NOVEL NUANSA BARAT‼️
"Jodoh putriku ada diantara kedua putramu." Itu kalimat terakhir yang dikatakan Verharg kepada Johan sebelum meninggal.
Leah Gracella, setelah kematian kedua orang tuanya ia diangkat menjadi bagian dari keluarga bangsawan Royce. Johan meyakini apa yang dikatakan Verharg, sehingga setelah Leah dewasa ia menjodohkan nya dengan putra sulung yaitu Austin Royce.
Johan sudah yakin pilihannya tepat. Namun tanpa sepengetahuannya suatu hal besar telah terjadi, Leah terlibat one night stand dan diam-diam tengah mengandung anak dari putra kedua Johan yaitu Alister Royce.
Lalu bagaimana anak itu? bagaimana hubungan mereka?
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
...~...
Sinar mentari pagi masuk melalui celah jendela, menyapa lembut dengan hangatnya.
Terlihat dua sepasang sejoli tidur di bantal yang sama, masih terlelap dalam belaian.
"Ugh.." Dengan perlahan mata hazel Leah terbuka, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah tempat asing. Leah tak langsung bangun ia membiarkan tubuhnya berbaring lebih lama.
Pagi ini aku merasa seperti berada dalam air yang dalam.
Seluruh tubuhku seperti tenggelam, tak bertenaga, namun juga hangat.
Leah menelungkup kan wajahnya, kehangatan ini bukan yang sepenuhnya menenangkan. Di bawah sana justru terasa begitu keras dan kokoh. Tubuhnya yang menempel memunggungi Alister, Leah dapat merasakan jika milik pria itu mengenai pinggulnya.
"Aku tertidur.." Dengan perlahan Leah bangun merubah posisi menjadi duduk, tubuhnya terasa remuk dan berat. "Sepertinya aku harus cepat mandi dan pergi dari sini."
Namun bagaimana melakukannya? Leah menatap ke arah perut. Tangan besar Alister melingkar sempurna, dan semalaman juga Leah tidur di atas tangan yang satunya lagi. Alister membiarkan tangannya menjadi bantal untuk Leah.
Wanita itu beralih menatap wajah Ali yang masih terlelap. Terlihat tampan dan tenang, rambut yang biasa rapih kini dibuat jatuh. Pipi Leah merona. Jika ia paksa melepaskan tangan Ali pasti ia terbangun? Jika sudah terbangun Leah harus bersikap bagaimana setelah apa yang terjadi semalam?.
Rasanya Leah ingin menghilang saja. Ia teringat dirinya yang meracau saat dipengaruhi alkohol, ah Leah sudah tak tahu harus meletakkan wajahnya ke mana.
Pada akhirnya Leah kembali berbaring dengan perasaan tak karuan. Leah jadi tak tenang dan cukup resah. Walaupun semalam mabuk tapi Leah masih memiliki kesadaran hingga membuat keputusan besar. Tak lama Leah menghela nafas panjang. "Tak apa-apa Leah, bukankah kau ingin adil? Ini sudah kau perkirakan."
Ya, Ini bisa dibilang tindakan yang menyimpang. Tak seharusnya Leah menggunakan Alister untuk melakukan hal ini bersamanya, pria itu juga calon adik iparnya. Tapi di satu sisi Leah tak bisa bohong walaupun mulutnya berkata tidak, Ali ini seperti pria pilihan yang dipilih tubuhnya sendiri sehingga Leah merespon berbeda dengan Austin apalagi pria lain.
Anggaplah ini hal biasa, orang-orang bahkan melakukannya dengan orang asing..
Alister juga seperti bukan orang yang tidak berpengalaman, ini pasti bukan apa-apa baginya.
Lantas kenapa aku masih terus kepikiran?.
Jika mengingat semalam pria itu benar-benar menyentuhnya tanpa sisa, entah berapa kali sampai tak terhitung hingga Leah terkulai lemas sampai tak sadarkan diri. Pengalaman pertama yang tak mungkin ia lupakan.
Tik... Tik... Tik...
Suara jam dinding mengisi seluruh ruangan.
