Berawal dari pertemuan tidak sengaja dengan seorang gadis yang disangka adalah seorang wanita malam malah membuat Letnan Rico semakin terjebak masalah karena ternyata gadis tersebut adalah anak gadis seorang Panglima hingga membuat Panglima marah karena pengaduan fiktif sang putri.
Panglima memutasi Letnan Rico ke sebuah pelosok negeri sebagai hukumannya setelah menikahkan sang putri dengan Letnan Rico namun tidak ada yang mengira putri Panglima masih menjalin hubungan dengan kekasihnya yang notebene adalah sahabat Letnan Rico.
Mampukah Letnan Rico mendidik sang istri yang masih sangat labil. Bagaimana nasih sahabat Letnan Rico selanjutnya??? Apakah hatinya sanggup merelakan sang kekasih?? Siapakah dia??
Konflik, Skip jika tidak sanggup..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Tidak tahan cemburu.
Sepanjang jalan Bang Rico terus mengawasi wajah sahabatnya yang mendadak murung. Memang sejak bertemu Nindy tadi sikap Bang Prasa sedikit berubah.
"Ada apa kau dengan Nindy?" Tanya Bang Rico tanpa basa basi.
"Nggak ada apa-apa." Jawab Letnan Danial Prasa.
"Kau jangan bohong. Kita kenal nggak hanya satu atau dua hari. Kau kenal Nindy dimana?" Selidik Bang Rico.
Bang Prasa masih belum menjawabnya, ia masih menatap sisi jalan tapi dari sudut pandang Bang Rico, jelas Bang Prasa menahan rasa sakitnya sendiri.
Bang Rico menepuk bahu sahabatnya. Dirinya yang sudah merasakan hancurnya sebuah pernikahan tentu tidak ingin sahabatnya masuk dalam pusaran hitam seperti dirinya.
"Kalau ada masalah cepat cerita dan di selesaikan..!! Kau tau sendiri bagaimana watak Danar. Kau kenal Nindy??"
"Yang kutahu namanya Azalea. Aku bertemu dengannya saat dinas di perbatasan. Lea tinggal bersama ibu dan ayah tirinya. Dia menghidupi keluarga karena ayahnya yang malas. Setiap sore aku melihatnya bernyanyi di cafe, di antar oleh ayahnya. Aku sempat berkelahi dengan ayahnya karena meminta Lea 'belajar' menjadi wanita malam. Setelah itu, aku selalu bersama Lea."
"Lalu bagaimana kalian bisa tidak bersama lagi?" Tanya Bang Rico.
"Kau ingat aku kecelakaan motor??? Ponselku remuk, pengaturan nomer ponsel Lea tidak tersimpan khusus. Aku kehilangan semua info tentang dia apalagi di saat itu lokasi ini hilang timbul signal."
"Aaahh.. ada-ada saja, entah Ambon tanya atau tidak sebaiknya kau jujur saja. Apa kau paham.. julukan Black Mamba yang tersemat padanya bisa membuatmu 'selesai' kalau dia sedang marah."
"Lalu bagaimana dengan King Cobra?? Julukan mu juga tak kalah mengerikan, Ting."
Bang Rico hanya tersenyum saja mendengarnya.
//
"Nggak kenal atau nggak mau ngaku??"
"Nggak kenal." Jawab Nindy. Suaranya tenang meskipun terdengar sedikit bergetar.
Bang Danar tidak membahasnya lagi tapi tidak dengan hatinya yang semakin penasaran karena Nindy. Dalam hatinya sudah meronta geram tapi tidak sanggup menaikan nada suara di hadapan istrinya.
...
Setibanya di rumah, Bang Danar mendapatkan telepon dari seniornya dan segera terfokus dengan panggilan telepon tersebut.
bruugghh..
Bang Danar menoleh dan melihat Nindy sudah terbaring lemas di sisi tempat tidur.
"Allahu Akbar..!!" Bang Danar meletakan ponselnya begitu saja dan segera memindahkan Nindy ke atas tempat tidur.
~
Tubuh Nindy demam tinggi dan hal itu membuat Bang Danar begitu khawatir. Nafas Nindy terdengar sesak hingga dirinya terpaksa memanggil Bang Gugus ke kamar hotelnya.
Dengan cermat Bang Gugus memeriksa kondisi Nindy.
"Bagaimana??" Tanya Bang Danar.
