Surat keterangan infertil dari rumah sakit, membuat hidup Anyelir seketika hancur. Tidak ada kebanggaan lagi pada dirinya karena kekurangan tersebut. Namun sebuah kesalahan semalam bersama atasannya, membuat dia hamil. Mungkinkah seorang wanita yang sudah dinyatakan mandul, bisa punya anak? Atau ada sebuah kesalahan dari surat keterangan rumah sakit tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATM BAB 6
Robby menurunkan Anye di depan gedung PT. Ocean Raya. Gedung yang menjulang tinggi itu terlihat paling megah diantara bangunan lainnya yang ada di sekitar. "Kayaknya nanti gak bisa jemput," ia menatap Anye yang sedang merapikan penampilan.
"Gak papa, Mas, aku bisa naik taksi atau ojol nanti." Anye melepas seatbelt lalu mencium tangan Robby.
"Goodluck," ucap Robby setelah mengecup kening Anye.
"Makasih."
Jantung Anyelir berdebar saat kakinya menginjak halaman PT. Samudera Raya. Ini memang bukan pertama kalinya dia menghadapi interview, tapi rasa gugup itu tetap ada. Setelah mengatakan pada receptionist tujuan kedatangannya, ia langsung diarahkan menuju menuju sebuah ruangan. Ternyata tak hanya dia, ada 3 orang lagi di tempat tersebut. Mereka berempat menunggu giliran untuk interview.
"Selamat, anda diterima," staf yang melakukan interview mengulurkan tangan sambil tersenyum pada Anyelir.
"MasyaAllah.Terimakasih, Pak," Anye menjabat tangan pria tersebut dengan perasaan lega sekaligus senang. Semoga saja dengan kembali bekerja, hari-harinya akan lebih menyenangkan.
"Mulai besok, anda bisa mulai bekerja."
...----------------...
Ternyata, bekerja membawa banyak sekali perubahan dalam hidup Anye, ia menjadi lebih bahagia sekarang. Sebuah pelarian masalah yang bagus, sangat positif. Hari-harinya disibukkan dengan pekerjaan, bahkan tak jarang sampai lembur, namun hal itu tak membuat dia merasa mengeluh sedikit pun, melainkan sebaliknya, malah menikmati. Berangkat pagi, pulang malam, solusi akurat agar tak bertemu dengan mertua dan ipar, tapi satu hal yang membuat dia sedih. Ia merindukan Arka.
"Mas, habis aku gajian nanti, kita aja Arka jalan-jalan yuk," ujar Anye saat sarapan bersama Robby. Sudah hampir sebulan dia bekerja, dan lusa akan mendapatkan gaji pertama meski tak full satu bulan.
"Boleh, kamu atur aja jadwalnya," Robby melanjutkan menikmati sarapannya. Sekarang dia hanya bisa menikmati masakan Anye setiap pagi saja, karena istrinya tersebut hampir setiap hari lembur.
"Oh iya, Mas, boleh gak, kalau aku ngambil uang tabungan kita, buat beli motor. Biar kamu gak perlu nganter aku setiap pagi, juga pulangnya gak perlu naik ojol, lebih hemat." Robby memang sangat terbuka soal keuangan. Meski dia memberi jatah tiap bulan pada Anye, tapi berapa nominal yang ada di dalam rekeningnya, selalu dia tunjukkan pada Anye.
"Kenapa gak ambil mobil aja? Nanti kamu bisa bayar cicilan dengan gaji kamu."
"Masalahnya, halaman depan hanya muat untuk satu mobil. Terus kalau aku beli mobil, mau ditaruh mana mobilku nanti."
"Dititipin aja di halaman rumah ibu."
Anye langsung menggeleng cepat. Dia menghindari sekali wanita itu, malas sekali kalau tiap pagi atau sepulang kerja, harus ke rumahnya untuk menitipkan mobil. "Aku beli motor aja, cash, daripada sibuk mikir cicilan mobil."
"Terserah kamu kalau begitu."
Selesai sarapan, Anye langsung membereskan dapur dan mencuci piring. Dia tak pernah meninggalkan dapur dalam keadaan kotor saat berangkat kerja. Saat dia masih sibuk, Raisa tiba-tiba nyelonong masuk lewat pintu belakang, tanpa mengucap salam atau apapun. Gadis itu langsung menghampiri Robby yang masih duduk di meja makan, mengecek beberapa email di laptopnya.
"Mas, sabtu besok ikut aku ya," Raisa bicara agak pelan, namun masih bisa terdengar oleh Anye yang sedang mencuci piring, membelakangi keduanya.
"Kemana?"
"Ke puncak, ada acara keluarganya Kak Aiman."
Anye menajamkan pendengaran dan melirik ke belakang mendengar kata puncak dan Aiman.
"Sera pengen kenal lebih dekat sama kamu," bisik Raisa.
Melihat Raisa mulai bisik-bisik, Anye jadi makin curiga.
"Apaan sih, gak mau lah," tolak Robby.
"Ayolah Mas, please... " desak Raisa. "Kak Aiman udah berangkat duluan sama keluarganya, gak ada yang nganter aku kesana kalau bukan kamu."
"Baiklah, tapi aku ajak Anye ya."
Mata Raisa langsung melotot. "Apaan sih, Sera itu pengen kenalan, masa kamu ajak si Anye," ia selalu berbisik setiap kali menyebut nama Sera.
"Tapi a_"
"Gak usah tapi-tapian. Ibu bakalan marah kalau kamu gak nganter aku ke puncak." Raisa beranjak dari duduknya, pergi begitu saja.
Robby menghela naras panjang menatap kepergian adiknya. Raisa memang tipe pemaksa.
Anye sengaja tak bertanya meski dia penasaran apa yang dibicarakan mereka dengan bisik-bisik. Ia ingin Robby menceritakan sendiri tanpa ditanya, namun harapan Robby cerita musnah saat sepanjang perjalanan menuju kantor, suaminya tersebut tak membicarakan obrolan bisik-bisiknya dengan Raisa.
Anye sedikit melamun saat berjalan menuju lift. Saat semua orang tidak melangkah masuk karena ada sang bos di dalam, dia malah dengan santainya memasuki lift.
Hem
Suara deheman asisten pribadi CEO menyadarkan Anye dari lamunan. Saat mengangkat wajah, dia baru menyadari jika hanya ada 3 orang di dalam lift. Tapi bukan itu kejutan utamanya, melainkan siapa yang saat ini berdiri tepat di depannya, menghadap ke arahnya.
"Gara," gumam Anye pelan. Dia tak menyangka jika akan bertemu dengan mantan disini.
"Anyelir," sama dengan Anye, Sagara, sang mantan juga kaget bisa bertemu di kantor ini.
karena perlakuan keluargamu.
ternyata si Robby yg mandul
pantesan kekeuh nggak mau cerai..
ia masih bersama Robby..
apa udah cerai ya???
kalo masih bersama Robby....
maukah Robby terima annak itu..
akakah perstlingkuham itu dimaafkan Robby?
❤❤❤❤❤