Tania seorang gadis yatim piatu yang tinggal bersama paman dan bibinya yang kebetulan tidak memiliki keturunan. Di usianya yang ke 20 tahun ini Tania harus berjuang sendiri melanjutkan hidupnya karena paman dan bibinya pun sudah meninggal dunia.
Memiliki seorang sahabat yang baik, tentu merupakan anugerah bagi Tania. Shasa adalah sahabat yang selalu ada untuknya. Mereka bersahabat mulai dari SMA. Siapa yang menyangka persahabatan mereka akan berubah menjadi keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membantu Tania
"Tania."
Sontak Tania menoleh pada suara yang memanggilnya.
"Pak Saif."
"Kenapa motornya? "
"Eh itu, Pak. Bannnya bocor."
Saif pun memeriksa keadaan motor.
"Kalau sudah malam begini kemungkinan besar tidak ada bengkel stau tempat tembel ban buka. Apa lagi habis hujan."
"Duh gimana ya, pak."
Saif berpikir sejenak.
"Tunggu di sini. Aku akan putar balik."
Saif kembali menyebrang dan masuk ke mobilnya. Ia putar balik di jalan depan. Kebetulan ada seorang bapak pejalan kaki sedang lewat. Sepertinya bapak tersebut baru pulang memulung sampah. Karena ia sedang memikul karung yang berisi botol bekas. Saif pun meminta tolong kepadanya untuk mengangkat motor ke dalam mobilnya. Lebih tepatnya bagian belakang. Kursinya ditekuk ke tengah. Dengan susah payah mereka mengangkatnya.
Tania tidk menyangka jika Saif punya ide sejauh itu.
"Terima kasih pak. Ini untuk beli rokok." Ujar Saif sambil meberikan selembar uang ratusan ribu kepada bapak tersebut."
"Terima kasih banyak, mas."
"Sama-sama, pak."
Bapak tersebut melanjutkan perjalanannya.
"Biar saya antar kamu. Nanti sambil cari barangkali masih ada bengkel yang buka."
"Eh iya, baik Pak. Maaf merepotkan."
Tania pun membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.
Selama dalam perjalanan, tidak ada satu kata pun yang terucap di antara mereka. Tidak ada yang bisa menebak isi pikiran keduanya.Kesunyian di dalam mobil tiba-tiba terusik karena suara sering handphone Tania. Ternyata Shasa yang menelponnya. Tania langsung mengangkatnya.
"Hallo, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Tania, apa kamu sudah sampai rumah?"
"E itu, belum. Tadi ban motornya bocor."
"Hah, terus gimana?"
"Ya, itu aku tuntun motornya tadi."
"Subhanallah, ada-ada saja. Ini juga di rumah pada nggak bisa tidur sekarang."
"Kenapa, Sha?"
"Abang belum pulang juga. Handphone nya ndak aktif."
Tania mengerutkan keningnya sambil menoleh ke sampingnya. Karena orang yang dikhawatirkan keluarganya sedang berada bersamanya.
Tiba-tiba Saif menghentikan mobilnya. Suara Shasa cukup terdengar jelas meski Tania tidak mengaktifkan loudspeaker nya.
"Mana pinjam handphonenya." Ujar Saif.
Tania pun memberikannya.
"Hallo, dek."
"Hallo, ini abang?"
Shasa terkejut.
"Iya, ini abang."
"Abang sama Tania?"
"Iya, kebetulan abang lihat Tania menuntun motornya tadi. Jadi abang bantuin dia."
"Ya Allah bang, di sini pada khawatir nungguin abang."
"Iya maaf. Bilang sama bunda dan ayah abang akan segera pulang. Tadi abang dari Ampel."
"Iya, bang. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Saif mengembalikan handphone Tania. Setelah itu, is tancap gas kembali. Hingga mereka sampai di depan gang Tania, tidak ada satu pun bengkel yang buka. Terpaksa motor tersebut akan Saif bawa.
"Kamu pulang saja. Motornya biar besok saya yang bawa ke bengkel."
"Baik, pak. Sekali lagi Terima kasih. Dan maaf sudah merepotkan Bapak." Ujar Tania dengan tidak enak hati.
"Hem."
Tania hendak membuka sabuk pengaman. Namun tba-tiba macet, susah sekali mebukanya. Ia sampai berusaha menariknya.
"Kenapa?"
"Eh ini, Pak. Macet, tidak bisa dibuka."
Saif pun mendekat untuk membukakan sabuk tersebut. Bisa dibayangkan betapa dekatnya jarak mereka. Bahkan Tania dapat mencium bau maskulin dari tubuh Saif.
"Masyaallah wangi sekali. " Batinnya.
Akhirnya sabuk pun terlepas dengan mudah.
Tania merasa malu akan hal itu. Ia takut Saif menganggapnya hanya modus.