"Terus terang aku tidak paham apa yang terjadi sebelum ini tapi sepertinya istrimu syok berat. Dari gerak tubuhnya istrimu ketakutan, cemas, marah.. ada yang di pendam dalam hatinya." Jawab Bang Gugus.
Bang Danar yang sudah bisa menebak akar permasalahannya langsung menyambar kunci mobilnya.
ggrrpp..
Bang Gugus menghadang langkah sahabatnya. Berarti tebakannya tidaklah meleset.
"Nindy jangan di tinggal..!! Hamil muda sedang sensitif meskipun mungkin permasalahannya tidak serumit itu, malah amarahmu yang sangat bahaya..!! Tolong tahan diri..!!" Kata Bang Gugus.
"Aku rasa, Nindy pacaran sama Prasa."
"Jangan ngawur, Ting..!! Jangan kamu samakan masalah Rico dengan kejadian yang belum kamu pahami kebenarannya. Sejak dulu kamu memang tidak tahan cemburu. Jangan sampai kamu baku hantam lagi gara-gara perempuan."
"Kebanyakan 'jangan', lu..!! Ini yang aku bela istriku sendiri, bukan sembarang wanita di luar sana..!!" Bang Danar menepis tangan Bang Gugus yang mencoba menghadangnya.
"Nindy sedang tidak baik-baik saja. Kau pasti paham, ibu hamil butuh ketenangan..!!"
Bang Danar menghentikan langkahnya. Dalam dadanya terasa penuh sesak. Tapi apapun yang di rasakannya saat ini tetap Nindy yang menjadi pusat pikirannya.
Perlahan ada pergerakan dari tubuh Nindy, suara lirih mengisi kesunyian. Bang Danar mendekat dan mendengarkan suara lamat dari bibir istrinya.
"Abang bohong..!! Katanya akan cepat kembali..!!"
Kening Bang Danar berkerut, nafasnya sudah bagai kerbau yang siap menyeruduk apapun yang ada di hadapannya.
"Bangun, dek..!! Kamu ada main dia????" Bentak Bang Danar, entah kenapa rasanya sulit sekali menahan emosi dalam diri. Bang Danar pun sampai mengguncang tubuh Nindy yang masih lemas. "Di apakan saja kamu sama Prasaaa???"
"Astaga, Mbon..!!! Tunggu Nindy sadar dulu..!!" Tegur Bang Gugus.
Bang Danar langsung menghantam sandaran ranjang dengan kuat.
"B******k, ada apa dengan mereka berdua. Hatiku kesal sekali, Gus..!!"
"Istighfar, Ting. Ya Tuhan, cemburuan mu ini parah banget." Suara Bang Gugus sampai meninggi sekali lagi menegur sahabatnya.
"Gimana aku nggak cemburu, istriku ada hubungan sama Prasa."
Bang Gugus menarik lengan sahabatnya dan mengarahkan wajah itu agar menatapnya. "Kamu ini suaminya Nindy, kan?? Kamu harusnya lebih paham bagaimana karakter istrimu. Kamu yang paham bagaimana istrimu. Nindy ini bukan Celia ataupun Keinan..!!!!!!!"
Seketika Bang Danar terduduk lemas di lantai. Pikirannya terasa buntu. Dadanya semakin sesak.
"Wes to, lain waktu kita bicara sama Prasa. Jangan emosi begini..!! Kasihan Nindy juga..!!"
...
Nindy sudah benar-benar membuka matanya, ia melihat Bang Danar berdiri di balkon sembari merokok.
Perlahan-lahan Nindy bangkit dan menyusul Bang Danar. Ia mendekat dan memeluknya dari belakang.
"Jangan disini, Abang merokok..!!!" Kata Bang Danar dengan nada datar.
"Abang kenapa disini?"
"Cari angin." Jawab Bang Danar singkat.
"Nindy ada salah ya sama Abang?" Tanya Nindy lagi.
"Nggak..!! Sudah sana, jangan dekat Abang..!!" Kata Bang Danar sebab dirinya tidak ingin Nindy menghirup banyak asap rokok tapi agaknya Nindy mulai salah pengertian.
Nindy masuk ke dalam kamar sedangkan Bang Danar masih bergelut dengan pikirannya yang tidak bisa tenang.
.
.
.
.
hayo kak remake tokoh²nya