NovelToon NovelToon
CINTA RAHASIA PAK DOSEN

CINTA RAHASIA PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / CEO / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Dalam keheningan, Nara Wibowo berkembang dari seorang gadis kecil menjadi wanita yang mempesona, yang tak sengaja mencuri hati Gala Wijaya. Gala, yang tak lain adalah sahabat kakak Nara, secara diam-diam telah menaruh cinta yang mendalam terhadap Nara. Selama enam tahun lamanya, dia menyembunyikan rasa itu, sabar menunggu saat Nara mencapai kedewasaan. Namun, ironi memainkan perannya, Nara sama sekali tidak mengingat kedekatannya dengan Gala di masa lalu. Lebih menyakitkan lagi, Gala mengetahui bahwa Nara kini telah memiliki kekasih lain. Rasa cinta yang telah lama terpendam itu kini terasa bagai belenggu yang mengikat perasaannya. Di hadapan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini, Gala berdiri di persimpangan jalan. Haruskah dia mengubur dalam-dalam perasaannya yang tak terbalas, atau mempertaruhkan segalanya untuk merebut kembali sang gadis impiannya? Ikuti kisahnya dalam cerita cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1 SATU

Hujan lebat menyerbu langit kota, angin kencang melanda, memainkan helaian rambut gadis kecil yang termenung di sudut halte. Bibirnya membiru, tubuhnya menggigil tak hanya karena dingin tapi juga karena teror yang menjalar dalam benaknya.

Nara duduk meringkuk, tangannya berusaha menciptakan kehangatan semu, namun ia tidak mampu mengusir ketakutan yang membelenggunya. Dengan bibir yang terus komat-kamit merutuki ketidakpedulian sang kakak yang tak kunjung datang menjemputnya.

Nara tak menyadari tatapan lembut dari pemuda tampan yang baru saja berhenti di sampingnya dengan motor gede yang berderu. Pemuda itu, tertarik oleh kerapuhan yang tampak jelas dalam diri gadis kecil tersebut, perlahan memulai usaha untuk menyapa dan memberikan secercah kehangatan di tengah kebekuan yang tak kenal ampun.

"Kenapa ponselku mati, gimana aku bisa menghubungi Mas Bara," dumel Nara dalam hati, sembari mengetuk layar ponselnya sambil menahan gigi.

Lagi lagi tindakan konyol Nara terekam dalam mata hitam pemuda tampan yang duduk di sebelahnya.

Hujan terus turun dengan ganas, membiarkan langit mencurahkan segala isinya. Nara yang merinding di bawah hujan yang tiada henti, memeluk tubuhnya dalam cengkeraman dingin yang tak tertahankan. Pemuda berhidung mancung dan berwajah tegas itu tanpa banyak bicara, melepas jaket hitam tebal yang dikenakannya dan dengan gerakan yang penuh perhatian, ia menyelimuti pundak Nara yang kedinginan.

Nara yang merasakan kehangatan tiba-tiba itu terperanjat, matanya bertemu pandang sejenak dengan pemuda tersebut. "Pakai ini," ujarnya, suaranya terdengar begitu tenang, kemudian ia segera memalingkan wajahnya. Pandangannya kembali pada jalanan yang basah kuyup, menyatu dengan hujan yang tak kunjung reda.

Dengan rasa terima kasih, Nara tersenyum lembut, "Em... terima kasih," sambil merapatkan jaket tebal itu ke seluruh tubuhnya, mencari sisa-sisa kehangatan yang ditawarkan oleh pemuda misterius tersebut di tengah dingin yang menggigit tulang.

Hujan telah reda namun rintik-rintik tetap berbisik di udara, membawa kegelisahan pada diri Nara yang terpaku di tepi jalan.

"Kenapa Mas Bara belum juga datang menjemputku?" keluhnya dengan nada penuh kekecewaan. Gala sosok pemuda tampan dengan aura yang menenangkan, yang duduk tak jauh dari sisi Nara, menoleh menatap wajah cemas gadis kecil itu.

"Mau pulang? Ikut denganku?" tawarannya lembut, matanya menatap langsung ke dalam jiwa Nara.

"Haa..." desah Nara, sedikit terkejut namun merasakan kedamaian dari ucapan pemuda tersebut.

"Ayo pulang, ikut denganku," ulang pemuda itu dengan senyum yang tulus terukir di wajahnya. "Tapi..." Nara berhenti sejenak, keraguannya terlihat jelas.

