Istriku Canduku 2
Permatasari Anindya, seroang anak perempuan pertama dari Teguh dan Ratih adalah keluarga sederhana yang berasal dari Malang. Sari adalah panggilannya sehari-hari, di rumah, di sekolahnya dulu, bahkan di tempat kerjanya kini. Sari memiliki seorang adik laki-laki berusia 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA kelas dua belas.
“Ciye.. yang mau tunangan.” Ledek Ardi, sang adik dengan nama panjang Ardiansyah Nugroho.
Ardi duduk di tepi tempat tidur, sambil menatap sang kaka di balik cermin. Sudah dua hari, Sari lebih sering duduk di depan meja rias kamarnya. Ada saja yang ia gunakan di sana, dari mulai krim pagi, lotion, masker wajah, dan krim malam di malam harinya. Memang kulit Sari tidak putih, tapi juga tidak gelap. Namun, Sari terlihat sangat manis dengan warna kulit eksotiknya. Walau dia tak terlalu putih, tapi karena selalu di rawat dengan baik, sehingga sangat bersih dan segar di pandang.
“Iya, donk. Seneng deh aku, Dek.” Jawab Sari.
“Ya, pasti senenglah. Mau di kawinin pria pujaan,”
“Nikah, Dek. Nikah.”
“Nikah sama kawin sama aja, Mbak.”
“Beda, Dek.”
“Bedanya apa?”
“Nikah tuh, pake ijab qobul, kalau kawin ngga.”
“Maksudnya?” Ardi semakin bingung.
“Ah, udah lah susah ngomong sama kamu, gede badan doank.” Ledek Sari.
Kemudian Sari mendorong sang adik untuk keluar dari kamarnya.
“Aku masih mau ngobrol sama kamu, Mbak.”
“Iya nanti, abis mbak cuci muka.” Pasalnya saat ini, Sari tengah memakai masker wajah yang sudah mengering.
"Eh iya, saran mbak, kamu jangan kuliah di Jakarta. Cowok polos seperti kamu nanti di manfaatin orang.” Ucap Sari, sebelum menutup pintu kamarnya.
Ardi pria yang beranjak dewasa dengan postur tinggi badan 180 cm, tubuhnya pun tidak kurus. Wajahnya pun tampan dengan warna kulit yang sama seperti sang kakak, di tambah lesung di kedua pipinya saat tertawa, membuatnya semakin terlihat manis.
****
Pagi ini, Sari terlihat cantik dengan balutan kebaya putih dan rok batik ala anak muda kekinian dengan tatanan rambut yang di sanggul kecil, serta make up natural yang membuat wajahnya semakin manis dan cantik.
Teguh dan Ratih sudah repot sejak semalam. Ia mempersiapkan kedatangan keluarga Rama, pacar anak gadinya yang saat ini ingin melamar dan bertukar cincin. Teguh hanya seorang Pegawai Negeri Sipil di walikota Malang golongan tiga, sedangkan Ratih hanya ibu rumah tangga biasa.
Sari yang pintar dan gigih, dengan riang menunjukkan sang ayah bahwa dia di terima di Universitas Negeri Jakarta dengan jurusan Tata Busana. Memang jurusan yang sangat ia inginkan. Selama kuliah di Jakarta, Sari tak pernah merepotkan orang tuanya. Ia berusaha mencukupi kehidupannya sendiri sambil ikut mengajarkan matimatika untuk anak-anak Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama di sebuah bimbingan belajar tempat teman-teman kuliahnya yang lain mencari tambahan uang, sesama perantau yang mengenyam pendidikan di kota besar. Terkadang ia pun ikut part time di sebuah event, ketika dirinya sedang libur semester.
Setahun sebelum lulus kuliah, ia magang di Butik Fang dan bertemu Inka. Kemudian mendapatkan tawaran dari Inka untuk bekerja padanya, dan Sari pun langsung menyetujui, karena Inka tak keberatan dengan status Sari yang masih mahasiswa tingkat akhir. Ketika di Butik Fang, Sari dan Inka memang sudah dekat, mereka sering makan siang bersama, bertukar cerita tentang keluarga dan cita-cita. Inka menyukai kinerja Sari yang jujur dan gigih. Sehingga membuat Inka menempatkan Sari sebagai asistennya sekarang.
“Nduk, apa kamu ngga salah pilih? Keluarga pacarmu itu ternyata orang kaya.” Bisik ratih pada Sari yang berdiri persis di sampingnya.
Semua keluarga Sari melihat kedatangan Rama dan keluarganya dengan antusias. Pasalnya Rama membawa lima mobil dengan jenis mobil yang tergolong mobil mewah dan besar.
