Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Elis
Aida di larikan kerumah sakit karna pendarahan, dan tentu saja orang yang kembali di salahkan adalah Arjuna.
Karna Arjuna tidak menginap di rumah Aida tidak makan, tadinya hanya untuk mengancam Arjuna saja tapi nyatanya Aida malah berada di posisi terancam.
Bukannya Arjuna iba justru Arjuna semakin muak dengan Aida. Meskipun Arjuna mengunjungi ruang rawat Aida tapi Arjuna tidak menunjukan sama sekali kasih sayangnya. Entahlah tidak ada ikatan batin sama sekali antara anak yang di kandung Aida dan dirinya. Padahal saat ketiga putrinya akan hadir Arjuna dangat antusias sekalipun ia tau jika calon bayinya adalah perempuan.
"Kau lihat karna ke egoisanmu! Anakmu dalam bahaya, lakukanlah lagi jika kau ingin anakmu tiada." meski kalimatnya terdengar kejam tapi Arjuna tidak berharap buruk pada makhluk penghuni rahim istrinya.
"Kau tak menyayanginya dia anakmu juga."
"Aku tidak menginginkan ibunya. Bagaimana mungkin aku akan menyayanginya sebagai anakku." setiap kalimat yang keluar dari mulut Arjuna bagai belati yang terus menggores hati Aida. Tidak bisakah Arjuna sedikit berpura-pura, hormon wanita hamil sangatlah sensitive. Aida yang sebagai dokter spesialis kandungan saja kesulitan mengatur moodnya.
.
Beberapa waktu sudah berlalu namun Arjuna masih bersikap sama. Meski begitu Arjuna mengirimkan sejumlah uang untuk Aida sebagai nafkah.
Aida sangat bahagia hari ini pasalnya anak yang di kandung olehnya berjenis kelamin laki-laki. Ia berencana akan menjerat Arjuna dengan bayinya. Ia akan membuat Arjuna kehilangan Elis dan ketiga putrinya.
"Jika kau tak bisa meninggalkan mereka. Aku yang akan membuat mereka pergi dari sisimu sehingga aku yang akan menjadi satu-satunya menantu ibumu."
Kandungan Aida sudah memasuki 5 bulan. Ia terus berusaha untuk membuat Arjuna sedikit melunakan sikafnya.
Aida bahkan mendatangi rumah yang di tinggali Elis, Aida memperkenalkan diri kepada ketiga putri Arjuna dan memintanya memanghil Mama juga.
Aida juga memamerkan jika anak yang di kandungnya adalah anak laki-laki sesuai keinginan keluarga Arjuna.
Elis mengusir Aida. Ia tak ingin putrinya tercemar. Penampilan Aida yang tertutup tidak mencerminkan prilaku muslimah yang baik.
.
Arjuna kini tengah berada di rumahnya, rumah yang selalu di hiasi oleh tawa ketiga putrinya. Namun kali ini kondisinya berbeda Elis seakan menjaga jarak darinya. Elis yang sering manja kini bisa melakukan segala hal sendiri. Elis bisa mengangkat galon, juga mengganti tabung gas sendiri. Bahkan Elis menganti lampu di rumahnya tanpa bantuannya.
Anak-anak merekapun selalu menghindari Arjuna, mereka akan tidur lebih awal saat Arjuna tengah berada di rumah. Perkataan nenek mereka juga kedatangan Aida tempo hari membuat Rose, dan Jasmine membenci Papa mereka, hanya Valery yang selalu menunggu kepulangan Arjuna. Bahkan Valery selalu menyebut Papanya saat menangis.
Yang membuat Elis tersayat adalah di kala Valery berdiri di atas teras sembari menangis menunggu papanya pulang padahal itu jatah Aida.
Sejak kapan istrinya semandiri itu? Jawabannya sejak Arjuna menikah lagi.
Aida terus menghubungi Arjuna meminta Arjuna untuk membelikan keinginannya. Arjuna mematikan ponselnya, terserah Aida mau marah atau apapun itu sama sekali tidak berpengaruh untuknya.
"Jika kau ingin pergi seperti semalam tidak papa. Tapi aku akan melakukan sesuatu." Elis beranjak ke atas meja riasnya. Ia menghitung buliran tasbih yang selama ini menjadi penghitung setiap kesalahan Arjuna.
Elis bahkan menghambur-hamburkan jumlahnya. Bahkan hal kecil yang berupa biasa Elis akan tetepa menghitung kesalahan Arjuna. Contohnya Arjuna telat membalas chatnya, Elis akan menghitung dan membuang buliran tasbih itu. Atau saat Arjuna telat pulang kerumahnnya sedangkan itu jatahnya Elis juga akan mengurangi jumlah tasbih itu.
Dan lagi semalam Arjuna pulang karna ibunya menyuruhnya membawakan martabak manis untuk Aida, Elis juga menghitung dan membuang tasbih itu. Elis sudah menyiapkan tempat untuknya menepi. Juga merencanakan banyak hal bersama ketiga putrinya.
Ini bukan perkara soal cinta lagi. Harga diri Elis sudah tiada mungkin selamanya Elis akan terus menjadi istri yang di sembunyikan.
Arjuna tidak mengenalkannya sebagai istrinya pada semua orang.
Hanya tinggal empat bulir saja di gelas itu. Artinya hanya 4 kesalahan lagi yang akan Elis maafkan. Setelahnya Elis akan membiarkan Arjuna.
"Jangan tidur dulu. Kita sudah lama tidak berbicara sebelum tidur." Arjuna meraih tangan Elis dan membawa ke mulutnya untuk ia kecup.
