NovelToon NovelToon
Istriku Canduku 2

Istriku Canduku 2

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Contest / badboy / cintamanis
Popularitas:42.6M
Nilai: 5
Nama Author: Elis Kurniasih

Seorang gadis mandiri yang bernama Permatasari Anindya atau biasa dipanggil Sari, selalu gagal dalam menjalin hubungan.

Namun saat, ia mantap dengan pilihannya, tiba-tiba malapetaka itu terjadi, persis di tengah keraguan pada kekasih pilihannya yang tertangkap basah tengah bersama wanita lain.

Malapetaka yang membawanya pada seorang pria brengsek, yang telah mengikatnya diam-diam. Pria brengsek yang mulai candu akan tubuh Sari.

Siapakah pria brengsek itu? Siapakah pria yang Sari pilih? dan apakah ia akan bahagia?

Simak lagi ya guys
"Istriku Canduku 2"
Part David Sari

sebelumnya "Istriku Canduku" Part Mario Inka.

Novel ini novel dewasa, mengandung unsur 21+
Mohon untuk bijak membacanya 🙏

Terima kasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

di selingkuhin lagi

“Sar, nanti sore temenin aku ke hotel XY ya!” Pinta Inka pada Sari saat ia baru saja memasuki galeri miliknya.

“Ngapain, Miss?” Tanya Sari.

“Itu, tante Vivian telepon, minta di buatkan gaun. Tapi dia tidak bisa ke sini, jadi harus aku yang menemuinya. Temenin ya!” ucap Inka.

“Siip.” Sari menampilkan dua jempolnya.

Saat keduanya hendak ingin berjalan ke dalam, tiba-tiba Mario datang membuka pintu galeri itu. Ia berlari dengan nafas terengah-engah. Inka menghampiri suaminya.

“Kamu kenapa?” Tanya Inka pada suaminya.

“Aku lupa tadi pagi belum menciummu.” Jawab Mario.

Cup

Ia ******* bibir manis sang istri persis di depan Sari, membuat Sari memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

“Sial, kenapa gue terus yang melihat adegan mereka.” Gumam Sari.

Mario melepaskan pangutannya. “Nah, kalau sudah, aku bersemangat lagi, mencari nafah untuk kamu dan anak-anak.”

“Halah, lebay.” Inka memukul dada suaminya, sambil tersenyum.

“Uhuk.. Uhuk..” Sari pura-pura batuk.

“Eh ada orang, gue kira patung.” Celetuk Mario.

“Bagoos. Untung suami bos gue lu. Kalau bukan udah gue pentung.” Ucap Sari dalam hati.

“Hehehe..” Sari tetap menampilkan senyum manisnya.

“Kami ih, udah sana!” Inka mendorong suaminya keluar, sambil tertawa.

Lalu Mario pamit dan pergi.

Inka memasuki lagi butiknya dengan wajah memerah. Ia sungguh malu pada Sari. Kelakuan suaminya itu memang benar-benar.

“Maaf ya, Sar.” Ucap Inka.

“It’s oke. Miss. udah biasa.” Jawab Sari dengan cengirannya.

Inka semakin tertawa melihat ekspresi Sari.

“Nanti kalau kamu dapet suami yang gilanya seperti suami aku, juga bakalan ketularan. Ketagihan malah.” Celetuk Inka, saat keduanya berjalan beriringan memasuki ruangan masing-masing.

“Ih, apa sih, Miss. emang gitu?”

“Dulu aku juga dingin, Sar. Tapi pas ketemu Mario, hmm.. malah jadi ya gitu deh.” Ucap Inka ambigu.

“Apa sih, Mis? Saya ngga ngerti, saya masih kecil.” Sari kabur meninggalkan Inka yang masih tertawa, sambil menutup telinganya. Ia tak mau mendengar ocehan para wanita yang sudah bersuami dan membicarakan tentang ranjang. Ia tidak ingin tahu sebelum waktunya, karena ia tak mau otak bersihnya terkontaminasi.

Inka tertawa, melihat ekspresi Sari. Ia ingat bahwa dirinya pun pernah seperti itu.

****

Di sore harinya, Sari mendapat notifikasi pada ponselnya.

“Sar, sore ini lo harus ke hotel tempat gue kerja. Cewek yang lo bilang sahabat tunangan lo itu, check in lagi di sini. kalau lo mau buktiin sesuatu, datang tepat jam enam sore ya.” -Mila

Sari membaca notifikasi itu, lalu berpikir. Haruskah ia mengabaikan pesan ini? Tapi prangsangka Mila selalu benar. Ia selalu memberi masukan yang tepat pada teman-temannya yang sedang galau, dan feelingnya pun selalu kena.

“Iya Mil, gue akan ke tempat lo.” Jawab Sari pada pesan whatsapp yang di berikan Mila tadi.

