Daniel Van Houten, mafia berdarah dingin itu tak pernah menyangka dirinya di vonis impoten oleh dokter. Meski demkian Daniel tidak berputus asa, setiap hari ia selalu menyuruh orang mencari gadis per@wan agar bisa memancing perkututnya yang telah mati. Hingga pada suatu malam, usahanya membuahkan hasil. Seorang gadis manis berlesung pipi berhasil membangunkan p3rkurutnya. Namun karna sikap tempramental dan arogannya membuat si gadis katakutan dan memutuskan melarikan diri. Setelah 4 tahun berlalu, Daniel kembali bertemu gadis itu. Tapi siapa sangka, gadis itu telah memiliki tiga anak yang lucu-lucu dan pemberani seperti dirinya.
____
"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" Azkia
"Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." Azam
"Talau olang dahatnya atang agi. Tami atan ucil meleka." Azura.
_____
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Sebelum menyuruh pelayan membawa Ayang ke kantornya. Daniel telah lebih dulu bercumbu dengan wanita penghibur di ruang kerjanya. Namun, lagi-lagi senjatanya tidak bisa bereaksi, meski wanita tersebut sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membangunkan naganya yang tertidur. Padahal tadi malam saat tidur di samping Ayang, senjatanya membesar dengan sendirinya. Tapi entah kenapa, malam itu ia tak ingin mengusik tidur Ayang yang menjadikan telapak tangannya sebagai bantal.
Tok! Tok! Tok!
Daniel menoleh kearah pintu ruangannya yang di ketuk dari luar. "Masuk," sahutnya dari dalam.
Seketika senyumnya mengembang melihat Ayang beserta tiga orang pelayan masuk ke ruangannya.
"Kalian keluarlah!" perintah Daniel seraya mengibaskan satu tangannya menyuruh pelayan pergi.
Setelah pelayan keluar, Daniel menghampiri Ayang yang sudah berbalik badan hendak meraih gagang pintu.
Daniel mempercepat langkah, menahan tangan Ayang yang sudah berada di gagang pintu.
"Kau mau pergi kemana?"
"Tuan, tolong! Saya mohon biarkan saya pergi!" lirih Ayang memohon, wajahnya tampak begitu ketakutan.
Kali ini Daniel tidaklah memperdulikan Ayang yang sudah ketakutan. Dengan gerakan kilat ia membopong tubuh Ayang, membawanya masuk ke sebuah ruangan.
"Ampun Tuan, apa salah saya! Saya tidak ada sama sekali memakai uang yang Tuan berikan," lirih Ayang kala Daniel sudah menjatuhkannya ke atas ranjang.
"Kenapa? Apakah kurang uang yang kuberikan?" tanya Daniel.
"Tidak." Ayang menggeleng cepat.
"Lalu kenapa?" Daniel membuka jas yang melekat di tubuhnya, hingga dada bidangnya tercetak jelas di balik kemeja.
Seketika Ayang menutup matanya dengan kedua tangan. "Saya tidak butuh uang itu, Tuan. Sekarang tolong lepaskanlah saya," mohon Ayang yang telah terisak.
Daniel menatap tajam Ayang disertai seringai penuh nafsu tergambar di wajahnya.
"Tuan, tolong lepaskanlah saya." Isak tangis Ayang semakin menjadi-jadi.
Daniel menjatuhkan lututnya diatas ranjang. Lalu merangkak mendekati Ayang, yang menutup mata dengan kedua tangan.
Merasakan sesuatu di bawah sana mulai bereaksi, Daniel membenamkan wajahnya di ceruk leher Ayang.
"Tolong jangan lakukan ini pada saya, Tuan." Ayang terus memohon dengan tangis yang semakin terisak. Dia juga berusaha menolak wajah Daniel yang telah mencium dan menghisap kulit di lehernya. Namun Daniel malah menahan kedua tangan Ayang dan lansung melumat bibirnya.
Kepala Ayang menggeleng ke kiri dan kanan, mangatupkan rapat bibirnya sebagai pertahanan diri.
"Bangsat!"
Daniel yang mulai kesal, lalu bangkit dan membuka paksa seluruh pakaian yang melekat di tubuh Ayang.
"Tuan, tolong jangan lakukan ini pada saya."
Tangisan Ayang tidaklah di hiraukan oleh Daniel. Setelah berhasil melepaskan seluruh pakaian Ayang, Daniel kemudian berdiri diatas ranjang melepaskan juga semua pakaiannya, tanpa mengalihkan pandangannya dari tubuh Ayang yang sudah polos.
Ayang menangis sesugukan sambil menutup matanya dengan kedua tangan.
Daniel menyeringai melihat senjatanya yang sudah mengeras di bawah sana, secepat kilat ia mengungkung tubuh Ayang, tanpa mempedulikan tangisan Ayang dibawah tubuhnya.
Cukup lama Daniel berada diatas tubuh Ayang, pinggulnya juga bergerak cepat mengehentak-hentakan dengan begitu kuat di bawah sana. Hingga akhirnya kenikmatan itu diraihnya, dan seketika tubuhnya ambruk diatas tubuh Ayang. Sesaat ia menikmati pelepasan yang baru saja di raihnya di atas tubuh Ayang.
