bersalaman denganku? apa Mama nggak suka denganku?" Tanya Anastasya.
"Ia, kamu tidak amnesia kan?" Kesal Weni asal bicara.
"Tasya memang amnesia Mah! Tasya habis kecelakaan, Damian mohon Mama jangan kasar padanya. Dia masih sakit dan butuh perawatan." Jelas Damian.
"Mama nggak peduli, masuklah kalian istirahat. Kanaya masih belum pulang." Ketus Weni.
Mereka masuk ke dalam kamar, Anastasya duduk di sisi tempat tidur lalu mengedarkan pandangannya di setiap sisi ruangan. Di dinding masih ada foto pernikahan dan beberapa foto mereka yang di bingkai kecil diatas nakas panjang.
"Itu foto saat di mana Mas, lucu banget!" Tanya Anastasya.
"Itu saat kita masih kuliah sayang, itu foto pertama kita setelah kita baru jadian, kamu membingkainya kemudian menyimpannya di situ sebagai kenang-kenangan." Jelas Damian.
"Rumah orang tuaku dimana mas?" Tanya Anastasya.
"Nanti kalo ada waktu Mas akan membawa mu ke sana. Sekarang kamu istirahat jangan banyak berpikir." Ujar Damian kemudian membantu Anastasya berbaring.
Setelah Anastasya tertidur, Damian keluar dari kamarnya kemudian masuk ke dalam kamar Radit.
"Radit kok belum bobo?" Tanya Damian.
"Pa....!" panggil Radit berbinar meminta di gendong.
Damian segera menggendong anaknya melepaskan kerinduannya selama beberapa hari tidak melihatnya.
"Mas! Kenapa Mas bawa Tasya ke rumah ini?" Ketus Kanaya yang juga berada dikamar Radit saat itu.
.
.
.
Bersambung....
Sahabat Author yang baik ❤️
Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
tendang aja burungnya biar ga BS terbang sekalian . gedeegggggg bgt.
ga mgkn hamil juga lah. kayaknya si Damian mandul. tp ditipu SM Mak Lampir.
gunakan hp, minta tolong Austin kek, atau minta tolong Tirta kek. gedeghhggg