“Siip, gue tunggu.” Jawab Mila lagi.

Ia melihat jam di pergeangan tangannya. Lalu ia bergegas merapihkan semua kertas-kertas di mejanya. Ia berjalan menuju ruangan Inka, ingin memberitahukan bahwa ia tak bisa menemani bosnya itu bertemu klien sore ini.

Ceklek

Sari membuka pintu ruangan Inka, setelah ia mengetuknya dua kali.

“Miss, mohon maaf banget, saya tidak bisa nganterin Miss Inka nemuin tante Vivian.”

“Loh, kenapa?”

“Saya ada urusan mendadak, Miss.” Jawab Sari memelas.

“Yah, kok gitu?” Inka yang terlihat kecewa, tapi tidak bisa marah.

“Maaf ya, Mis. Beneran ini urgent banget. Penting banget. Kalau ngga penting banget, pasti saya lebih memilih temenin Miss deh.” Ucap Sari lagi.

Akhirnya Inka mengalah. “ya sudahlah, saya nanti sendiri aja ke sana.”

“Beneran Miss ngga apa-apa kan?”

Inka mengangguk, “Iya, nanti aku naik taksi aja.”

“Sekali lagi maaf ya, Miss.” Kata Sari, sambil menggenggam tangan Inka yang berada di atas meja.

Inka mengangguk dan tersenyum. “Iya.“

“Terima kasih, Miss.” Sari segera keluar dari ruangan itu, dan setengah berlari agar segera sampai ke hotel tempat Mila bekerja.

Ia tak sabar ingin membuktikan sendiri perkataan Mila. Walau dalam hatinya berkata ‘ini tidak benar, ia tak boleh meragukan Rama’, tapi sisi lain hatinya berkata ‘ini memang harus di buktikan’.

Sari sampai di hotel itu tepat pukul enam. Ia langsung menemui Mila.

“Mil..” Panggil Sari, yang kebetulan melihat Mila di resepsionis hotel sedang memberi arahan pada temannya yang ingin bergantian shift.

“Eh, Sar.”

“Mana mereka? Udah datang.” Tanya Sari antusian.

“Udah. Pertama yang dateng ceweknya, terus tiga puluh menit kemudian laki lo.” Jawab Mila.

Detak jantung Sari semakin berdegup kencang. “Lo ngga salah orang kan, Mil?”

“Mata gue ngga katarak ya, Sar. Gue yakin itu mas Rama lo, sama cewek yang gue tunjukin fotonya waktu itu ke elo.”

“Ya udah antar gue ke kamar mereka.”

“Bentar gue ambil kunci cadangan kamar itu dulu.”

Tak lama kemudian mereka menuju kamar yang di pesan Anita. Kaki Sari mulai gemetar.

“Sar, lo harus tabah nerima kenyataan ini ya, lagi pula lo belum nikah. Mending lo tau sekarang daripada lo udah nikah terus baru tau kelakukan laki lo kaya gini.”

Sari mengangguk, “Iya, Mil.”

“Sebenarnya, ini privasi tamu. Gue melanggar aturan. Gue bisa di pecat kalau ketahuan masuk ke kamar tamu menggunakan kunci cadangan ini. Tapi gue juga ngga bisa diem kalau lo di bohongin, Sar.”

“Makasih, Mil.” Sari memeluk tubuh Mila, saat mereka masih di dalam lift.

Ting.

Lift itu terbuka, lalu mereka melangkah pelan menuju kamar itu.

“Lo cukup liat aja ngendap-negndap ya, Sar. Jangan sampe ketauan!” Ucap Mila.

Sari mengangguk.

Ceklek.

Pintu itu di buka dengan penuh hati-hati dan tanpa suara. Mila berjaga-jaga di luar pintu, walau lorong ini sangat sepi.

Sari mulai memasuki kamar itu dengan hati-hati. Ia belum melihat dua insan yang tengah mulai memacu peluh, tapi suaranya sudah terdengar.

“Ah, Ram. Faster.” Mata Sari mulai berair. Ia mendengar nama depan yang di sebut wanita itu. Ia pun hafal pemilik suara itu.

Rama tengah memberi rangsangan di bagian kewanitaan wanita itu dengan tangannya.

“Masuki, Ram.”

“Sabar, An.”

Air mata Sari tumpah. Ia mengintip di balik tembok dengan sangat hati-hati. Ia melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri, bagaimana Rama tengah bercinta dengan wanita yang selalu ia sebut sebagai sahabatnya.

Sari tak tahan melihat mereka, ia pun segera keluar dan langsung berlari sejauh mungkin.

Mila bingung. Ia langsung menutup kembali pintu itu perlahan. Lalu berlari, mencari keberadaan Sari. Nafas Mila sudah tersengal-sengal, ia tak menemukan jejak Sari.

