Seorang laki-laki berumur 15 tahun yang Ingin membalas kan dendam nya kepada para iblis yang telah membunuh kedua orang tua nya, namun ia tidak memiliki kekuatan atau pun sihir yang dapat membinasakan para iblis, namun semua itu berubah karna kehadiran kakek kakek misterius
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irvan Al-Lana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Teknik Berpedang
"apa aku sudah bisa belajar menggunakan Mana?"
Tanya Radit dengan girang kepada kakek Shin, dia sudah tidak sabar ingin menggunakan kekuatan supranatural atau sihir, padahal dirinya baru saja melatih fisik nya, masih banyak latihan yang harus ia jalani sebelum latihan penggunaan Mana.
"Kau hanya latihan Taijutsu tangan kosong saja selama ini nak, itu belum cukup untuk membekali mu untuk pertarungan yang sesungguhnya, hari ini kita akan latihan Teknik berpedang, Teknik ini bernama Shui Jutsu, Ada banyak Teknik Aliran berpedang di dunia ini dan gerakan nya juga berbeda di setiap Aliran, namu Aliran yang ku kuasai hanya Shui Justu, tujuan kita berlatih teknik berpedang adalah jikalau dalam suatu pertarungan dan tiba tiba kau kehabisan Mana apakah dirimu mampu bertarung dengan tangan kosong?" Tanya kakek Shin.
Memang benar ucapan Orang yang sudah di kategori kan lansia itu, pertarungan tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan Magis, apalagi jika bertarung dalam waktu yang lama, pasti akan mengeluarkan sangat banyak Mana, jika mana habis di tengah pertempuran maka itu sangat beresiko untuk diri sendiri.
"jika hanya dengan tangan kosong aku rasa tidak, kita mungkin akan cepat mati" Ucap Radit.
"Maka dari itu, aku akan mengajari mu Teknik berpedang agar dapat membantu mu dalam pertarungan jarak dekat apalagi jika kau kehabisan Mana".
lalu kakek Shin masuk kedalam rumahnya, kemudian keluar membawa dua batang tongkat yang panjangnya sepanjang katana lalu kakek Shin menyerahkan satu batang tongkat itu kepada Radit.
"untuk apa tongkat ini?" tanya Radit heran.
"Ngaduk dodol"
"Hah ngaduk dodol? Lebaran lama lagi kek Jangan bercanda".
Radit, yang entah itu antara polos, bod*h, ataupun d*ngo, sampai-sampai membuat kakek Shin terdiam karna kepolosan nya itu.
"Ya enggak lah kocak, kau akan belajar teknik Berpedang, tapi kita hanya menggunakan tongkat ini saja terlebih dahulu agar tidak berbahaya, jika langsung menggunakan pedang asli kau akan terluka atau bahkan mungkin kita berdua juga akan terluka" Ucap kakek Shin.
"aku akan memperlihatkan gerakan nya kepadamu, perhatikan dan ikuti gerakan ku" Sambungnya.
kemudian kakek menggerakkan tubuhnya dengan sebuah tongkat yang berada di tangan sebelah kanan nya, dia mengayunkan tongkat itu menebas nya berulang kali, Radit memperhatikan dengan sangat fokus, setelah selesai memperlihatkan jurus nya kepada Radit, kakek pun menyuruh nya untuk mengulang teknik yang baru saja dia perlihatkan.
"Sekarang coba kau Ulangi gerakan yang barusan ku peragakan" Ucap kakek Shin.
"Emm.... Baiklah akan ku lakukan" Ucap Radit yang kemudian memasang kuda-kuda dan mengayunkan tongkat itu seperti yang dilakukan kakek sebelum nya, padahal hanya melihat sekali namun dia sudah bisa meniru gerakan nya.
"Wahh hebat juga, hanya dengan sekali melihat, kau sudah bisa meniru semua gerakan ku yaa, luar biasa jenius, marvelous - marvelous" Ucap kakek Shin, kagum dengan bakat yang di miliki Radit, apakah ini salah satu bakat terpendam Radit? .
