Karya ini hanya fiksi bukan nyata. Tidak terkait dengan siapa dan apapun.
Elyra Celeste Vesellier, putri bungsu dari Kerajaan Eryndor. Lahir di tengah keretakan hubungan orang tuanya, ia selalu merasa seperti bayangan yang terabaikan.
Suatu hari, pernikahan nya dengan Pangeran dari kerajaan jauh yang miskin ditentukan. Pukulan terbesarnya saat dia mengetahui siapa gadis yang ada dihati suaminya. Namun, Elyra pantang menyerah. Dia akan membuktikan jika dialah yang pantas menjadi Ratu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Solace, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Lyra memandang sepanjang jalan menuju istana. Kerajaan Eldrath memang cukup terkenal di luaran sana. Karena mereka unggul dalam militer dan budaya. Namun, jika dibandingkan dengan Eryndor yang kaya, Eldrath tidak ada apa-apanya.
Rumah-rumah penduduk dibangun sederhana. Ada yang masih berdinding tanah liat. Ada juga beberapa penduduk yang menggunakan pakaian compang camping.
Tak berselang lama, mereka tiba di depan gerbang Istana Eldrath, Lyra disambut dengan kemegahan dan kekakuan istana yang terasa asing baginya. Istana Eldrath jauh lebih dingin dan kecil dibandingkan Eryndor.
Dengan arsitektur batu yang besar dan menara-menara tinggi yang menjulang ke langit. Lyra merasa kecil dan terasing di tengah keagungan itu.
Saat Lyra melangkah masuk ke aula besar istana, ia disambut oleh tatapan dingin dan penuh penilaian dari para bangsawan Eldrath. Mereka berdiri berjajar di sepanjang aula, namun tidak ada senyuman hangat atau ucapan selamat datang yang tulus.
Lyra terlihat kecil dan kaku disamping Cedric. Lyra cukup tinggi, namun ketika dia menggandeng lengan Cedric, gadis itu terlihat mungil.
Para bangsawan terpaksa membungkuk dan menyapa Lyra, karena bagaimana pun keududukan Lyra lebih tinggi dari mereka.
"Salam Yang Mulia Pangeran dan Yang Mulia Putri", ucap para bangsawan bersamaan.
Lyra mengangguk pelan dan tersenyum tipis, "terima kasih".
Setelah penyambutan singkat, Lyra dibawa ke kamar pribadinya yang telah disiapkan untuknya. Kamar itu besar dan mewah, namun terlihat gelap dan suram.
Natasha segera mulai menata barang-barang Lyra, berusaha membuat kamar itu terasa lebih seperti rumah.
"Selamat datang di rumah barumu, Putri Elyra", ucap Cedric dengan wajah datar.
Dia melanjutkan, "jika ada yang dibutuhkan anda bisa memanggil para pelayan".
Sebelum Cedric melangkah keluar, Lyra mengentikan nya.
"Tunggu", Lyra menggenggam tangan nya erat, "saya tidak membutuhkan apapun. Tapi bisakah anda memanggil saya Lyra?".
Cedric tidak bertanya, namun terlihat sedikit kerutan di keningnya.
"Bagaimana dengan Ara?", setelah mengatakan nya dengan ekspresi datar, Cedric benar-benar meninggalkan Lyra.
Lyra tersenyum tipis. Seperti ada ratusan kupu-kupu yang terbang di perutnya.
'Ara terdengar cukup bagus', batin Lyra.
...****************...
Malam itu, Lyra menghadiri jamuan makan malam resmi bersama keluarga kerajaan dan para bangsawan. Suasana di meja makan tetap dingin dan formal.
Para bangsawan berbicara satu sama lain dengan sopan, namun tidak ada yang benar-benar memperhatikan Lyra.
Lyra duduk di ujung meja, mencoba untuk tidak merasa terasing. Cedric, yang duduk di sebelahnya, mencoba mengajaknya berbicara, namun percakapan mereka terasa kaku dan terbatas.
"Bagaimana perjalananmu, Putri?" tanya Raja dengan nada sopan.
"Baik-baik saja, Yang Mulia", jawab Lyra singkat.
"Istana ini sangat indah", puji Lyra tulus.