"Jangan khawatir, namaku Gala. Aku diutus untuk menjemputmu karena kakakmu terjebak di kemacetan akibat ada pohon tumbang yang menghalangi jalan," jelas Gala dengan suara yang menenangkan.

"Oh," Nara hanya bisa terdiam, matanya terbuka lebar seakan mencerna situasi yang tidak terduga ini. Gala kemudian berdiri tegap, menyodorkan helm ke arah Nara. Gadis berseragam putih biru itu menerima helm itu dengan ragu, tangan gemetar sedikit saat ia mencoba memakainya.

Melihat kesulitan Nara, Gala segera melangkah mendekat dan dengan lembut, ia membantu mengunci helm di kepala Nara, sentuhan tangannya memberikan rasa aman yang belum pernah Nara rasakan sebelumnya.

"Sudah, ayo naiklah," ajak Gala dengan nada lembut. Dengan sebuah anggukan kecil, Nara duduk di belakang motor. Sejenak keheningan menyelimuti, namun saat roda motor mulai berputar membelah jalanan yang basah oleh hujan, tangan Nara tiba-tiba merapat, memeluk pinggang Gala dengan cengkeraman yang kuat. Keterkejutan jelas tergambar di wajah Gala ketika ia menoleh dan melihat tangan Nara yang erat melingkari pinggangnya.

"Maaf, aku takut," bisik Nara, suaranya nyaris tak terdengar karena gemuruh suara mesin motor.

Tanpa kata, Gala hanya menarik nafas dalam dan memacu motornya lebih kencang, menembus dinginnya malam yang pekat. Sesampainya di depan rumah, Gala buru-buru mematikan motor, suara mesin yang mati memecah keheningan.

"Turunlah, sudah sampai," ujarnya pada Nara, yang tubuhnya masih terasa menempel berat di punggungnya. Tidak ada jawaban. Saat Gala mencoba melepas genggaman tangan Nara, gadis itu tiba-tiba limbung, kehilangan keseimbangan.

Dalam sekejap, Gala meraihnya dengan sigap, menangkap tubuh Nara yang nyaris terjatuh ke tanah dingin.

"Astagfirullah" ucap Gala kaget saat melihat Nara tak sadarkan diri, dengan cepat Gala membopong Nara untuk membawanya masuk ke dalam rumah milik Gala.

Dengan hati-hati Gala membaringkan Nara ke atas ranjang miliknya. Melihat baju Nara yang basah kuyup, Gala hanya dapa menutupi tubuh Nara dengan selimut tebal.

Setelah itu, Gala mengangkat sambungan telepon dari sahabatnya Bara, guna menanyakan prihal adik kesayangannya.Gala pun memberi tahu jika adi kesayangannya sudah berada di rumahnya. Namun Gala tak memberi tahu kondisi Nara yang pingsan. Gala tak ingin membuat Bara semakin khawatir.

"Jamgan hawatir, adikmu ada di rumahku sekarang," ucap Gala pada Bara.

"Oke, terima kasih. Aku nitip adikku sampai aku pulang," ucap Bara bernapas lega.

"Hem, kamu tenang saja,aku akan menjaga adikmu dengan baik" ujar Gala sebelum mematikan sambungan ponselnya.

Tepat pukul lima sore, Nara terbangun dari pingsannya. Gala yang melihat pergerakan Nara, langsung mendekat.

"Eeh, Kamu sudah sadar, adik kecil," ucap Gala dengan suara lembut, sambil menyodorkan gelas berisi air hangat kepada Nara.

"Emm... aku di mana?" tanya Nara, matanya memancarkan kebingungan. Dengan senyuman penuh kasih, Gala mengelus kepala bocah SMP tersebut.

"Tenang, Nara. Aku membawamu ke rumahku. Mas Baramu masih terjebak macet," jela Gala dengan suara mengayomi.

Dengan gerak hati-hati, Gala mengambil sebuah kaus dan celana boxer miliknya. "Cobalah kenakan ini, agar kau merasa lebih nyaman," ucapnya, seraya memberikan pakaian berwarna hitam itu kepada Nara.

"Tapi ini kebesaran..." protes Nara dengan suara lirih. Gala hanya tersenyum, duduk di tepi ranjang di samping gadis kecil itu.

"Ini ukuran terkecil yang aku miliki," ujarnya, sambil menyodorkan handuk. Nara mengangguk pelan, "Baiklah," sahutnya.