“Iya, Nduk. Kamu yakin keluarga nak Rama menerimamu?” kali ini Teguh yang bertanya.
Ia hanya tak ingin anak perempuannya di remehkan, jika bersanding dengan anak orang kaya, mengingat dirinya hanya petugas PNS biasa. Walau ia menyukai Rama yang sopan dan mapan. Namun, entah mengapa justru di saat seperti ini, hatinya malah ragu.
“Yakin yah, kalau tidak yakin, ngga mungkin Sari dan mas Rama sudah sampai ke titik ini.” Jawab Sari berbisik, dengan arah pandang yang tersenyum pada keluarga Rama dari kejauhan yang mulai membuka pintu mobilnya dan melangkahkan kaki untuk masuk ke rumah Sari yang luas dengan halaman depan.
Sari bertemu Rama di butik Fang. Kebetulan saat itu, ibunya Rama yang bernama Sofia adalah pelanggan tetap Miss Fang, lalu Rama di minta sang ibu untuk mengambil pakaian pesanannya yang di layani langsung oleh Sari. Kemudian keduanya bertukar nomor ponsel, seringnya komunikasi membuat keduanya akhirnya sering bertemu dan berpacaran. Walau mereka sering putus nyambung. Namun, setelah 3 tahun mengenal Sari, akhirnya Rama bertekad untuk mempersunting gadis manis itu.
Rama adalah seorang pengacara terkenal. Rumah, apartemen, dan mobil mewah sudah ia miliki. Namun, di usianya yang memasuki 27 tahun, ia masih belum ingin memiliki istri, walau sang ibu sering sekali menjodohkannya pada anak teman-temannya. Tapi Rama selalu menolak dengan alasan terlalu glamour, banyak make-up, tidak natural, suka menuntut, dan banyak alasan lainnya. Karena memang wanita seperti Sari yang ia inginkan untuk di jadikan istri. Wajah Sari yang natural, manis, polos dan sederhana, membuatnya terpesona sejak pandangan pertama.
Kini di usia Rama yang menginjak 30 tahun, ia mantap melamar Sari yang saat ini berusia 26 tahun.
“Begini saja sambutan keluarga besan.” Ucap Sofia ketus, saat ia duduk di ruang tamu rumah Sari, sambil mengibaskan kipas kayu di tangannya.
“Mana panas sekali.” Sofia masih saja bergerutu.
Teguh dan Ratih hanya tersenyum dengan saling melempar tatapan.
“Ma..” Rama mengelus lutut sang ibu, agar tak membuatnya malu di hadapan orang tua Sari.
“Oh, ini calonnya Rama.” Rudy mengulurkan tangannya pada Sari, ketika Sari menghampiri orang tua Rama dan keluarga yang mengiringi kedatangannya.
“Iya, Om.” Sari pun menerima uluran tangan itu dan menciumnya. Begitupun kepada Sofia dan keluarganya yang lain, yang ia anggap lebih tua.
“Kamu memang pintar mencari istri, Ram.” Rudy menyenggol lengan Rama, membuatnya tersipu malu.
Sari pun sama, wajahnya sudah memerah seperti tomat.
Berbeda dengan Sofia, ia hanya memalingkan wajahnya ke sembarang arah.
Teguh dan Ratih melihat itu. Ia melihat bagaimana sikap Sofia terhadap anak perempuannya. Sungguh, Teguh dan Ratih sangat khawatir dengan nasib anaknya nanti. Keduanya, mempunyai spekulasi dan pemikiran yang sama. Walau Rama mencintai puterinya, tapi sepertinya Rama pun sangat menyayangi sang ibu, karena Rama hanya memiliki seorang ibu, ayahnya meninggal terkena serangan jantung saat Rama masih kuliah. Saat ini, terlihat jelas bahwa Sofia tak menyukai Sari, Teguh dan Sari khawatir ketika berumah tangga nanti, ibu mertuanya itu akan banyak mendominasi rumah tangga mereka.
Sari pun menyadari sejak awal, bahwa Sofia tak menyukainya. Namun, Rama tetap menguatkan, ia meyakinkan Sari bahwa ibunya baik walau terkadang kata-katanya pedas dan suka menyakitkan.
Rama juga memiliki kakak perempuan yang tengah hamil besar, bernama Sisy. Ia pun ikut datang ke acara ini di temani suaminya. Berbanding terbalik dengan sang ibu, justru Sisy sangat menyukai Sari. Ia suka dengan Sari yang apa adanya, kasih sayang yang tulus dan keramahan yang tak di buat-buat, membuat Sisy setuju dengan keputusan sang adik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Anonymous
keren
2024-05-30
1
Diana Resnawati
mampir thor
2024-05-23
0
Capricorn 🦄
keren
2024-05-17
0