Mata Leah tak berkedip. "Sampai kapan aku harus terus berbaring?." Konyol sekali rasanya ia baru sadar bahwa dirinya masih telanjang. "Aku mau pakai baju."
Tidur seranjang pertama kalinya dengan seorang pria tentu saja hal asing bagi Leah ditambah saat ini ia tak mengenakan busana. Sangat kikuk dan malu sekali.
Dengan perlahan Leah mengangkat tangan Alister, ia mengernyitkan dahi. "Kenapa lengannya begitu kuat! Apa dia benar-benar tidur?."
"Mau kemana?."
Deg.
Alister melingkar kan kedua tangannya pada tubuh Leah, ia rengkuh dari belakang tanpa meninggalkan celah.
Sejenak Leah terdiam, bayangan semalam saat Ali melakukan penyatuan kembali terlintas. Wajah cantiknya merah padam. "Direktur... Kau, jangan bisik-bisik di telingaku."
"Kenapa?." Ali tak mendengarkan Leah, ia tetap meletakkan wajahnya pada leher wanita itu.
"Suaramu.. Terlalu pelan dan dalam. Intinya jangan lakukan. Kalau sudah bangun cepat lepaskan, aku harus memakai baju dan pergi."
Namun tangan itu terus melingkar tak berniat lepas.
"Tidak bisakah kau bersamaku?."
"Setelah menyiksaku semalaman kau akan pergi begitu saja?." Lirih Ali.
Leah speechless, menyiksa katanya? siapa di sini yang menyiksa? padahal semalam Leah lah yang di lahapnya habis-habisan hingga pingsan tak sadarkan diri.
Melihat wajah cantiknya yang marah tak terima, diam-diam Alister tersenyum. Rasanya menyenangkan. Leah memukuli pelan tubuh besar pria itu agar terlepas.
"Kau tidak akan bisa jalan dengan lancar untuk sementara waktu. Jadi, tetaplah berbaring dan istirahat."
Apa yang diucapkan Alister memang benar, tubuhnya terasa berat dan remuk terutama di bagian kewanitaan. Hah, dasar ini juga karena ulah siapa?.
Pada akhirnya Leah tak kemana-mana, mereka masih berbaring hadap-hadapan. Terlihat tubuh besar Alister dipenuhi tanda merah. Leah terdiam, ternyata ini bukan mimpi ia memang melakukannya.
Wajah cantik itu ditatapnya dengan seksama, banyak sekali yang muncul pada benak Alister namun bibirnya tak bersuara. Lucu sekaligus aneh, mereka hanya adu tatap sesekali.
"Soal semalam...
"Apa kau menyesal?." Potong Alister.
Leah mengalihkan pandangan. "Tidak, ini keputusan ku."
"Dan.. Mari kita merahasiakannya, hanya kita berdua."
Alister tak langsung menjawab, ya tidak ada yang salah dengan itu wajar jika Leah menginginkan demikian.
Mendapati Ali tak bergeming dan bangun dari tidurnya, Leah tampak bertanya-tanya. Apakah ia akan pergi? Jika mengingat pekerjaannya sepertinya begitu.
Namun seketika mata hazel Leah membulat saat Alister mengangkat tubuhnya. "Tunggu?."
"Bukankah ingin mandi? Kau akan kesulitan jika melakukannya dengan tubuh seperti ini. Aku akan membantumu."
Leah terkejut, wajah cantiknya merah padam. "Tak usah, aku bisa melakukannya sendiri."
Sudut mata Ali menatapnya dingin.
"K-Kenapa?."
"Seluruh inci tubuhmu sudah ku lihat dan ku rasakan tanpa ada yang tersisa, tidak ada gunanya merasa malu."
"Maksudku bukan begitu...
Pada akhirnya ocehan Leah tak didengar, Alister tetap membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
iseng2 krna bosen aku coba buka lg eh ktmu novel author yg ares sm naomy kok bagus akhirnya aku liat2 karyanya dan untuk bacaan yg ke 2 aku pilih yg leah alister ini, emg dasarnya aku sk novel dg latar LN ah sprtinya aku bklan candu untuk bc karya author yg lain
semangat thor salam kenal kau pantas dpt 🎁