"Aku tenang mendengarnya. Aku harap kamu bisa lebih betah disini. Jika ada yang diperlukan, jangan sungkan untuk memberitahuku", Ratu tersenyum lembut, senyuman nya terlihat tulus.
"Terimakasih Yang Mulia Ratu", Lyra membalas senyum Ratu.
Di sisi lain meja, para bangsawan mulai berbisik-bisik, membicarakan Lyra dengan nada yang tidak menyenangkan.
"Dia terlihat begitu pendiam", bisik seorang wanita bangsawan, "bagaimana dia bisa menjadi istri yang baik untuk pangeran kita?"
"Dia berasal dari keluarga kerajaan, tetapi tidak ada yang istimewa darinya", tambah yang lain.
"Apa kalian tidak tahu, dia hanyalah seorang putri buangan. Raja dan Ratu Eryndor tidak peduli padanya", bisik seorang gadis bergaun kuning, suaranya sedikit keras hingga beberapa orang dapat mendengarnya.
Lyra mendengar bisikan-bisikan itu, namun ia berusaha tetap tenang. Ia tahu bahwa ini adalah bagian dari ujian yang harus ia hadapi. Meskipun hatinya terasa berat, ia bertekad untuk membuktikan bahwa dirinya pantas berada di sini.
Melihat majikan nya bergerak gusar dan tidak tenang, Natasha segera menghampiri Lyra.
"Yang Mulia, anda telah melalui hari yang sulit", bisik Lyra.
"Jangan terlalu dipikirkan, saya yakin anda pasti bisa menjadi Ratu yang baik dimasa depan", suara lembut Natasha selalu mampu membuat hati Lyra tenang.
"Aku senang kamu ada disini bersama ku, Natasha. Aku tidak tahu lagi jika saat itu kamu menolak untuk ikut kemari", Lyra mengusap lembut punggung tangan Natasha.
"Pangeran Ethan memasuki ruangan".
"Pangeran Evander memasuki ruangan".
Para prajurit berteriak dari luar ruangan. Bersamaan dengan dua orang pria tampan dan gagah memasuki ruangan. Mereka berdua adalah adik kandung Cedric.
Kedua pria itu membungkuk dan menyapa Raja, Ratu, Cedric, dan Lyra.
"Hormat kepada Yang Mulia Raja, Ratu, Pangeran pertama, dan Putri", ucap keduanya.
Ratu menyambutnya dengan senyuman. Dia menggandeng kedua putranya, untuk diperkenalkan pada Lyra.
"Elyra, ini adalah anak kedua ku. Pangeran Evander", ucap Ratu.
Lyra dan Evander saling membungkuk. Tidak ada senyum di keduanya.
"Dan yang ini adalah putra bungsu ku. Pangeran Ethan".
Lyra dan Ethan saling menatap sekilas. Berbeda dengan Evander yang dingin, Ethan terlihat lebih ceria dan hangat.
Evander memiliki fisik dan wajah yang hampir sama dengan Cedric. Berbadan tinggi dan tegap, berkulit putih, dan berambut hitam. Hanya saja Evander memiliki mata bewarna hijau, sama seperti milik Ratu.
Sementara Ethan, dia seperti ayahnya saat muda. Ethan paling tinggi dan paling putih diantara ketiga pangeran. Dia juga memiliki mata biru, hampir sama seperti milik Lyra. Hanya saja warna biru Ethan lebih cerah.
"Senang dapat berkenalan dengan anda", Ethan menyunggingkan senyum manisnya.
Lyra hanya mengangguk sebagai jawaban.
Bisik-bisik dari para bangsawan mulai terdengar. Diujung sana, tepatnya di ambang pintu. Seorang gadis bergaun putih berdiri disana. Wajahnya sangat cantik, dengan rambut coklat gelapnya yang terurai indah.
Gadis itu berjalan dengan anggun. Senyuman tidak luntur dari wajahnya sejak dia memasuki ruangan. Gadis itu berdiri di hadapan Lyra dan yang lain.
Cedric segera menghampiri gadis itu. Dia menggandeng tangan nya, dan tersenyum. Ini pertama kalinya Lyra melihat senyum lebar Cedric. Sebuah senyuman yang membuat Cedric terlihat sangat tampan, namun senyuman itu juga membuat Lyra terasa sesak.
...****************...
pabtes az d buang m kluarganya
hadeeehhh ,, gk ada perlawanan