Setelah melepaskan penyatuan, Daniel menyeringai menatap wajah Ayang yang sudah di banjiri air mata. Kemudian ia mengulurkan tangan membelai wajah Ayang, yang seketika di tepiskan Ayang.
Mata Ayang berkilat-kilat menyala, menatap pria di hadapannya penuh kebencian.
Daniel tertawa. "Tubuhmu begitu nikmat honey."
"Cuihh!" Seketika Ayang meludahi wajah Daniel, membuat amarah pria itu lansung menyala.
"Berani kau!" Deniel bangkit, dengan kedua lutut menopang diatas ranjang, bertubi-tubi dia menampar wajah Ayang. Tak puas sampai di sana, kedua tangannya mencengkram leher Ayang.
Mata Ayang terbuka lebar, pandangan nya mulai berkunang-kunang melihat pria yang tengan mencekiknya. Namun, tak ada keluar kata-kata mengaduh kesakitan dari mulutnya, Ayang malahan tersenyum pada Daniel.
Sebelum Ayang kehabisan nafas, Daniel melepaskan tangannya. Tapi sayangnya Ayang sudah tak sadarkan diri.
"Bangun kau!"
Daniel menampar-nampar pipi Ayang. Namun, tetap saja mata Ayang tidak terbuka.
"Bangun aku bilang!"
Daniel mulai panik, melihat Ayang yang tak juga bangun.
"Shit!" Bergegas ia mengembil ponsel dan menelpon Regan agar segera membawa dokter keruangannya.
Perusahaannya memang memiliki dokter untuk para karyawannya berobat.
Setelah menelpon Regan, Daniel memasang kembali pakaian Ayang.
Selang berapa menit, pintu ruang pribadinya di ketuk dari luar. Beruntung dia sudah selesai memasang pakaian Ayang. Kemudian ia bergegas memasang celananya sendiri sebelum membuka pintu.
"Apa yang terjadi, Tuan?" tanya dokter yang masih berada diambang pintu.
"Kau jangan banyak tanya! Cepat sembuhkan dia!" Daniel menarik tangan dokter itu membawanya ke ranjang tempat Ayang terbaring.
Dokter mulai memeriksa denyut nadi Ayang serta membuka kelopak matanya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan. Dokter menoleh pada Daniel.
"Maaf Tuan, kita harus segera membawanya kerumah sakit," ujar dokter itu takut-takut.
Daniel seketika mencengkram leher dokter itu. "Kenapa kau tidak bisa menyembuhkannya?"
Dokter itu berusaha melepaskan tangan Daniel yang mencekik lehernya dengan cara memukul-mukul tangannya.
Beruntung Regan cepet datang sebelum dokter tersebut mulai lemas.
Daniel menghampiri Ayang, lalu menepuk-nepuk pipinya. Setelahnya ia membopong tubuh yang tergolek itu keluar dari ruangan.
Regan segera menyambar pakaian Daniel sebelum berlari mengekorinya di belakang.
.
.
.
Kini Daniel sudah berada di rumah sakit. Dari tadi kakinya tak henti berjalan bolak-balik di depan pintu ICU. Wajahnya tampak begitu cemas mengkhawatirkan Ayang yang tengah di tangani dokter.
Baru saja pintu terbuka Daniel segera masuk kedalam ruangan itu. Melihat Ayang yang belum juga sadar, lantas ia berjalan cepat mendekati dokter yang baru saja menengani Ayang.
"Kenapa dia belum bangun juga?"
"Sabarlah Tuan, sebentar lagi dia juga akan bangun,"
"Berapa lama lagi?"
"Satu atau dua jam lagi,"
Daniel menghembuskan nafas kasar. Kemudian menghampiri Ayang yang terbaring di ranjang. Matanya menatap sendu wajah teduh Ayang.
.
.
.
Dua jam kemudian, jemari Ayang bergerak-gerak, di sertai kelopak matanya mulai mengerjap.
Daniel tersenyum senang melihat itu. "Hei, kau sudah bangun."
Ayang menoleh ke arah Daniel yang berdiri di samping ranjang pasien. Matanya berkilat-kilat menatap tajam pada Daniel.
"Aaaaaaa." Hanya erangan yang keluar dari mulut Ayang menyuruh Daniel keluar.
Daniel menatap Dokter yang berdiri bersebelahan dengannya.
"Aaaaaa." Mulut dan mata Ayang terbuka lebar menyuruh Daniel keluar.
Daniel mengernyit, lalu kakinya melangkah mundur.
"Kheluaaar!"
Susah payah Ayang mengucapkan kalimat itu, hingga urat-urat di lehernya terlihat mengeras.
"Tuan, Tuan, tolong keluarlah dulu." Dokter merangkul bahu Daniel mengajaknya keluar.
"Ta-tapi, apa yang terjadi dengannya. Ke-kenapa suaranya seperti itu?"
"Tuan tenanglah dulu, saya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut," ucap dokter.
yg ada ayang tambah stres dan membenci danil
lanjut kak/Drool/
hadirkan kebahagiaan untuk ayang
sudah 3 THN kok masih asih Tor...?
Ayahnya Ayang ada sangkut sama si Daniel?
vote untuk mu thor