Li Shen, murid berusia 17 tahun dari Sekte Naga Langit, hidup dengan dantian yang rusak, membuatnya kesulitan berkultivasi. Meski memiliki tekad yang besar, dia terus menjadi sasaran bully di sekte karena kelemahannya. Suatu hari, , Li Shen malah diusir karena dianggap tidak berguna. Terbuang dan sendirian, dia harus bertahan hidup di dunia yang keras, mencari cara untuk menyembuhkan dantian-nya dan membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar seorang yang terbuang. Bisakah Li Shen bangkit dari keterpurukan dan menemukan jalan menuju kekuatan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chp 11
Kehancuran Klan Zhang menjadi perbincangan panas di seluruh Kota Liyang dan daerah sekitarnya. Para pedagang, penjaga kota, hingga sesama klan kecil saling membicarakan kejadian tersebut.
"Apa kau dengar? Klan Zhang hancur dalam satu malam!" bisik seorang pedagang di pasar.
"Ya, dan katanya pemimpinnya, Zhang Tian, dibunuh oleh seorang pemuda misterius!" sahut yang lain dengan nada tak percaya.
Rumor terus berkembang. Ada yang mengatakan pemuda itu adalah murid sekte besar yang sedang menyamar, ada pula yang berspekulasi bahwa ia adalah seorang pembunuh bayaran kelas atas. Tapi satu hal yang pasti: kehadiran sosok itu telah mengguncang keseimbangan kekuatan di Kota Liyang.
Di sisi lain, Li Shen tidak peduli dengan kegemparan yang terjadi. Saat ini, ia berada di sebuah tempat yang cukup terpencil di luar kota, berlindung di sebuah gua kecil yang tersembunyi oleh pepohonan lebat. Tubuhnya penuh dengan luka, meski pil pemulihan yang ia dapat dari Klan Zhang sudah mulai menunjukkan efeknya.
Duduk bersila dengan mata terpejam, Li Shen memfokuskan pikirannya untuk menyembuhkan dirinya. Energi pil kuning itu mengalir dalam tubuhnya, menyatu dengan energi spiritualnya, dan perlahan menyembuhkan luka-lukanya dari dalam.
"Hmph, pil ini cukup kuat," gumamnya sambil mengatur napas. Luka-luka dalam tubuhnya yang semula terasa seperti bara api perlahan mereda.
Li Shen membuka matanya setelah beberapa jam berkultivasi. Meski belum pulih sepenuhnya, tubuhnya kini jauh lebih baik. Ia menggerakkan tangannya perlahan, memastikan bahwa aliran energinya tidak terhambat.
"Aku butuh waktu lebih untuk benar-benar pulih, tapi ini sudah cukup untuk sementara," pikirnya.
Menatap pedang baru yang kini tersandar di dinding gua, Li Shen mengulurkan tangannya dan menggenggam gagangnya.
"Kita akan menjadi lebih kuat bersama," ucapnya dengan nada dingin, seolah berbicara pada pedang itu.
Ia berdiri, melihat keluar gua, di mana malam telah turun dengan tenang.
"Klan Zhang hanyalah awal. Jika ada yang berani menghalangiku, mereka akan berakhir dengan nasib yang sama," katanya dengan penuh tekad, sebelum kembali memusatkan pikirannya untuk memulihkan kekuatan.
...............
Beberapa hari kemudian....
Pagi yang cerah menyelimuti Kota Liyang, tapi suasana kota masih penuh dengan bisik-bisik tentang tragedi yang mengguncang semalam. Klan Zhang, yang selama ini menjadi salah satu penguasa di kota itu, kini tinggal kenangan.
Li Shen berjalan dengan santai di antara kerumunan, mengenakan pakaian sederhana yang baru ia beli untuk menggantikan pakaiannya yang compang-camping. Pedang barunya diselipkan di pinggangnya, tersembunyi di balik jubah panjang. Wajahnya tetap tenang, tanpa menunjukkan sedikit pun emosi.
Di sekitarnya, percakapan masyarakat terus terdengar.
"Kau tahu? Klan Zhang dihancurkan dalam satu malam!" ujar seorang pria tua kepada temannya.
"Aku dengar puluhan pendekar mereka mati, bahkan Zhang Tian juga tewas!" sahut temannya dengan nada serius.
"Siapa yang cukup gila untuk menyerang klan besar seperti itu?" tanya seorang wanita yang berdiri di dekat mereka.
Li Shen hanya melirik sekilas, senyuman kecil muncul di sudut bibirnya sebelum ia kembali melanjutkan langkahnya.
Saat berjalan di sepanjang jalan utama, Li Shen tiba-tiba mendengar suara yang familiar.
"Li Shen? Kau di sini juga?"
Ia menoleh dan melihat Xu Qian berjalan mendekatinya. Wanita itu mengenakan pakaian sederhana namun tetap memancarkan pesona yang anggun. Rambut panjangnya tergerai, dan matanya memancarkan rasa ingin tahu.
"Xu Qian," sapa Li Shen sambil mengangguk ringan.
"Apa yang sedang kau lakukan di kota ini? Kupikir kau sudah pergi meninggalkan Kota Liyang," ucap Xu Qian sambil berdiri di sampingnya.
