Ganti judul: Bunda Rein-Menikah dengan Ayah sahabat ku
"Rein, pliss jadi bunda gue ya!!" Rengek Ami pada Rein sang sahabat.
"Gue nggak mau!" jawab Rein.
"Ayolah Rein, lo tega banget sama gue!"
"Bodo amat. Pokok nya, gue nggak mau!!" tukas Rein, lalu pergi meninggalkan Ami yang mencebik kesal.
"Pokoknya Lo harus jadi bunda gue, dan jadi istri daddy gue. Titik nggak pake koma!" ujarnya lalu menyusul Rein.
Ayo bacaa dan dukung karya iniii....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey(◕દ◕), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Davin berjalan mondar-mandir di depan ruangan ICU. Pikiran nya tak tenang saat mengetahui bahwa Rein dan Ami, dua wanita yang sangat berarti dalam hidup nya mengalami kecelakaan.
Tadi saat sedang mengerjakan file-file laporan dari sekretaris nya, Davin di telfon oleh seorang pria paruh baya menggunakan ponsel Ami.
Pria itu mengabarkan kalau Rein dan Ami mengalami kecelakaan. Davin yang kalut mendengar itu langsung saja pergi menuju rumah sakit.
"Davin, gimana keadaan cucu mama?" Tanya Seorang wanita paruh baya yang masih tampak cantik, saat baru saja tiba di ikuti satu orang pria berpakaian hitam. Dia adalah ibu dari Carissa, mertua Davin.
Davin segera menghampiri sang mertua dan memeluk nya. "Mereka lagi di tangani sama dokter," ujar nya sambil menuntun sang mertua agar duduk di kursi tunggu.
Bagaimana bisa mertua nya sampai disini, jawaban nya karena Davin yang mengabarkan sang mertua yang kebetulan sedang berada di Indonesia.
Meskipun Carissa sudah tiada, namun hubungan Davin dan keluarga mertua nya masih baik-baik saja.
"Mereka?" Tanya Dania bingung.
Davin menatap mertua nya, ia lupa memberitahu mereka tentang hubungan nya dengan Rein.
"Ami kecelakaan sama sahabat nya mah." Jawab nya setelah beberapa saat terdiam. Davin akan memberitahu keluarga Carissa jika waktu nya sudah tepat.
Dania menutup mulut nya terkejut. "Terus gimana kondisi sahabat nya Ami, Vin?"
Dania memang sangat Ramah, ia tidak pernah membeda-bedakan derajat, dan tidak pernah melarang cucu-cucu nya dalam hal bergaul.
"Davin nggak tau, dokter nya belum keluar dari tadi." Wajah Davin terlihat lelah, sudah terhitung 1 jam ia berdiri di depan ruang ICU menunggu hasil pemeriksaan.
Selang 15 menit kemudian, pintu ruang itu terbuka. Seorang pria paruh baya dengan jas putih keluar. Dokter itu membuka masker nya lalu menatap Davin dan Dania.
"Gimana kondisi mereka, dokter?" Tanya Davin buru-buru.
Dokter itu menatap kedua nya. "Puji Tuhan, kedua pasien sudah melewati masa kritis meskipun sempat mengalami pendarahan pada otak. Namun mohon maaf pak, salah satu pasien mengalami pergeseran tulang kaki karena terjepit sesuatu akibat kecelakaan tadi."
Davin dan Dania menatap dokter itu terkejut.
"P-pergeseran tulang?" Tanya Davin terbata. Ia tak tahu siapa yang mengalami itu, karena dokter belum memberitahu nya.
"Iya pak. Namun bapak tenang saja, itu tidak akan lama jika pasien melakukan terapi untuk memulihkan kondisi nya." Lanjut dokter itu berhasil memenangkan Davin dan Dania.
"Oh iya pak, pasien satu nya lagi hanya mengalami beberapa luka ringan. Saya sudah meresepkan obat dan salep untuk meredakan sakit, bapak bisa menebus di apotik terdekat." Ucap dokter itu, membuat Davin mengangguk mengiyakan.
"Terimakasih dokter."
"Sama-sama pak, itu sudah menjadi tugas kami. Sebentar lagi pasien akan di pindahkan ke ruang rawat." Ucap dokter itu kemudian berpamitan.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Davin memasuki ruang rawat Rein dan Ami. Mata nya menatap dua wanita yang sedang terbaring dengan selang infus yang menancap di tangan.
Wajah pucat kedua nya membuat Davin sangat sakit. Ia ingat saat tadi pagi kedua nya sangat bersemangat berpamitan pada nya untuk berangkat ke kampus.
Jika saja ia tahu, bahwa kedua nya akan mengalami kecelakaan, Davin akan melarang mereka berangkat kuliah. Namun mau di sesali pun tak bisa, ibarat pepatah Nasi sudah menjadi bubur. Semua nya sudah terjadi, Davin hanya banyak mengucap syukur serta berterima kasih pada Tuhan, karena kedua nya masih bisa selamat dari kecelakaan yang cukup mengerikan setelah ia melihat melalui CCTV.
