Kisah seorang gadis bernama Selina yang terpaksa harus menikah dengan seorang pria tampan nan kaya yang bernama Lazuardi, menikah bukan karena cinta melainkan karena terjadinya sebuah accident yang tak terduga menimpa keduanya.
Akankah mereka bahagia...akankah mereka dapat membina rumah tangga seperti yang di harapkan setiap orang...????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
❤️ Happy Reading ❤️
''Kok semalam kamu pulang sama Ardi Sel?'' tanya Dela. ''Katanya kamu pergi sama mamanya...'' katanya lagi.
''Iya aku memang pergi sama mama juga kedua adik perempuannya kak, tapi dia nyusul setelah pekerjaannya selesai.'' jawab Selin. ''Ya jadinya dia yang nganterin pulang deh.'' sambung Selin. ''O iya kak...untuk acara nanti bagaimana?'' tanya Selin.
''Kakak kamu sudah mengundang para tetangga dekat untuk hadir, bergabung kita gak punya saudara.'' jawab Dela. ''Kalau untuk hidangannya, kakak sudah minta beberapa ibu-ibu buat bantuin masak dan kuenya juga kakak sudah pesen.'' sambungnya lagi.
''Kak, boleh gak aku pergi sebentar?'' tanya Selin. ''Ada yang mau aku beli...'' imbuhnya lagi.
''Tapi kalau sudah selesai langsung pulang ya...jangan sore-sore.'' pesan Dela.
''Iya kak.'' jawab Selin. ''Kalau begitu aku berangkat sekarang aja ya kak...biar gak kesorean nanti pulangnya.'' sambungnya lagi.
Hari ini Selin memang sengaja mengambil cuti satu hari guna mempersiapkan acara lamarannya.
Walaupun ini juga bukan sepenuhnya keinginan dari hatinya dan juga tak sesuai dengan angan-angannya yang di lamar serta menikah dengan pria yang sangat mencintainya, tapi Selin tetap menerima semua itu dengan ikhlas.
''Mungkin ini sudah jalannya.'' kata-kata itu yang selalu dia gumamkan pada dirinya sendiri.
❤️❤️❤️❤️❤️
Selin saat ini telah menginjakkan kakinya di lobi sebuah mall yang kemarin di sambanginya bersama mama Mega.
Tujuan pertama Selin adalah ke toko perlengkapan untuk beribadah.
Selin memilih membeli dua buah tasbih yang sama, satu untuknya dan satu lagi untuk Ardi. Lalu dia membeli sebuah peci lengkap dengan baju koko plus sajadahnya.
Setelah itu pilihannya kembali tertuju pada dua buah Al-Qur'an yang kecil nan indah yang bisa di bawa kemana-mana untuk dirinya juga sang calon suami.
Beres dengan perlengkapan ibadah, Selin beralih ke toko yang menjual khusus perlengkapan pria.
Selin membeli kemeja juga dasi yang warnanya kira-kira cocok saat di padu padankan.
''Ini ajalah...bingung juga mau ngasih apa lagian ukuranya pun aku tak ada yang tau.'' gumam Selin sambil terus berjalan.
Saat melewati toko yang menjual alat tulis, Selin jadi berpikir untuk memberikan Lazuardi sebuah bolpoin.
Meski harganya tak terlalu mahal, namun bolpoin yang di pilih Selin miliki bentuk serta corak yang sangat bagus.
Apalagi di sana juga ada jasa pengukiran nama, jadi Selin memutuskan untuk mengukir nama Ardi dan namanya di sana...walaupun terlihat sangat alay dan pernikahan mereka bukan karena berlandaskan cinta...tapi biarlah, toh ini akan semakin menguatkan asumsi pada kakak serta para tetangganya kalau mereka berdua akan menikah karena rasa saling mencintai bukan karena sebuah accident.
Bukan tak banyak yang berpikir, pernikahannya yang terkesan mendadak ini di karenakan oleh sebuah keteledoran atau kecelakaan dalam tanda kutip, apalagi selama ini Selina tak pernah mempunyai pacar atau teman dekat seorang pria...bahkan tak ada satu pun teman pria yang bertandang ke rumah mereka...tapi kok tiba-tiba langsung mau nikah aja.
