"Jamunya Mas," Suara merdu mendayu berjalan lenggak lenggok menawarkan Jamu yang Ia gendong setiap pagi. "Halo Sayang, biasa ya! Buat Mas. Jamu Kuat!" "Eits, Mr, Abang juga dong! Udah ga sabar nih! Jamunya satu ya!" "Marni Sayang, jadi Istri Aa aja ya Neng! Ga usah jualan jamu lagi!" Marni hanya membalas dengan senyuman setiap ratuan dan gombalan para pelanggannya yang setiap hari tak pernah absen menunggu kedatangan dirinya. "Ini, jamunya Mas, Abang, Aa, diminum cepet! Selagi hangat!" Tak lupa senyuman manis Marni yang menggoda membuat setiap pelanggannya yang mayoritas kaum berjakun dibuat meriang atas bawah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersitegang
"Bude, Marni keliling dulu ya. Oh ya, nanti sekalian Marni mau kepasar. Belanja dagangan sama mau tahu kabar terbaru gimana kelanjutannya soal penggusuran."
"Kamu hati-hati Ndok. Jangan terpancing emosi saja. Lihat situasi ya. Bude sih sudah ikhlas kalau memang ga ada penggantian apa-apa. Walau nyesek juga dihati, dulu belinya duite boleh kumpul-kumpulin dikit-dikit, tapi yowes mungkin sudah selesai rezekinya sampai sini."
"Sudah Bude. Nanti kalo dipikirin lagi malah jadi sakit hati. Tapi Marni tetep sama-sama dengan penjual lain yang mau berjuang agar paling tidak Bude dapat uang penggantian. Udah ada Marni yang urus."
"Iya Ndok. Bude ikut gimana baiknya saja. Oh ya Ndok kalau ketemu Si Iwan di pasar bilang besok Bude mulai ambil ikan basahnya. Bikin setengah kiloan saja sekantong. Ibu-Ibu sini pada nanyain kemarin pas belanja sayur. Gak usah banyak Kembung, Mujair, sama Nila saja dulu, masing-masing sekilo dibuat per dua kantong."
"Iya Bude, nanti Marni ke Pakde Iwan. Bude Titi juga pesen Jamu ke Marni sekalian mau nganter."
"Yowes. Hati-hati dijalan. Kamu bawa payung Ndok. Kayaknya agak mendung takut kehujanan pas keliling. Atau pakai Jas Hujan Bude saja. Sekarang kan Bude gak pake toh. Dagang di rumah."
"Marni sudah bawa payung lipat Bude, biar simple saja."
"Bude, maaf Marni ga tahu hari ini Bude puasa, tadi tak buatin teh sama nasi goreng, tak pikir ga puasa."
"Gapapa Ndok. Kan Bude juga gak bilang sama Kamu."
"Kalo gitu Aku pamit yo Bude. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Sudah menjadi kebiasaan Marni pamit mencium tangan Bude Sri sebelum keliling berjualan meminta doa agar dilancarkan selama jualan dan dimudahkan menjemput rezeki yang halalan toyyiban.
"Jamu, Jamu! Jamune komplit. Ada Jamu Pegel Linu, Rapet Wangi, Jamu Kuat, Jamu, Jamu." Terdengar biasa namun bagi Kaum bermanuk ya seperti bisik-bisik mesra mendayu manja.
Memang tipikal suara Marni yang merdu ada khas serak namun menambah seksi terdengar telinga kaum Adam.
"Duh, Neng Marni, udah keliling aja. Jamunya satu Neng!"
"Boleh Mas. Sek tunggu." Marni menurunkan bakul Jamu Gendongnya kemudian meracik sesuai permintaan customernya.
"Loh ditungguin ternyata mangkal disini Mar. Satu ya!"
Tak terasa pos ronda menjadi ramai silih berganti Kaum Adam meminum Jamu buatan Marni yang kini sudah banyak dikenal dilingkungan sekitar.
"Mantep banget dah Jamu buatan Neng Marni!"
"Bener toh Mas?" sambil menuangkan air Jahe Manis ke gelas pembeli.
"Banget!"
"Suwon toh Mas, Iki kembalinya."
"Ambil aje serebu doang! Besok udah ga usah jauh-jauh mangkal dulu aje di pos ronda. Biar Kite-Kite gampang kalo mau beli Jamu."
"Lah jangan Mas, nanti pembeli yang lain udah nunggu kasihan toh."
"Ah, Lu bisa aje. Nah terus Gua sama yang disini gimana ntar kalo nunggu, nunggu itu berat Mar."
"Bisa saja Mas Budi ini."
"Tahu Lu Bud, Berasa Dilan kali Lu ya pagi-pagi udah Ngegombal!"