Namun gerakan yang kakek Shin ajarkan hampir mirip seperti gerakan taijutsu yang dia ajarkan kemarin namun hanya berbeda sedikit dalam teknik penyerangan nya, gerakan menghindar nya sangat mirip dengan teknik bertarung tangan kosong yang kemarin Radit pelajari, tentu saja ini lebih memudahkan Radit untuk meniru dan menghafal nya.
tak perlu waktu yang lama Radit sudah menguasai semua gerakan yang di ajarkan kakek Shin barusan, namun gerakannya belum sesempurna kakek Shin, ia harus melanjutkan nya agar lebih mahir memainkan tongkatnya.
"Anggap saja tongkat ini adalah Pedang sungguhan, jangan ragu untuk mengayunkan nya" Ucap kakek Shin.
"Baik kek!" Ucap Radit sambil mengayunkan tongkat nya lebih cepat.
satu bulan berlalu, Radit sudah mulai lancar mengayunkan pedangnya, dan gerakan nya juga sudah tidak kaku, di lihat dari segi gerakannya sepertinya Radit sudah mahir menggunakan pedang, kakek berdiri dari duduknya dan membawa tongkat kayu yang sama seperti yang sedang di gunakan Radit.
"baiklah sekarang ayo bertarung dengan ku" Ucap kakek Shin sambil membawa sebuah tongkat yang sama dengan yang Radit pegang.
"bertarung dengan orang akan lebih memudahkan mu menguasai teknik Berpedang" Sambung kakek Shin lagi, Lalu Kakek Shin melepas kan baju nya, alangkah terkejutnya Radit melihat tubuh orang yang sudah tua itu memiliki otot perut yang tersusun di perutnya otot itu sepertinya lebih baik dari pada dengan otot yang terdapat di tubuh Radit, ototnya padat, tidak terlalu besar, karna faktor usia kulit nya tetap saja sedikit keriput, walaupun begitu keriputnya tidak terlalu kelihatan, hanya nampak otot perut dan otot tangan yang padat namun tidak besar, Menurut logika orang yang seumuran kakek Shin seharusnya sudah keriput dan bau tanah, namun kakek-kakek yang satu ini di luar nalar.
namun hal yang lebih mencengangkan tidak hanya di situ, ada satu hal lagi yang membuat Radit lebih terkejut, karna di tubuh kakek Shin, terdapat lima pasang gelang dan lima ikat pinggang yang sama, yang di kenakan Radit di tubuh nya, jika di bandingkan dengan nya yang hanya memakai 3 pasang, itu semua tidak ada apa apanya jika di bandingkan dengan kakek Shin. siapa sangka orang yang sudah tua itu tidak mau lengah dan santai terhadap fisiknya.
"baiklah aku mulai ya" Ucap kakek Shin, seketika ia melesat ke arah Radit dengan sangat cepat, cepat nya bagaikan angin, Kakek Shin kemudian mengayunkan tongkat kayu miliknya ke Arah Tubuh Radit, namun Radit berhasil menghindar, bukan main cepat gerakan kakek Shin, walau tubuhnya terdapat lima pasang gelang tapi gerakannya masih terlalu cepat, Radit tidak mau kalah dengan nya, ia mengayunkan tongkatnya menebas ke arah orang tua itu secara bertubi-tubi namun tidak ada satu ayunan pun yang berhasil mengenai kakek Shin.
"gerakan mu terlalu lambat Radit, gerakan mu seperti siput" ucap kakek meledeknya sambil tertawa.
namun Radit masih tetap menyerangnya secara terus menerus, namun hasil nya tetap sama saja, tidak ada satu pun serangannya yang berhasil mengenai kakek Shin, selanjutnya giliran kakek Shin yang menyerang nya, ia memberikan serangan beruntun secara bertubi-tubi, Radit tidak berhasil menghindari semua serangan yang di luncurkan oleh orang tua itu, dia hanya menahan semua serangan nya dengan tongkat kayu milik nya, karna itu hanya sebatang tongkat kayu biasa, tongkat itu tidak sanggup menahan serangan kakek Shin yang terlalu kuat, dan akhirnya tongkat itu hancur menjadi beberapa bagian.
"cobalah menghindar dari serangan ku jangan menangkis, dan menahan nya, karna suatu saat kau mungkin saja bertemu dengan musuh yang serangan nya Luar biasa, dan jika kau menahan nya, kau mungkin bisa mati" Jelas kakek Shin.
