Bunga itu telah layu sejak lama, menyisakan kelopak hitam yang berjatuhan, seperti itulah hidup Hanna Alaya Zahira saat ini, layu dan gelap.Hanna adalah seorang sekretaris yang merangkap menjadi pemuas nafsu bosnya, mengantungi pundi-pundi uang dalam rekeningnya, namun bukan tanpa tujuan dia melakukan itu. Sebuah rahasia besar di simpan bertahun-tahun. Pembalasan dendam.. Edgar Emilio Bastian bos yang dia anggap sebagai jembatan mencapai tujuannya menjadikannya simpanan dibalik name tag sekretarisnya, membuat jalannya semakin mulus. Namun, di detik-detik terakhir pembalasan dendam itu dia justru terjerat semakin dalam pada pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Akan Kalah
Hanna baru saja keluar kamar mandi saat mendengar suara ketukan pintu.
Gadis itu menoleh pada jam di dinding yang menunjukan pukul 10 malam.
"Siapa?" seingatnya tak ada yang tahu dia tinggal disana, bahkan teman ani- aninya di klub mami Popy. Hanna selalu bisa menjaga rahasianya hingga kini rumah sederhana itu adalah tempat teraman dari kelakuan tak baiknya di luar sana.
Hanna membuka sedikit gorden untuk melihat siapa di luar sana. Namun dia tertegun saat melihat punggung lebar berbalut coat yang melindunginya dari hawa dingin malam hari. "Edgar?"
Hanna membuka pintu. Baru akan menyapa tubuhnya terdorong ke belakang sebab Edgar mendorongnya masuk dan menutup pintu dengan kakinya. Bukan hanya itu pria itu dengan buas mencumbunya setelah melabuhkan bibirnya dan melumat bibirnya dalam. Hanna bisa merasakan lidah Edgar bergerilya menelusuri isi mulutnya, bahkan menghisap bibir atas dan bawahnya bergantian. Beralih pada leher jenjangnya, Edgar terus mencumbunya membuat Hanna melenguh.
"Sebentar- Edgar..." Hanna berusaha mencegah tingkah brutal Edgar, namun Hanna tak bisa melawan saat Edgar justru mengangkat tubuhnya dengan melingkarkan kakinya di sepanjang pinggangnya dan membawanya ke arah kamar.
Edgar tak bicara hanya menyalurkan nafsunya untuk saat ini, pria itu menarik tali bathrobe Hanna hingga menampakan kulit putih yang masih lembab dengan aroma sabun begitu lembut yang menyeruak.
Hanna pasrah, meski sedikit kasar namun gerakan Edgar terasa tak menyakitinya, hingga dengan mudah pria itu membalik tubuhnya dan menjatuhkan cumbuan di sepanjang punggungnya. Tangan besar Edgar membelai sepanjang punggung membuat Hanna melengkungkan tubuhnya, dengan desahan lepas begitu saja saat bibir Edgar menjalari sepanjang pundaknya.
Edgar menggila dengan kedua tangan sibuk melepas seluruh penghalang di tubuhnya, membuangnya asal lalu melesakkan dirinya di kelembutan Hanna yang sudah basah.
...
Malam itu terasa panjang, keringat masih mengucur bahkan saat kegiatan sudah berlalu 10 menit lalu.
"Rumah ini terlalu sempit, dan panas," ucap Edgar blak-blakan.
Hanna mencebik, disana memang tak ada AC, hanya kipas yang menyala di sudut ruangan, tapi itu cukup untuk Hanna. "Kenapa kesini, kalau gitu?"
"Terpaksa." Edgar bangkit dan mendudukan dirinya, meraih coat- nya di lantai dan meraba sakunya.
Hanna membelalakan matanya saat melihat sebuah kunci di tangan Edgar menggantung di depan matanya "Jangan menumpang mobil lagi dengan orang lain, apalagi pria!" titahnya tegas.
"Untukku?" mata Hanna berbinar cerah lalu meraih kunci mobil di tangan Edgar.
Hanna tersenyum lalu menatap Edgar "Kalau begini jangan- jangan nanti di beliin apartemen biar lebih nyaman." Hanna kembali melihat kunci mobil di tangannya masih dengan senyum di bibirnya.
Edgar terkekeh "Kamu benar-benar matre."
Hanna mencebik tak peduli, tatapannya masih pada kunci mobil di tangannya.
"Siapa tadi yang tidak suka panas? Dan ya, sejak awal aku memang begitu, matre."
Edgar merebut kembali kunci mobil yang dia berikan "Loh, kok di ambil lagi?"
Edgar meraih tubuh Hanna "Sekarang tidur dulu, aku lelah."
"Tapi, mobilnya?"
"Itu sudah menjadi milikmu." Edgar menenggelamkan tubuh Hanna ke dalam selimut dan mendekapnya membuat seringaian terbit di bibirnya.
'Sekarang baru mobil, lihat nanti aku tidak akan membiarkan kamu kembali pada wanita itu,' ucap Hanna dalam hati.
Fransiska Disastro, lihat saja nanti. Kamu akan merasakan derita lebih dari yang kamu berikan padaku.
Semuanya akan aku kembalikan lengkap dengan bunga.
Mata Hanna memejam bertarung dengan rasa nyaman yang mulai menggelayuti hatinya. 'Tidak! Aku tidak akan kalah.'