Zara Salsabila, seorang gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Justru dirinya dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
"Ven."
"Iya ma."
"Kapan-kapan ajak Zara kemari. Mama kangen pengen ngajakin masak makan malam bareng dia," ujar Alin kepada sang putra.
"Kenapa mama tidak telepon dia saja buat datang ke sini," tanya Aven.
"Kan kamu sekantor sama dia. Pulang kerja ajakin dia ke rumah kita kan bisa, ven," pinta sang mama dengan nada memohon.
"Aku nggak janji ya ma. Anaknya mau atau enggak," ucap Aven menanggapi permintaan sang mama.
"Paling nggak ajakin dulu ya," ujar Alin dan Aven membalasnya dengan senyuman tipis.
"Bagaimana menurutmu soal Zara, nak?" kali ini Aven mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan sang mama.
"Bagaimana apanya ma?" tanya balik Aven yang belum mengerti kemana arah pembicaraan sang mama.
"Ya, kamu suka nggak dengan dia?" kali ini pertanyaan sang mama tampak terkesan blak-blakan sekali.
"Astaga mama...." ujar Aven tersenyum sambil mengurutkan hidungnya. Ternyata ke sana arah pembicaraan sang mama. Astaga...
"Aku mau konsentrasi ke pekerjaan dulu ma. Belum kepikiran ke arah sana. Apalagi dekat dengan seorang gadis. Lagian aku sudah mengenal Zara sejak kecil jadi aku menganggap dia seperti adik sendiri," jawaban Aven tentu membuat mama Alin langsung menekuk wajahnya. Dia tidak menyangka jika sang putra akan menjawabnya seperti itu.
"Aku masuk dulu ya pa, ma," pamit Aven karena dia mendapatkan sebuah email dari sang asisten. Dia harus mengeceknya di ruang kerjanya sekarang juga.
"Iya nak," sahut sang papa, Pak Tomo.
Sedangkan Alin yang masih merasa kecewa dengan jawaban putranya hanya bisa manyun di depan sang suami.
"Kenapa wajahnya ditekuk seperti itu sih ma?" tanya sang suami yang sebenarnya juga tahu pokok permasalahannya dimana.
Hanya saja dia sedang mencoba berpura-pura tidak mengetahuinya saja.
"Masak jawaban Aven seperti itu pa. Padahal aku pengen kalau Zara dan Aven bisa dekat. Aku begitu menyukai Zara pa. Dan aku ingin Zara lah yang menjadi menantu kita nanti," ucap Alin mengadu kepada sang suami.
Pak Tomo menggelengkan kepalanya. Dia mendekati sang istri dan memeluk bahunya dengan erat.
"Sayang, kalau memang mereka ditakdirkan untuk berjodoh. Maka tidak akan lari kemana kok. Mereka pasti akan bersama juga. Lagian kita sudah berusaha mendekatkan mereka dengan menjadikan tempat kerja mereka di satu tempat yang sama. Bersabarlah dahulu. Cinta pasti akan datang jika selalu bersama," ujar pak Tomo membuat hati sang istri bahagia.
Alin menghela napas panjang.
"Aamiin semoga doa kita dikabulkan Allah ya pa."
"Aamiin."
......................
"Lepaskan aku!" sentak Widia dengan kasar menepis tangan Azka.
"Widia! Widia! dengarkan aku dulu!"
Lagi-lagi Azka mencoba memeluk tubuh Widia. Dia tidak ingin Widia pergi dari kehidupannya.
"Lepaskan aku ! Aku tidak mau bertemu kamu lagi! Jangan hiraukan aku lagi, hiks...hiks...hiks..." tangisan Widia tidak mampu dia bendung saat dia mengetahui ternyata sang kekasih tidak mampu berpisah dengan Zara.
Itu sungguh menyakiti hati widia. Bagaimana bisa Zara masih menjadi wanita dengan posisi teratas di hati Azka. Padahal segala daya upaya selama ini sudah Widia berikan kepada Azka. Tetapi lelaki itu masih meragu untuk melepaskan Zara.
"Sayang, tolong dengarkan aku dulu, please," pinta Azka sambil duduk bersimpuh di hadapan Widia.
"Untuk apa lagi aku bersamamu. Nyatanya kamu memang tidak mampu melepaskan Zara. Kamu lebih peduli dan sayang dengannya. Padahal kamu selalu memuja tubuhku. Aku sudah tidak sanggup di jadikan bayangan dia selama ini. Aku sudah memberikan semua milikku yang berharga hanya untukmu Azka. Apakah kamu tidak menyadari hal itu?" sambil terisak Widia mencurahkan segala isi hatinya kepada lelaki yang sedang tertunduk di hadapannya tersebut.
"Aku butuh waktu sayang."
"Sampai kapan? kamu selalu bilang butuh waktu. Apa belum cukup selama ini aku memberimu waktu. Aku ingin menjadi kekasih mu secara resmi. Bukan selingkuhan seperti ini terus, sayang, hiks...hiks...hiks..." tangisan Widia semakin kencang terdengar. Dan Azka tidak bisa membiarkan hal itu begitu saja.
"Sayang, aku akan menyelesaikan hubunganku dengan Zara dalam waktu dua bulan, aku janji," ucap Azka sambil mengangkat dua jarinya agar Widia mempercayai janji yang barusan dibuatnya.
"Dua Minggu, aku tidak mau menunggu terlalu lama lagi," sahut Widia dengan antusias.
Azka menghembuskan napasnya panjang. Dia tidak mau kehilangan keduanya tetapi kalau disuruh membuat pilihan. Akan sulit baginya kehilangan candu yang sudah membuatnya bahagia seperti widia.
"Baiklah, aku usahakan."
Jawaban Azka membuat Widia bahagia setelah adegan drama menangis sepanjang masuk ke apartemen mewah milik Azka.
Cup
Cup
Sebuah kecupan singkat di pipi dan bibir Azka membuat lelaki itu mendongakkan kepalanya menatap sang wanita pembawa surgawi kepadanya.
"Aku mencintaimu sayang," ucap Widia sambil mengalungkan kedua tangannya di leher Azka.
Melihat gelagat sang wanita yang sudah berbeda dari awalnya. Membuat Azka berani memeluk pinggang ramping Widia.
"Aku juga mencintaimu sayang, malam ini jadi kan?" tanya Azka dan perkataannya itu membuat Widia mendengus kecil.
"Kalau urusan enak aja nggak pernah mau ketinggalan. Kamu emangnya sudah siap dengan yang ingin aku berikan nanti?" tanya Widia dengan nada manjanya seperti biasa saya hanya berdua saja dengan Azka.
"Aku tertarik untuk mencobanya bersamamu. Kamu pasti seksi dengan baju itu," bisikan lembut Azka di telinga Widia membuat wanita itu sudah mulai membayangkan sesuatu yang indah saat nanti Azka berada di atasnya.
"Kamu putuskan Zara segera. Baru aku akan melakukan permintaanmu itu sayang. Sekarang aku hanya ingin melakukan apa yang kumau. Bukan kamu yang memimpin seperti biasanya," balas Widia dan Azka hanya mampu meneguk salivanya.
Bagaimana bisa Azka kuat berlama-lama berdua saja dengan Widia. Kalau wanita itu selalu mampu memancing dirinya.
Grep!
Srek!
Dengan sekali tarikan maka terpampang sudah.
Keduanya saling berpelukan dan akan melakukan kegiatan yang menyenangkan bagi keduanya.
❤️❤️❤️
TBC