Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekesalan Mami
Satu minggu berlalu.
Nazwa menjalankan hari-harinya dengan penuh kedamaian. Meski ia harus bekerja seharian menjaga si kembar, namun ada kalanya dia juga beristirahat saat si kembar tidur siang. Lagi pula si kembar bukan tipe anak yang rewel dan nakal. Hal tersebut memudahkan Nazwa menjalankan tugasnya. Bahkan sepertinya ia sudah merasa hidupnya lebih baik daripada sebelumnya. Ia juga semakin mengenal orang-orang di dalam rumah itu.
Satu minggu dirawat oleh Nazwa, si kembar semakin merasakan ketulusannya. Bahkan mereka kerab membicarakan Nazwa di telpon kepada Papanya. Hanya saja Papanya menanggapi dengan biasa saja. Papa berpikir pengasuh mereka adalah orang berpengalaman dan mungkin usianya jauh lebih dewasa darinya. Papa hanya mendengarkan celotehan si kembar tapi tidak pernah serius menanggapinya.
Dua hari lagi di sekolah si kembar akan mengadakan latihan manasik haji untuk anak usia dini sesuai dengan tema pembelajaran mereka. Mereka akan pergi ke pondok kelapa gede untuk melakukan latihan manasik. Tentu saja semua diwajibkan untuk ikut. Dan pengumumannya sudah diberitahukan di grup chat wali murid. Dalam hal ini Oma yang sudah mengetahui langsung menghubungi putranya agar bisa menemani kegiatan mereka.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam. Mi."
"Bang, lusa Anggi dan Anggun ada acara manasik. Apa kamu bisa menemani mereka?"
"Bukankah mereka sudah ada Nany nya, Mi?"
"Tapi mereka itu dua orang, Bang. Kamu juga belum pernah ikut dalam kegiatan mereka. Lusa kan libur. Coba sekali-kali orang tuanya yang ikut. Nanti Mami yang barengi kamu."
"Maaf Mi, sekali lagi Ray minta tolong Mami saja yang ikut ya sama Nany nya. Em.. besok Ray harus ke Palembang ada proyek yang mangkrak di sana. Nanti untuk biaya anak-anak Ray transfer."
"Ck... Mami nggak butuh uangmu, Mami masih mampu membiayai mereka. Ya sudah berangkat saja ke Palembang. Nanti jika anak-anak sudah TK, biarkan mereka tetap sama Mami. Assalamu'alaikum. "
"Wa'alaikum salam."
Mami kesal sekali kepada putra sulungnya. Sebenarnya Mami tidak ingin berkata kasar. Namun ia hanya ingin memberikan pelajaran kepada putranya agar ia menyadari kesalahannya.
Sedangkan Rayhan yang baru saja menutup telponnya langsung memijat keningnya.
"Maaf Mi. Ray juga melakukan ini demi masa depan mereka." Lirihnya.
Mami menyampaikan kekesalannya kepada Papi. Papu hanya bisa memberi Mami nasihat dan menyuruhnya bersabar.
"Tidak selamanya Rayhan akan begitu, Mi. Akan ada masanya nanti. Do'a kan saja."
"Dia itu keras kepala sama seperti kamu pi."
"Kalau sudah ada pawangnya lagi nanti juga udah gak keras tuh kepala, jadi lunak."
"Papi ih, orang kesalahan juga masih aja nggak serius. "
"Kamu jangan terlalu ambil pusing masalah anak-anak Mi. Biarkan jalan seperti air yang mengalir. Mereka sudah dewasa. Jaga kewarasan, biar dijauhi penyakit."
"Astagfirullah... " Mami mengusap dadanya.
Benar apa yang dikatakan Papi. Jangan terlalu diambil pusing, nanti jadinya stres. Cukup do'a kan yang baik-baik saja.
Keesokan harinya.
Mereka si kembar libur sekolah. Hari ini mereka sedang bermain bersama kedua sepupunya yang masih berusia dua tahun, Azmi dan Isma. Dulu saat Mama Anggi dan Anggun baru meninggal, mereka dirawat oleh orang tua Azmi dan Isma yaitu Ayah Rifki dan Bunda Aira. Begitu si kembar menyebut mereka. Azmi dan Isma adalah kembar sepasang yang merupakan keponakan dari Papa Anggi dan Anggun. Cucu Mami dari putra yang ke 6.
Nazwa takjub melihat keluarga majikannya yang ternyata rata-rata kembar. Namun Nazwa belum pernah bertemu dengan anak-anak Mami yang lain.