"Aku hanya sedang mencari sesuatu dan memutuskan untuk tetap tinggal sebentar," jawab Li Shen dengan nada santai.
Xu Qian tersenyum kecil, tapi ekspresinya segera berubah serius.
"Kau pasti sudah mendengar kabar tentang Klan Zhang, kan?" tanyanya, menatap Li Shen dengan penuh rasa ingin tahu.
Li Shen mengangkat alis. "Kabar apa?"
"Klan Zhang... mereka hancur dalam semalam. Puluhan pendekar mereka mati, termasuk Zhang Tian sendiri. Tidak ada yang tahu siapa yang melakukannya," jelas Xu Qian dengan nada serius.
Li Shen mengangguk ringan, wajahnya tetap datar. "Oh? Kedengarannya cukup mengerikan. Tapi aku tidak tahu apa-apa tentang itu."
Xu Qian memandangnya dengan tatapan curiga, seolah mencoba membaca pikirannya. Tapi Li Shen tetap tenang, bahkan sedikit tersenyum.
"Kau benar-benar tidak tahu? Aku penasaran siapa yang cukup kuat untuk menghancurkan klan besar seperti mereka," lanjut Xu Qian.
"Mungkin seseorang yang memiliki dendam. Tapi itu bukan urusanku," ucap Li Shen sambil mengangkat bahu.
Xu Qian terdiam sejenak, tapi kemudian tersenyum kecil. "Kau memang selalu penuh misteri, Li Shen. Entah kenapa aku merasa kau tahu lebih banyak daripada yang kau katakan."
"Hanya perasaanmu saja," balas Li Shen sambil tersenyum tipis.
Mereka berdua berjalan beriringan, melanjutkan obrolan ringan tentang hal-hal lain. Namun di balik senyumnya, Li Shen tetap waspada. Ia tahu bahwa kehancuran Klan Zhang akan menarik perhatian banyak pihak, dan ia harus siap menghadapi konsekuensi dari tindakannya.
------
Setelah beberapa hari mengamati situasi di Kota Liyang, Li Shen akhirnya merasa cukup tenang. Kabar kehancuran Klan Zhang masih menjadi perbincangan hangat, tapi tidak ada satu pun yang mencurigainya sebagai pelaku di balik tragedi tersebut. Semua orang hanya berandai-andai, dan rumor berkembang tanpa arah yang jelas.
Li Shen berdiri di atas sebuah atap rumah yang tinggi, memandang kota yang mulai sibuk dengan aktivitas pagi. Ia menarik napas panjang, membiarkan angin pagi menerpa wajahnya.
"Sudah cukup waktu yang kuhabiskan di sini," gumamnya pada dirinya sendiri. "Aku harus melangkah ke tujuan berikutnya. Kota kecil ini tidak memiliki apa-apa lagi yang bisa membantuku berkembang."
Sebelum meninggalkan kota, Li Shen memutuskan untuk menemui Xu Qian satu kali lagi. Mereka bertemu di sebuah kedai kecil yang sama tempat mereka berbicara sebelumnya.
"Kau akan pergi?" tanya Xu Qian, sedikit terkejut.
Li Shen mengangguk. "Kota ini tidak lagi memiliki apa pun untukku. Ada dunia yang lebih luas di luar sana, dan aku harus terus melangkah maju."
Xu Qian terdiam, menatap Li Shen dengan tatapan yang sulit diartikan. Akhirnya, ia tersenyum tipis. "Kau memang berbeda, Li Shen. Selalu punya arah meskipun terlihat tidak peduli."
"Hidupku tidak pernah mudah, Xu Qian. Aku hanya melakukan apa yang perlu kulakukan," jawab Li Shen dengan tenang.
Xu Qian menghela napas pelan. "Aku tidak tahu ke mana kau akan pergi, tapi aku harap kau berhati-hati. Dunia di luar sana akan sangat berbahaya."
Li Shen hanya tersenyum kecil. "Aku sudah terbiasa dengan bahaya. Jangan khawatir."
Mereka berbicara sebentar sebelum Li Shen akhirnya berdiri, bersiap untuk pergi. Sebelum pergi, Xu Qian menatapnya sekali lagi.
"Semoga kita bertemu lagi suatu hari nanti, Li Shen," katanya dengan tulus.
Li Shen menoleh, memberikan senyuman singkat. "Mungkin. Tapi jangan terlalu berharap. Sampai jumpa, Xu Qian."
Dengan langkah mantap, Li Shen meninggalkan Kota Liyang. Ia membawa semua yang ia butuhkan—pedang barunya, uang hasil loot, dan tekad yang tidak tergoyahkan.
Saat berjalan keluar dari gerbang kota, ia melihat matahari pagi menyinari jalan yang membentang di depannya.
"Dunia ini besar, dan aku baru memulai perjalanan ini," pikirnya dalam hati. "Aku akan terus maju. Tidak peduli siapa yang mencoba menghentikanku, aku akan berdiri di puncak dan membuktikan kekuatanku."
Bayangan Li Shen perlahan menghilang di antara pepohonan, menuju wilayah baru yang penuh dengan misteri dan tantangan.
gq nyqmbung bahasa bart nya..
pantas ga ada yg baca