Gadis kecil itu turun perlahan dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dari sisa-sisa hujan yang masih melekat pada tubuhnya. Setelah berganti pakaian, Nara melangkah keluar dari kamar. Dia duduk di ruang tengah, tubuhnya menggigil sedikit karena udara malam yang sejuk.

"Aku membuatkanmu sup jahe, minumlah" ujar Gala. Nara mengangguk. Dengan tangan menggigil,Nara meraih cangkir batu berisi sup jahe, lalu dia memegangi perutnya yang keroncongan, menandakan betapa laparnya dia.

Di rumah yang asing itu, di samping orang yang baru dikenalnya, rasa aman yang Gala tawarkan bagaikan oasis di tengah kegundahan yang masih bersarang dalam benak Nara. Dengan suara lirih, Nara pun memberanikan diri untuk berterusterang.

"Aku lapar" rengek Nara pada Gala yang sedang fokus menatap layar laptopnya, yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya.

Mendengar suara Nara, Gala mengangkat wajah tampannya dengan perlahan,lalu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah dapur yang diikuti oleh Nara.

"Kamu mau makan apa?"tanya Gala sembari mengambil penggorengan.

"Apa saja," sahut Nara. Gala tersenyum lantas mengambil dua butir telur dari dalam kulkas, tampaknya pemuda baik hati itu akan membuatkan omlet untuk Nara.

Gala terlihat begitu cekatan, Nara yang menyaksikannya terpukau dengan tatapan penuh takjub.

"Mas Gala bisa masak?" ucap Nara sambil terus memperhatikan wajah tampan Gala.

"Hem..sedikit" sahut Gala dengan tenang.

"Sudah siap,makan lah" ucap Gala sambil menyodorkan piring berisi omlet buatannya ke hadapan gadis kecil itu.

"Makasih Mas Gala" Seketika itu Nara langsung menarik piring dan melahap piring berisi nasi di hadapannya. Nara tampak begitu menikmati omlet buatan Gala.

"Eem...ini omlet paling enak yang pernah Nara makan," ucap Nara dengan wajah sumringah.

Gala tersenyum sambil mengacak rambut ikal milik Nara.

"Benarkah...? Jika benar seenak itu, cepat habiskan makananmu," ucap Gala sambil menuangkan air putih ke dalam gelas untuk gadis kecil itu. Nara mengangguk,lalu melahap nasi dalam piringnya.

Tepat pukul sembilan malam, hujan kembali turun mengguyur kota, namun kali ini hujan itu disertai guntur dan kilat yang tampak menakutkan untuk Nara.

Nara tampak meringkuk sembari menutup kedua telingannya, keringat dingin mengucur dari kening gadis kecil itu. Gala yang masuk ke kamar, untuk memberikan selimut baru pada Nara, tampak terkejut saat melihat gadis kecil itu begitu ketakutannya.

"Kamu tidak apa-apa?" Gala berseru sambil melangkah mendekat. Nara bergidik, suaranya lemah bagaikan seruling kesiangan.

"Aku takut..."gumamnya.

"Tenang, aku di sini. Tidak akan membiarkan sesuatu buruk terjadi padamu," Gala berbisik lembut, menarik Nara ke dalam pelukannya yang hangat. Gala benar benar menjaga dan melindungi Nara sesuai permintaan Bara.

Gadis itu menghela napas, mencoba mencari keamanan dalam dekapan Gala yang seolah menjadi perisai dari ketakutannya yang melilit. Mata Nara perlahan terpejam, tertidur dalam ketenangan palsu.

Gala dengan hati-hati meletakkan kepala Nara di atas bantal, berusaha menjaga agar tidurnya tidak terganggu. Namun, saat Gala hendak melepaskan tangannya, Nara tiba-tiba memegang pergelangan tangan Gala dengan kekuatan yang mengejutkan.

"Mama... bertahanlah," desis Nara lirih, suaranya mengalun pilu memecah kesunyian. Gala membeku, telinganya tajam mencoba menangkap setiap bisikan lirih itu. "Jangan pergi... Tolong selamatkan Mamaku..." Nara meracau, suaranya tenggelam dalam samudra ketidaksadaran. Di balik kelopak matanya yang terpejam, air mata membentuk rintik di wajahnya yang pucat pasi, dibanjiri oleh keringat dingin yang membasahi dahi.

1
Mira Hastati
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!