Inara Early Wijaya atau kerap di sapa Nara,gadis berusia 21 tahun yang sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas ternama, selain mahasiswi dia adalah seorang CEO di wijaya grup milik sang Ayah, kedua orang tua Nara meninggal karena kecelakaan maut 4 tahun lalu yang menimpanya. setelah ke dua orang tuanya meninggal Nara lebih memelih tinggal di jogja karena salah satu peristiwa.
Nara tinggal di sebuah apartemen miliknya, namun juga sering menginap di tempat sang paman yang ia panggil Abi, yang memiliki sebuah pesantren yang cukup terkenal.
Tanpa di ketahui Nara sebelum kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya ,Nara sudah di nikahkan oleh seorang anak kiyai kerabat Paman Nara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Cup
Sebelum keluar Atlas mencium kening sang istri yang membuat Nara kaget.dan berteriak karena tingkah Atlas yang tiba- tiba menciumnya.
" Gus Atlasss" teriak Nara yang terdengar di telinga Atlas saat berada di luar kamar Nara.
Atlas terkekeh geli dengan tingkahnya. " saya akan berusaha untuk membuatmu bahagia" ucap Atlas pada dirinya sendiri, sekarang ia akan terus berusaha membahagiakan sang istri.
plakkk
Seseorang memukul pundak Atlas dari belakang. " Astagfirullah " gumam Atlas terkejut.
" sampean ngapain Gus kok senyum- senyum sendiri?" tanya Bintara, yang baru saja keluar dari kamarnya.
" Ya Allah sampean to gus,kaget kulo ( saya)" balas Atlas.
" hehehe maaf gus, sampean kok senyum- senyum sendiri ada apa to gus?"
"ah tidak papa gus,kalo begitu saya balik dulu ke kamar tamu" pamit Atlas kemudian turun untuk ke kamar tamu yang berada di lantai bawah.
Bintara tak ambil pusing ia kemudian masuk kembali ke kamarnya.
...****************...
Tepat pukul 1 Nara bangun dari tidurnya,Nara merasakan tenggorokan yang begitu kering. " yah habis" ujar Nara saat mengetahui air yang biasa ia isi habis tak tersisa.
Dengan susah payah Nara menurunkan kakinya yang masih sakit, mau tak mau ia harus mengambil minum.Nara berjalan dengan menahan rasa sakit di kakinya, berjalan menuruni tangga secara perlahan, hingga ia sampai di dapur, Nara segera mengambil yang ia butuhkan namun saat ia membuka lemari es ia di kejutan oleh seseorang yang memegang pundaknya dari belakang.
"Anj*r" pekik Nara, kemudian ia menoleh kebelakang.
" Gus Atlas" gumam Nara.
" mulutnya yaa" Atlas menyentil pelan mulut Nara.
" maaf reflek"
" kamu kenapa turun?"
" ambil minum, saya haus "
" kenapa tidak minta tolong sama saya?"
" kenapa harus minta tolong? orang saya masih bisa sendiri kok"
" Tapikan kaki kamu sedang sakit,Early kemiringan saya sudah bilang jangan banyak jalan dulu"
Atlas tanpa aba- aba menggendong Nara dan membawanya ke kamar tamu yang ia tepati. "Gus turunan saya gus" berontak Nara.
" suttt nanti ganggu kiyai Rahman dan Nyai fatimah"
"buka pintunya " pinta Atlas saat berada di depan kamar tamu.
" enggak saya gak mau" tolak Nara.
Tak mau ada perdebatan panjang,sebisa mungkin Atlas membuka pintu dengan tangnya.
cklek
Suara pintu terbuka dengan cepat Atlas masuk kedalam dan menurunkan, Nara di tempat tidurnya.
" Sebentar kamu tunggu sini,jangan kemana- mana" Ujar Atlas kemudian ia berlalu keluar kamar.
" aneh banget sih,kenapa dia jadi cerewet banget sih" gerutu Nara.
" siapa yang kamu bilang cerewet Early ?" tanya Atlas yang baru saja masuk ke kamar dengan membawa segelas Air putih.
" Nih minum, haus kan!" Atlas menyodorkan segelas Air.
" makasih" Nara menerima gelas itu dan meneguknya hingga tandas, tak tersisa.
" haus banget kayaknya"
" emang, sudah gus saya mau balik ke kamar" Nara mencoba berdiri namun di tahan oleh Atlas.
" Di sini saja, kamu belom boleh banyak jalan Early"
" tidak mau, pasti Gus mau mes*m kan?"
" Astagfirullah kamu nuduh saya seperti itu, saya bulan tipe yang kayak gitu yaa"
" terus Gus ngapain suruh saya tetap disini?"
" mauu....." ucapan Atlas terpotong karena deringan telfon dari ponsel Atlas yang ia letakan di meja.
" siapa?" tanya Nara.