Lalu Tania pamit dan turun dari mobil. Saif melajukan kembali mobilnya.
Tania masuk ke dalam gang dengan perasaan campur aduk. Rasanya hati ini sangat melelahkan baginya.
Di rumah Saif, bunda tetap menunggunya pulang meski Shasa sudah memberitahu keadaan abangnya.
Saif baru saja sampai di rumah. Bunda langsung keluar saat mendengar mobil masuk ke dalam pekarangan rumah. Bunda merasa lega karena Saif sudah sampai.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Saif mencium punggung tangan Sang bunda.
"Bang, kamu beneran dari ampel?"
"Iya bun, tadi dari ampel. Kebetulan hujan deras, jadi abang menunggu sampai reda di sana."
"Kata Shasa kamu ketemu Tania?"
"Iya tadi di jalan. Itu motornya ada di dalam mobil. Besok biar abang bawa ke bengkel untuk diganti bannya."
"Ya Allah untung Tania ketemu kamu ya, bang. Ya sudah, sana istirahat. Pasti kamu capek, bang. "
"Bunda juga. Maaf sudah membuat bunda khawatir."
"Jangan ulangi lagi, bang. Setidaknya kirim chat untuk ngasih tahu."
"Iya, bun."
Setelah mengunci pintu, bunda masuk ke kamar. Ternyata ayah belum juga tidur. Bunda tiba-tiba menangis.
"Hei, bunda kenapa?"
"Ayah, bunda tahu Saif itu masih terluka. Apa lagi hari ini Maya menikah lagi. Bunda yakin Saif sudah mendengarnya. Bunda ndak tega melihatnya. Mungkin yadi dia ke ampel untuk menenangkan diri, yah."
"Ya syukur kalau Saif ke ampel, dari pada ke tempat dugem, hayo!"
"Ayah, bunda lagi sedih lho."
"Bunda, Saif itu laki-laki kuat. Dia tahu yang terbaik untuk dirinya. Tugas kita hanya mendo'akannya. Ayo tidur, nanti ndak bangun shalat tahajud." Ujar Ayah seraya mengusap kepala bunda.
Saif pun kembali ke kamarnya. Ia langsung mandi dan keramas agar tidak masuk angin karena tadi sempat sedikit kehujanan.
Keesokan harinya.
"Haccim haccim... " Rania meraba tisu di samping bantalnya. Kehujanan semalam membuatnya masuk angin dan terkena flu. Kepalanya rasanya sangat pusing. Memang semalam Tania tudak langsung mandi karena ia merasa kedinginan.
Setelah selesai sarapan, Tania pergi ke warung untuk membeli obat flu. setelah itu, Tania berangkat ke counter. Meski keadaannya kurang sehat, namun ia tetap harus menjalankan tugasnya.
Sementara itu, Saif meminta tolong kepada pak sopir dan security untuk menurunkan motor Tania dari dalam mobilnya. Kemudian ia sendiri yang menuntun motor tersebut ke bengkel yang tidak jauh dari rumahnya.
"Eh Mas Saif. Kenapa ini motornya?"
"Bannya bocor, bang."
"Oh iya, silahkan ditunggu ya. Setelah selesaikan yang ini, langsung saya kerjakan."
"Oke mas."
Saif pun duduk di bangku panjang. Tiba-tiba ia kepikiran kepada Tania.
"Dia pasti jalan kaki lagi. Tapi kan, dia sudah terbiasa. Nanti kalau sudah selesai biar langsung diantar ke counternya saja." Batinnya.
Setelah menunggu selama 15 menit, akhirnya bannya sudah selesai diganti yang baru. Saif minta untuk diganti saja tidak perlu ditembel.
"Terima kasih ya, mas."
"Saya yang Terima kasih, bang."
Saif pun mengendarai motor tersebut pulang ke rumah. Melihat Saif datang, Shasa langsung menghampirinya.
"Sudah bang?"
"Iya, sudah."
"Alhamdulillah, biar aku kabari Tania."
"Ndak perlu, langsung kita antarkan saja ke counter. Biar abang yang bawa motornya, kamu bawa mobil abang."
"Oh, okey. Aku mau ganti kerudung dulu."
"Iya."
Saif dengan pakaian santainya, menunggu Shasa di ruang tamu.
Setelah Shasa selesai, mereka pun pamit kepada bunda. Saif memamakai helm lalu berangkat. Di belakangnya ada Tania yang mengikutinya.
"Tumben ya, abang semangat banget. Biasanya dia paling males jalan. Apa lagi ini cuma nganterin motor Tania." Lirih Shasa.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Biar lebih gampang merawat Tania dan full pahala
Aku yakin ayah ,bunda sama Sasha setuju
semoga cepat sembuh dan kabar bahagia untuk Tania soon y Thor 🤲🥰