Entahlah setiap Arjuna menyentuhnya Elis merasa jijik, yang ada di benaknya adalah Arjuna melakukan hal yang sama terhadap Aida dan itu yang membuat dirinya merasa tak berharga.
Elis bahkan tak pernah membuka matanya saat Arjuna tengah menuntaskan hasratnya. Bukan bukan Elis menikmati atau menghayati permainan suaminya, Elis justru selalu muntah setiap selesai melayani suaminya. Elis juga selalu cepat-cepat membersihkan diri setelah selesai.
"Kau tak mencintai aku lagi?" Arjuna mulai meragu akan cinta sang istri. Arjuna menyadari kejanggalan demi kejanggalan yang terjadi pada istrinya. Sejak tiga bulan terakhir, lebih tepatnya sejak Arjuna memiliki istri lagi, sejak saat itu pandangan Elis berbeda terhadapnya.
"Entahlah. Aku tidak lagi merasakan debaran di dada ini. Aku tak lagi mengkhawatirkanmu saat kau tak ada kabar ataupun pulang terlambat. Hatiku selalu mengatakan ada wanita lain yang selalu mengkhawatiranmu, bukan lagi aku yang selalu kau pikirkan, melainkan ada istri lain. Dari situ hatiku otomatis mengatur, warna cinta yang dulu pekat sekarang memudar Arjuna dan secara perlahan aku mulai terbiasa melakukan apapun sendiri."
Jawaban jujur yang katakan membuat relung hati Arjuna mengigil hebat, apakah posisinya sebagai pria yang di cintai Elis tergeser oleh pria lain?
"Apa ada pria lain di hatimu?"
"Tidak sama sekali. Aku bukan dirimu yang pandai membagi cinta."
"Elis, aku selalu memiliki alasan dengan pertimbangan yang matang. Aku hanya ingin menjadi pelindung untukmu dan anak-anak kita."
Tiba-tiba ponsel Elis berbunyi tertera nama Aida di sana. Elis berdecih pelan setelah ponsel suaminya di matikan madunya itu menghubungi dirinya.
Arjuna menyuruh Elis untuk menutup telepon tapi Elis justru mengangkatnya.
"Ada apa?" Elis mengangkat teleponnya. Ia mengira Aida yang menelpon sehingga ia berujar malas.
"Wanita Sialan. Kau sengaja menyuruh Arjuna mematikan ponselnya." terdengar teriakan Ibu Arjuna yang memekan telinga dari sebrang.
"Ma, jangan membentak istriku!" Arjuna balik membentak ibunya.
"Kerumah sakit sekarang Arjuna. Aida di serang orang tak di kenal." ujar ibunya dari sebrang.
Elis membisu, tak tau lagi apa yang di bicarakan Arjuna dan ibunya selanjutnya. Tapi tiba-tiba ia ingin egois, lagi pula ini malam jatahnya kan. Padahal Elis tak pernah mengganggu jatah Aida, tapi kenapa saat Arjuna bersamanya Aida dan ibu mertuanya seakan sengaja mengganggunya. Elis hanya ingin saat-saat terakhir bersama Arjuna sebelum ia pergi.
Elis tak tau jika selama jatah Aida, Arjuna tidak pernah pulang, suaminya itu akan pulang ke apartemen miliknya sendiri.
"Aku harus pergi! Banyak hal yang harus ku urus." Arjuna mengenakan pakaian yang berceceran di lantai setelah pergumulan mereka tadi.
Elis ingin egois, ia tak ingin membiarkan Arjuna pergi. Terserah Arkuna akan marah atau apa yang terpenting ia harus menahan Arjuna agar bersamanya. Sudah cukup Aida berkuasa karna tengah mengandung anak laki-laki.
"Kau tak boleh pergi! Ini malam jatahku." ujar Elis tegas.
Tak Elis pungkiri hatinya senang saat mendengar Aida terkena musibah.
"Elis situasinya darurat. Dokter butuh tanda tanganku untuk bertindak. Dan lagi polisi sedang mengusut kasus ini. Ada segelintir orang yang tidak menyukai pencapainku." Arjuna menjelaskan sekilas.
"Pokoknya kau tak boleh pergi."
"Eliss .." tanpa sadar Arjuna meninggikan suaranya.
Bibir Elis bergetar menahan tangis. "Kau membentakku karna istri mudamu?" ungkap Elis tak percaya.
"Maaf." lirih Arjuna.
"Tapi ini darurat Elis aku suami Aida, dan segala sesuat butuh persetujuanku."
"Aku juga istrimu Arjuna. Bisa saja ini akal-akalan mereka untuk kembali merusak malam kita."
"Kau pikir, ini lucu jika di buat candaan?"
"Terserah, jika kau tetap pergi malam ini. Lihat saja aku akan pergi membawa ketiga putriku." ancaman Elis tak main-main.
Meski Arjuna ingin pergi, tapi ia takut jika Elis berbuat nekad. Akhirnya ia mengalah. Dan mengajak Elis untuk tidur.
"Baiklah ayo kita tidur." Arjuna merebahkan tubuh Elis dan memeluk tubuh istrinya.
Secara perlahan Elis memejamkan matanya. Dan di saat Arjuna yakin Elis tertidur. Arjuna melihat ponselnya, ibunya berkali-kali menghubunginya menyuruhnya kerumah sakit, ia di lema tapi bagaimanapun ia tetap harus pergi.
Secara perlahan Arjuna beranjak dan mengecup kening Elis. "Maaf aku harus pergi."