Marni sudah biasa melihat canda dan celoteh pembelinya yang mayoritas kaum Adam.
Memang Mereka sambil minum Jamu sambil menggoda Marni. Namun bagi Marni selama tidak lancang, tangan gak gratilan, dan Kata-kata tidak seronok biarkan saja. Toh yang penting Jamunya laku.
"Mar, Lu sama Bude Lu kan korban gusuran yang di pasar lama kan? Katanya bakal ada uang penggantian loh! Coba aja Lu tanyain dah ke sesama yang dagang disono."
"Lu sok tahu Bud, tahu dari mane?"
"Lah Lupa Lu? Pan Ipar Gua jualan juga disono. Die ngomongnye begitu. Lah Gua udah ngetep mau minta kalo die dapet penggantian. Mayan buat modal."
"Untung Gua ga sodaraan sama Lu Bud. Males banget punya sodara gak boleh denger sodaranya dapet duit, udah asal minta aje."
Marni mendengarkan perdebatan keduanya yang masih berlangsung.
"Siapa juga yang mau sodaraan sama Lu Im. Males. Mokondo! Idup dari warisan Bini! Mana bini Lu udah kayak Toa Masjid! Kalo teriak sampe rumah Gua kedengeran!"
"Wes toh Mas, Mas ini masih mau minum Jamu? Kalo sudah Marni mau keliling lagi."
"Besok lagi Neng Marni yang bohay! Duh kalo duit Gua banyak kayak Juragan Basir sama Babeh Ali udah kawin tiga Gua."
Aih senangnya dalam hati
Kalau beristri dua
Oh seperti dunia
Ana yang punya
Kepada istri tua
Kanda sayang padamu
Oh kepada istri muda
I say i love you
Istri tua merajuk
Balik ke rumah istri muda
Kalau dua dua merajuk
Ana kawin tiga
Mesti pandai pembohong
Mesti pandai temberang
Oh tetapi jangan sampai
Eh pecah temberang
Marni meninggalkan kedua Tom and Jerry yang malah asik bersenandung lagu Madu Tiga yang di populerkan oleh pemilik Republik Cinta Manajemen dan Kini sudah menjadi seorang politisi di Senayan.
"Jamu, Jamu. Jamunya Mbak."
"Mbak Marni Jamu ya."
Sejak seminggu pelanggan setia Marni seorang Perempuan yang kalau pagi terlihat lesu namun masih ada sisa-sisa make up yang mulai luntur di wajahnya.
"Biasa toh Mbak?" Marni sudah hapal ramuan pamungkas yang diminta si Mbaknya.
"Yoi Mar. Pinangnya banyakin dong! Biar makin seret!" si Wanita mengedipkan sebelah mata.
Marni hanya tersenyum. Tak pernah bertanya juga pekerjaan apa yang dilakukan si Mbaknya hingga butuh Racikan Jamu Pamungkas Marni bahkan dalam porsi double.
"Nih Mbak biar getirnya hilang." Marni menuangkan air jahe manis hangat.
"Makasi Mbak Marni. Mbak Marni mau ikut Saya gak kerja. Enak loh. dapat uangnya gampang. Gak usah capek keliling begini jualan Jamu."
Marni hanya tersenyum, "Gapapa Mbak, Saya ya bisanya bikin Jamu. Begini saja sudah cukup. Lagian ada Bude Saya yang gak bisa ditinggal di rumah. Ada lagi Mbak?"
Si Perempuan memberikan dua lembar uang sepuluh ribuan kepada Marni.
"Udah gak usah di kembaliin. Buat Mbak Marni saja."
"Terima kasih Mbak. Saya keliling lagi ya. Permisi."
Melihat Marni berjalan dengan semangat sambil menggendong Jamu Si Perempuan dengan senyum samar sambil menggelengkan kepala kemudian masuk kembali ke dalam petakan tempatnya tinggal.
Marni melihat Jamunya tinggal sedikit, memilih ke pasar saja menyampaikan pesan Bude Sri soal pesanan ikan basah untuk berjualan.
"Loh, itu ada apa? Kok Juragan Basir dan Babeh Ali bawa bodyguard banyak begitu. Lah itu siapa lagi?"
Marni yang baru saja memasuki wilayah pasar dikejutkan dengan pemandangan tak biasa.
Juragan Basir terlihat masih menggunakan penyangga untuk membantunya berjalan sedangkan Babeh Ali juga memakai tongkat di tangan kanannya.
"Mar, Lu sini! Jangan ikut-ikutan!" Panggil salah satu penjual yang memang mengenal Marni.
"Itu ada apa Pak?"
"Udah sini dulu. Lagi pada ribut soal duit penggantian lahan yang digusur."