Bunda Aira juga menemani kedua anaknya bermain.
"Mbak Nazwa, bagaimana betah kerja di sini?" Tanya Bunda Aira.
"Alhamdulillah betah non."
"Alhamdulillah kalau begitu."
"Maaf Non, sepertinya wajah Non pucat. Apa sakit?"
"Huh... sakit karena ulah suamiku Mbak."
"Maksudnya gimana ya, non?"
"Hehe.. aku lagi hamil Mbak."
"Owalah... berapa bulan non?"
"Masih dia bulan, Mbak."
"MasyaAllah, selamat ya Non."
"Terima kasih, Mbak."
Nazwa jadi teringat lagi kepada dirinya. Melihat orang-orang yang dengan mudah hamil di saat anaknya masih kecil. Bahkan mereka yang tidak mengharapkan anak justru hamil. Sedangkan dirinya yang mengharapkan kehadiran seorang anak sepertinya sangat sulit. Namun Nazwa tidak mau berlarut dengan kesedihannya. Ia yakin Allah pasti sedang mengujinya. Suatu saat nanti mungkin Allah punya rencana yang lebih baik untuknya.
Anak-anak sudah capek bermain. Mereka ingin tiduran sambil nonton TV. Nazwa pun menemani si kembar nonton film kartun di kamar mereka. Mereka memang jarang sekali nonton TV. Oma membatasi mereka untuk main handphone dan nonton TV.
Malam harinya.
Nazwa mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh si kembar untuk dibawa besok. Karena selain melakukan latihan manasik, mereka akan pergi berenang.
"Nazwa, barang-barang mereka sudah siap?"
"Sudah bu. Besok berangkatnya langsung pakai baju muslim, jadi ini saya taruh di luar."
"Alhamdulillah, Terima kasih ya."
"Sama-sama Bu."
Beruntungnya Nazwa bertemu dengan majikan yang sangat baik. Nyonya Salsa dan anak-anaknya selalu mengucapkan minta tolong dan teriak kasih kepada asistennya. Karena meskipun itu adalah pekerjaan mereka, namun tetap saja kalimat tersebut sangat menyanjung bagi mereka.
"Anggi, Anggun ayo cuci muka dulu. Jangan lupa gosok gigi lalu tidur. Ingat besok pagi kita akan berangkat."
"Oke Nany."
"Allah sungguh baik. Aku belum ditakdirkan untuk memiliki anak sendiri, tapi Allah memberiku rejeki melalui anak-anak ini. Mereka manja sekali." Batinnya.
Selanjutnya Nazwa kembali ke kamarnya. Ia membuka lemari untuk melihat gamis putihnya. Nazwa lupa ternyata gamis putihnya sudah ia berikan kepada orang yang membutuhkan saat di rumah mantan suaminya.
"Duh gimana nih? Padahal besok harus pakai gamis putih.Kok bisa lupa ya, seharusnya aku ceknya dari kemarin. Biar bisa mengusahakan. Kalau begini kan jadi repot." Monolognya.
Tok tok tok
"Nazwa, sudah tidur?"
" Suara Bu Salsa."Lirih Nazwa.
Nazwa memakai jilbabnya lagi lalu membuka pintu.
"Maaf mengganggu."
"Tidak kok bu."
"Saya lupa tadi mau ngasih ini."
Ternyata Nyonya Salsa memberikan gamis beserta hijab syar'i putih untuk Nazwa.
"Ini... "
"Bukannya besok harus pakai gamis putih ya. Tapi Maaf ini bekas saya. Tapi masih bagus kok. Kamu ambil saja."
"MasyaAllah, tidak masalah kok bu. Kebetulan saya memang tidak punya."
"Alhamdulillah semoga bermanfaat ya."
"Terima kasih bu."
"Sama-sama, kalau begitu silahkan istirahat."
"Baik bu."
Nazwa merasa lega karena masalahnya seketika langsung teratasi. Itu yang dinamakan tepat pada waktunya.
Nazwa membuka baju tersebut. Baju yang masih sangat bagus dan warna pun masih putih kinclong. Baunya harum sekali. Mungkin bisa dikatakan gamis tersebut hanya dipakai satu atau dua kali, pikir Nazwa.
Tentu saja apa yang dipikirkan Nazwa betul. Gamis tersebut hanya dipakai saat opening saja oleh Nyonya Salsa. Karena baju tersebut adalah produk dari brand miliknya sendiri.
Bersambung....
...****************...
terimakasih bunda