❤️❤️❤️❤️❤️
''Akhirnya pulang juga ni anak.'' kata yang pertama kali menyambut kedatangan Selin. ''Beli apa aja...kok banyak banget?'' tanya sang kakak ipar ketika kedua tangan Selin banyak menenteng paper bag dengan ukuran yang besar. ''Sini biar kakak bantu bawain.'' tawarnya yang langsung mengambil alih beberapa.
Selin mulai membuka satu persatu barang belanjaannya yang sudah di atas meja.
''Ini...?'' kata Dela sambil menunjuk ke arah barang yang di keluarkan oleh Selin.
''Ini barang-barang buat Lazuardi kak.'' jawab Selin. ''Mereka sudah pilihin banyak barang dengan harga yang fantastis kemarin buat aku...masa iya aku gak kasih balasannya.'' sambungnya lagi. ''Ya gak enak dong kak...meskipun ini harganya gak ada apa-apanya sama yang mereka beli kemarin.'' lanjutnya lagi.
''Yang pentingkan niatnya Sel.'' sahut Dela. ''Sudah sana kamu istirahat dulu, biar nanti kelihatan seger kalau keluarga Ardi datang.'' instruksi Dela.
''Tapi aku mau bantu-bantu dulu kak...'' bantah Selin yang merasa tidak enak, ini acaranya tapi dia tak bantu apapun.
''Sudah gak usah pikirin buat bantu-bantu.'' kata Dela. ''Ada kakak dan para ibu-ibu tetangga yang urus semuanya.'' imbuhnya lagi.
Mau tak mau pun Selin menuruti apa kata kakak iparnya, ya sejujurnya badannya memang sangat lelah dan juga butuh istirahat walau sejenak.
Sedangkan di tempat lain ada mama Mega yang heboh bersama dengan kedua putrinya.
''Telpon Ardi pa...ingetin buat pulang sore.'' pintanya dengan mata yang terus mengawasi tukang parsel yang sedang membungkus barang yang akan di bawa nanti malam sebagai seserahan.
''Ya ampun ma, baru setengah jam lalu papa telon untuk ngingetin dia.'' sahut papa Awan.
Entah sudah berapa kali papa Awan menghubungi sang putra untuk mengatakan hal yang sama karena perintah sang ibu negara dan hal itu membuat Ardi kesal di buatnya.
''Khem.'' dehem Ardi yang baru saja masuk.
''Loh kok kamu sudah pulang Di?'' tanya mama Mega. ''Tumben...'' imbuhnya lagi.
''Bukannya harusnya mama seneng aku sudah pulang.'' sahut Ardi. ''Jadi mama tak perlu repot-repot minta papa untuk telpon aku berkali-kali.'' imbuhnya lagi dengan nada yang sedikit kesal. ''Lagian di kantor, aku juga hari gak konsentrasi ma...gak bisa fokus...gak bisa mikir kalau di teror terus kayak gitu.'' katanya lagi mengeluarkan kekesalannya.
''Ya mamakan cuma mau mengingatkan, biar kamu nanti gak pulang kemalaman yang berakhir kita telat ke rumah Selin.'' kata mama Mega membela dirinya.
''Tapi ya gak gitu juga kali ma...'' kata Ardi.
''Papi...'' seru bocah berusia tiga tahun yang berjalan sambil merentangkan kedua tangannya dari arah teras belakang bersama pengasuhnya.
Hap
Di tangkapnya tubuh itu dalam gendongan seorang Presdir Lazuardi Cakrabuana.
''Papi...kata oma...Langit mau punya mami yah.'' kata Langit.
''Langit senang?'' kata Ardi yang tak menjawab pertanyaan sang putra tapi malah melontarkan pertanyaan.
''Iya Langit seneng banget Pi.'' jawab Langit dengan wajah bahagianya. ''Nanti Langit mau dianter sama mami, mau di suapi mami, bobok di temani mami...biar kayak teman-teman Langit yang lainnya.'' imbuhnya lagi dengan sangat antusias. ''Terus kapan kita akan ketemu mami pi?'' tanyanya yang sudah tidak sabar.
''Nanti malam kita akan ketemu sama mami.'' jawab Ardi. ''Sekarang Langit sama opa dulu ya...papi mau ke kamar bentar buat ganti baju.'' katanya lagi sambil berjalan menggendong Langit ke arah di mana papa Awan duduk.