“Dia lari kemana sih? Cepat sekali. Apa dia langsung pulang?” Tanya Mila pada dirinya sendiri.

Lelah karena tak menemukan Sari di manapun, akhirnya Mila pulang sendiri, walau ia masih gelisah dengan keadaan sahabatnya itu.

Berjam-jam Sari menangis di pojok lift, ia sengaja mencari tempat yang tak ada orang berlalu lalang di sana. Ia memukul sendiri kepalanya.

“Bodoh, bodoh, bodoh. Mengapa kamu mudah sekali di bodohi Sari.” Ia terus bergumam dengan kata-kata yang sama.

Tak lama kemudian, Inka yang tengah berjalan menuju lift, menemukan sosok gadis yang sangat ia kenal.

"Sari." Inka berlari menghampiri Sari yang tengah menangis di pojokan lift.

Inka yang tengah berada di hotel yang di tunjuk tante Vivi, tak sengaja bertemu Sari yang juga sedang berada di sana.

"Sar, kamu kenapa?" Tanya Inka bingung.

"Miss." Sari langsung memeluk Inka dan menangis di pundaknya.

Lalu, Sari menceritakan apa yang ia rasakan saat ini kepada Inka.

"Sudahlah, Sar. pria seperti itu tak perlu ada tempat di hatimu." Ucap inka geram, sambil mengelus punggung Sari.

"Dia tak pantas untukmu, akan ada waktunya nanti, kamu mendapatkan yang terbaik." Ucap Inka lagi menenangkan hati Sari.

Tiba-tiba ponsel Inka pun berdering.

Inka melepas pelukannya dan mengambil ponsel di dalam tasnya.

"Sebentar ya, Sar." Inka mengelus pundak Sari.

"Halo, Apa? Innalillahi. Oke saya akan segera ke sana."

Inka menutup ponselnya.

"Siapa yang meninggal, Miss?" Tanya Sari yang mendengar percakapan Inka.

"Mama Desi."

Mama Desi adalah Ibu sambung Inka.

"Innalillahi." Ucap Sari yang tak lagi menangis.

"Sar, aku boleh minta tolong."

"Iya, Miss. Miss pulang aja, saya yang akan ke kamarnya tante Vivi."

Inka kembali memeluk Sari.

"Maaf ya, Sar. padahal kamu lagi sedih."

"Tidak apa, Miss. saya kira pertemuannya tidak di hotel ini." Sari tersenyum.

Inka pun membalas senyum Sari.

"Akhirnya kamu senyum juga, kalau seperti ini kan manis di lihatnya." Ledek Inka.

"Bisa aja, Miss."

"Ya udah gih, sana. Miss." Kata Sari lagi, meminta Inka segera pergi.

"Sekali lagi, terima kasih ya Sar." Inka menempelkan pipinya pada kedua pipi Sari.

"Hati-hati, Miss." Sari melambaikan tangannya.

"Kamu juga, nanti hati-hati pulangnya." Kata Inka.

Sari pun tersenyum dan mengangguk. Lalu ia mengusap pipinya yang basah. Ia mulai menaiki lantai dua ke kamar 201, kamar yang di tunjuk tante Vivian, pelanggan butik tempat ia bekerja.

1
Ardiansyah Gg
Luar biasa
Capricorn 🦄
keren
Ce Habibah
Luar biasa
Diyah Febriyanti
lah... udah hamil lagi kah????
Serly Opan
bgs
@@Ayyaa@@
Jangan percaya, sari...
seharusnya kamu pun, tidak boleh mempersilahkan diri mu berbicara dengan rama.
Jonah Fernanda
skandal emang tuh
Jonah Fernanda
gimana sih tuh rama nggak bisa nahan diri kalau gitu kenapa kemaren hanya tunangan langsung aja nikah udah halal kan enak
Jonah Fernanda
aku suka dengan cara kakaknya tidak membedakan kasta tapi soal ibunya tidak suka biar saja lambat laun setelah tahu sifat baik dari calon menantunya pasti ibunyapun akan menyukainya
Arabella Jodanta
Luar biasa
#ayu.kurniaa_
.
Anonymous
keren
pebri hastuti
Luar biasa
Jumi Eko
bagus
Mei Saroha
koq sudah diperkosa ngga ada kebencian gitu ya mbak Sari...
Wiwik Rusmita
suka
Jin Jan
suami Uda salah faham,ko berhubungan dgn mantan
gita lailasari
ceritaY bagus thor cm sayang aja kta² b.inggrisY kurang enak di baca jd mnding pke b.indo aja cm dksh tau klo itu sbtulnya b.inggris cm di translatin gtu
ibeth wati
penisirin dgn jadinya mattew n Nina
ibeth wati
nunggu ceritanya mattew Nina dan Ardi Dinda disempilin di cerita siapa😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!