Davin menyadari satu hal, kecelakaan tadi di sengaja. Setelah melihat CCTV di rumah warga, yang tak jauh dari TKP.
Tak lupa, Davin juga sudah memerintahkan anak buah nya untuk menangkap supir yang mengendarai mobil box tersebut.
Ia harus memberikan nya pelajaran karena sudah berani bermain-main dengan nyawa seseorang.
***
Di lain tempat, seorang wanita yang menggenakan pakaian glamor menatap bangga pada dua pria yang berdiri di hadapan nya.
"Bagus! Karena kalian sudah mengerjakan tugas kalian dengan baik, ini uang nya. Kalian harus pergi dari kota ini secepatnya, jangan sampai tertangkap atau membuka mulut, kalian tahu bukan akibat nya?" Kedua pria itu mengangguk takut dengan saling melirik satu sama lain.
Setelah itu kedua nya berpamitan, meninggalkan wanita yang akhirnya melepaskan topeng yang sedari tadi ia pakai.
"Rasakan itu anak sialan! Itu akibat dari perbuatan mu. Lihat saja, aku akan membalas apa yang sudah kau lakukan!"
Wanita tersebut akhirnya berlalu dari ruangan itu dengan senyum puas yang mengembang dengan sempurna.
Sekitar 30 menit, wanita itu menuruni mobil nya lalu masuk ke dalam rumah.
"Mamah, dari mana aja?" Tanya seorang pria dengan kemeja hitam nya, membuat wanita itu berhenti lalu menatap nya.
"Oh Alex. Mamah baru kembali dari arisan sama teman-teman mamah." Ucap wanita itu pada putra nya sambil tersenyum puas.
"Oh gitu. Mah, Alex mau main ke rumah kak Davin dong, boleh kan?"
Wanita itu langsung menatap Alex dengan tatapan datar nya. "Mamah bukan nya melarang kamu, tapi kakak kamu sudah berpesan pada mamah untuk tidak memperbolehkan kamu ke sana!"
Alex menatap wanita yang berada di hadapannya ini dengan sendu. "Tapi Alex kangen sama kak Davin dan Ami." Ujar nya lagi memelas.
"Nggak ada tapi-tapian. Pokoknya kamu nggak boleh ke sana, kamu fokus aja dengan kerjaan kamu, kamu harus bisa ambil alih perusahaan yang di pimpin kakak kamu itu!"
"Mah-" tanpa menunggu Alex untuk menyelesaikan ucapannya, Wanita itu langsung pergi meninggalkan nya sendiri di ruang tamu.
Selalu saja seperti itu, Alex sangat merindukan kakak laki-laki nya yaitu Davin dan juga ponakan cantik nya Ami.
Namun saat ia akan berkunjung, selalu saja ada yang menghalanginya.
Sang ibu selalu menolak keinginan nya saat akan berkunjung dan berakhir ia akan di marahi habis-habisan jika mencoba melawan.
Sudah lama sekali, Alex mencurigai sesuatu pada sang ibu, namun ia tak mempunyai bukti yang cukup kuat untuk memperkuat tuduhan nya pada wanita yang sudah ia anggap ibu selama ini.
Saat ini ia akan mencari bukti itu, dan saat sudah mendapatkan nya, ia berjanji akan membalaskan apa yang sudah wanita itu perbuat.
***
"Gimana kondisi kamu? Ada yang sakit?" Tanya Davin pada Rein sambil mengelus punggung tangan sang kekasih.
Rein menatap Davin lalu menggeleng pelan. Namun detik berikutnya, keningnya mengerut saat kaki kiri nya terasa sangat sakit saat ia tak sengaja menggerakkan nya.
"Aw, mas Davin. Kaki aku kenapa?" Tanya nya sambil meringis pelan.
Davin menatap khawatir pada Rein. Ternyata yang mengalami pergeseran tulang itu sang kekasih setelah perawat memberitahu nya.
"Tulang kaki kamu sedikit ke geser jadi belum bisa di pakai untuk bergerak. Kamu istirahat aja ya, jangan banyak gerak dulu." Ucap Davin dengan pelan, sambil menatap Rein sayang.
Rein memejamkan matanya saat kecelakaan tadi tiba-tiba muncul bak kaset rusak di ingatan nya.
"Sayang. Kamu kenapa, ada yang sakit? Aku panggil dokter ya?" Tanya Davin khawatir.
Rein menggeleng sambil membuka matanya. "Aku nggak papa mas," ujar nya menenangkan Davin.
"Kondisi Ami gimana mas?" Tanya Rein lagi sambil menatap tempat tidur sebelah yang terdapat Ami yang masih setia memejamkan mata nya.
"Ami nggak papa, dia cuma luka ringan." Ujar Davin.
Rein menghela nafas lega. Ia takut terjadi sesuatu pada Ami. Kecelakaan tadi terasa sangat cepat bagi nya. Seolah itu sudah di rencanakan.
TBC....