"baiklah akan ku coba" ujar Radit percaya diri.
kakek Shin mengambil tongkat lagi yang ada di dalam rumah nya dan memberikan nya kepada Radit.
"ini tongkat terakhir, jangan sampai patah lagi, jika belum bisa menghindar dari serangan ku gunakan tubuh mu untuk menahan nya, karna jika tongkat ini hancur, kau tidak akan bisa melanjutkan latihan" Ucap Kakek Shin.
tanpa aba aba Kakek Shin langsung melesat lagi ke arah Radit dan menyerang nya secara bertubi-tubi, namun kali ini Radit berusaha menghindari nya, akan tetapi karna serangan Kakek Shin yang terlalu cepat, dia tidak berhasil menghindari nya, karna itu adalah tongkat terakhir, Radit hanya bisa menahan serangan dari kakek hanya dengan tubuh nya, berulang ulang kali dia mencoba menghindar tapi tetap saja serangan kakek Shin terlalu cepat, dan hasil nya Radit di serang secara bertubi tubi lagi dan lagi, sampai membuat tubuh nya terluka dan babak belur.
"Kau sangat lambat bahkan serangan kecil seperti itu tidak bisa kau hindari, serangan lansia begini saja tidak bisa kau hindari, hahaha" Ucap kakek Shin memanas-manasi Radit.
"sekali lagi!, aku pasti akan bisa menghindari serangan mu kek" Ucap Radit dengan semangat, padahal mata kiri nya sudah tertutup karna benjolan yang ada di atas mata nya.
"baiklah Aku mulai lagi, jangan nangis ya"
lalu kakek melesat bagaikan peluru dan menyerang kembali Radit secara brutal, namun serangan kakek sudah mulai sedikit sedikit di hindari oleh Radit walaupun masih ada serangan yang masih mengenai wajah dan tubuh Radit, berjam jam berlalu akhirnya Radit berhasil mengimbangi kecepatan kakek, semua serangan kakek tidak ada yang berhasil mengenai nya.
"haha aku sudah bisa menghindari beberapa serangan mu kakek" ucap Radit kegirangan dengan wajah yang sudah babak belur dan penuh bengkak.
"Wah hebat juga kau bisa menghindari nya, baiklah, jika kau merasa sudah bisa menghindari semua serangan ku, akan ku tambah kecepatan ku, kita lihat apakah kau bisa menghindari serangan ku kali ini" kata kakek Shin, lalu orang tua itu mengambil sikap pasang kuda kuda yang lebih rendah dari sebelumnya.
Radit yang fokus memperhatikan kuda kuda kakek Shin dengan sebelah mata karna mata nya yang sudah bengkak di buat terkejut karna tiba tiba kakek tua itu berada tepat di depan wajahnya, karna panik Radit langsung menebas kakek dengan tongkatnya namun tongkat itu hanya menembus tubuh kakek, itu membuat Radit sangat terkejut, setelah tongkatnya menembus tubuh kakek Shin, tubuh kakek Shin tiba tiba menjadi samar-samar dan perlahan menghilang.
"gerakan mu terlalu lambat, dasar siput hahaha" ucap kakek Shin yang berpindah tempat dengan sangat cepat, tanpa di sangka muncul empat buah bayangan kakek sambil mengayunkan tongkat dari arah kiri, kanan, depan dan belakang.
karna bingung bercampur dengan panik Radit menebas bayangan yang ada di depan wajahnya, padahal tubuh asli kakek ada di sebelah kiri, membuat Radit terpental jauh arna ayunan tongkat kakek itu, Radit terbaring tergeletak di atas tanah termenung kebingungan menatap langit tidak tau apa yang barusan terjadi.
"gerakan mu masih terlalu lambat, sepertinya kau harus latihan meningkatkan kecepatan mu" kata kakek Shin.
Radit perlahan menutup matanya dan akhirnya terpejam.
"Nak? Kau Mati?" kata kakek Shin sambil merasakan urat nadi nya, untung nya urat nadi nya masih berdetak, Radit masih hidup.
"Syukur lah dia masih hidup" Ujar kakek Shin sedikit lega.
To be continued...