" Nia"
" Halo Assalamualaikum Nia ada apa? kok telfon jam segini?" Atlas mengakat telfon dari sang adik dan menekan tombol loudspekear, agar tak jadi salah faham dengan sang istri
" Waalaikumsalam kak, kakak bisa pulang gak? Umma kak" jawab Agnia dengan sedikit panik.
" Umma kenapa? Istigfar dulu bicara pelan- pelan" titah Atlas pada sang adik.
Nara yang mendengar percakapan antara Atlas dan adik iparnya pun ikut panik saat adiknya berbicara dengan nada panik.
" umma tadi pingsan kak, sekarang di bawa ke rumah sakit sama kang santri, abah tadi bada isya baru saja berangkat ke Riau buat ngecek perkebunan" balas Agnia.
" Astagfirullah, gini Nia kakak akan cari tiket bus paling pagi, kamu jangan hubungi abah dulu yaa, nanti bada subuh kakak bakal terminal cari keberangkatan paling pagi, sekarang ini kamu dimana?"
" aku di rumah sakit sang kang santri"
" Umma udah selesai di periksa?"
" kayaknya belom dech kak, dokternya masih periksa Umma"
" Ya sudah kamu perbanyak Istigfar nanti kalo ada apa- apa langsung telfon kakak ya"
" Iya kak, maaf ya ganggu kakak malam- malam"
Setelah panggilan berakhir Atlas tampak sedikit gelisah, Nara yang melihat itu pun perlahan mengusap punggung sang suami.
Atlas yang merasakan sentuhan hangat sang istri mengangkat kepala untuk melihat sang istri, Nara tersenyum saat tatapan mereka bertemu.
" apa boleh saya peluk kamu?" tanya Atlas ragu, namun saat ini ia butuh kekuatan.
Nara hanya mengagguk, tak mau menyia-yiakan waktu Atlas pun langsung memeluk Nara, Atlas merasakan kenyamanan dan ketenangan berada di pelukan Nara.
" Gus lebih baik anda pakai mobil saya saja, dari pada anda harus naik bus yang belom pasti dapatkan" ujar Nara setelah beberapa saat hening menyelimuti mereka berdua.
Atlas melepas pelukannya perlahan " terus nanti kamu kalo mau kemana- mana gimana?"
" ah itu mah gampang, saya bisa pakai mobil kantor atau gak pinjem mobil Abi" jawab Nara
" kamu tidak mau ikut saya jenguk Umma? kalo kamu ikut pasti Umma senang" Atlas memberanikan diri bertanya, namun ia juga takut jika Nara akan menolaknya.
Nara tampak berfikir cukup lama " hmm boleh"
Wajah Atlas yang pada awalnya merasa cemas kini menjadi cerah,sumringah
" kalo gitu saya siap- siap dulu" ujar Nara.
" kamu disini aja, saya ambilin baju kamu, tidak usah bawa baju ganti, sebelum saya kesini saya sudah siapin keperluan untuk kamu di rumah saya" Atlas kemudian berlalu menuju kamar Nara yang berada di lantai atas.
Nara melihat itu hanya menggelengkan kepalanya, " dia pria baik" gumam Nara lalu tersenyum.
Setelah 15 menit menunggu,Atlas pun kembali dengan menentang tas Nara dan juga baju ganti milik Nara.Nara yang melihat itu tersenyum.
" Maaf tadi saya lancang geledah kamar kamu, buat cari barang yang perlu di bawa, tapi sudah saya beresin lagi kok" ujar Atlas seperti anak kecil yang takut di marahin oleh ibunya karena berbuat kesalahan.
Nara yang melihat itu tak tahan untuk menahan tawanya, seketika tawa Nara pecah. " lucu banget sih anda gus, kayak anak kecil ketauan mamanya minum es hahaha"
" kok kamu malah ketawa sih?"
" habisnya muka anda lucu sekali"
" sudah- sudah saya mau bersiap dulu, kamu lanjut saja tidur nanti saya bangunin " Atlas kemudian menuju ke Almari tempatnya menyimpan baju.
" anda memang sudah bersiapin buat tinggal di sini yaa Gus?'" pertanyaan terlontar dari mulut Nara.
Atlas menoleh ke sang istri yang kini tengah berbaring di tempat tidurnya dan masih mengenakan hijabnya.
" kenapa memangnya?" tanya Atlas.
" tuh bersiapannya dah kayak mau pindah kesini aja, banyak banget bajunya"
" ohh ini, kemarin saya sebelum kesini saya ke tempat tinggal saya di sini buat ambil semua baju saya" balas Atlas kemudian melanjutkan memasukkan bajunya kedalam koper.
"sebelumnya anda memang tinggal disini?"
" bukan tinggal sih, lebih tepatnya saya sering bolak balik Blitar jogja, untuk mengontrol usaha abah dan juga belajar bisnis, dan juga saya ada beberapa pasien di rumah sakit x"
" maaf gus"
Bagus ceritanya☺️🤍