harap bijak dalam membaca. ini hanya cerita fiksi
angga dan Laura. 2 pasangan yang masih duduk di bangku sekolah atas yang terpaksa harus memiliki ikatan yang kuat karena perjodohan dari keluarga mereka.
mereka tidak punya pilihan selain menerima perjodohan ini.
angga si cowok alim yang tidak pernah meninggalkan sholatnya dan tidak pernah berpacaran atau mabuk mabukan. harus terpaksa menikahi seorang gadis yang sangat berbeda dengan dirinya.
bagaimana nasib Angga dan Laura kedepannya? ayo baca cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 5
pagi ini Laura buru buru berangkat sekolah. bukan karena ingin bertemu angga, tapi untuk menghindari kembarannya yang sedang mengamuk padanya.
Pasalnya semalam Lauris berbicara dengan papanya. Dan kalian tahu apa yang mereka bicarakan? Yaa, perjodohan Lauris tentunya.
dan semua ini gara gara Laura, ingin sekali Lauris membunuh kembarannya itu. Seharunya dia tidak terseret kedalam masalah ini.
Masalahnya, dia dan Laura itu berbeda. Jika Laura jomblo maka Lauri memiliki pacar. Dan sekarang dia harus bagaimana? apa yang harus dia katakan pada pacarnya? sialan memang Laura itu.
" Laura!" seru Lauris kesal.
Lauris baru saja masuk ke kelas Laura yang sudah di isi oleh beberapa siswa siswi. Di sana juga sudah ada Dina.
" dimana Laura?" tanya Lauris pada Dina.
Dina mengeleng kaku " nggak tahu" jawabnya gugup.
memang pada dasarnya dia tidak pintar berbohong. bukan seperti Laura dan Luhan itu.
" ngapain Lo disitu?" tanya Luhan yang baru masuk lewat pintu belakang dan melihat Laura yang sedang meringkuk di bawah meja paling belakang dekat Diding.
" sthhhh" desir Laura meletakkan jari tengahnya pada bibirnya mengodekan agar Luhan diem.
Namun terlambat, Lauris sudah menyadarinya. Lauris lansung berjalan menuju tempat arahan pandangan Luhan. Dan benar saja, di sana sudah ada Laura yang sedang menyengir memamerkan giginya.
", ikut gw" ujar Lauris menarik tangan Laura agar keluar dari bawah meja. namun karena belum siap kepala Laura malah membentur meja.
" mampus Lo, itu karma Lo" ujar Lauris.
Lauris membawa Laura ke belakang sekolah. begitu sampai disana barulah Lauris melepaskan tangan Laura.
" ngapain Lo bilang kek gitu sama papa?" tanya Laura kesal.
" yaa, kita kan kembaran uris. Jadi yaa, nikah pun harus samaan. Kalo satu di jodohkan satu lagi juga harus sama biar adil dan sama " ujar Laura menjelaskan seadanya.
" gw nggak mau! Lo harus cari tahu cara ngebatalin pernikahan gw nanti" ujar Lauris.
" kalo bisa gw udah ngebatalin pernikahan gw dari dulu uris " ujar Laura.
Lauris mengeram kesal. Dia mengakat tangannya bertingkah seolah meremas wajah kembarannya ini hingga hancur.
•\=\=\=\=\=•
tepat jam pulang sekolah. Laura datang ke ruang OSIS, dia masuk begitu saja tanpa mengetuknya terlebih dahulu karena mengira di dalamnya hanya ada angga. tapi nyatanya ada beberapa anggota OSIS lainnya seperti Jupiter, bintang dan Ciara.
Semua mata tertuju padanya. Bagaimana tidak? Laura bukan anggota OSIS, dan gadis itu malah masuk kesini tanpa permisi seolah ruangan ini miliknya.
" gw mau ngomong sama ketua kalian" ujar Laura.
Mereka sontak menatap pada angga masih menatap datar pada Laura. Mereka tentu saja mengetahui gosip kemaren, entah itu gosip benar atau tidak.
Angga berdiri dari duduknya lalu berjalan kearah pintu melewati Laura begitu saja.
" di luar" ujar Angga.
Laura menurut, dia mengikuti angga dari belakang. lagian dia tidak berniat berbicara di sini. Yang ada teman temannya Angga pada tahu.
" apa" tanya Angga saat mereka tidak di tempat yang sepi tanpa ada orang yang lewat.
" mama nyuruh gw buat ajak Lo cari cincin" ujar Laura terlihat sekali tidak ikhlas.
" nanti aja, gw ada rapat OSIS bentar lagi" ujar Angga.
bukan menolak, tapi memang sebentar lagi dia ada rapat, dan tentunya dia yang mewakili rapat. jadi dia tidak bisa pergi gitu aja.
" gw aja yang beli, Lo rapat aja " ujar Laura.
Pergi sendiri lebih bagus yakan? Laura bisa bebas beli apapun selain cincin. dia bisa belanja di mall, beli apapun yang dia mau.
" tunggu gw selesai rapat" ujar Angga lalu memilih pergi.
Laura berdengus sebal. Dasar ketua OSIS hobi memaksa. Padahal Laura tidak suka menunggu dan dia juga lebih suka pergi sendiri.
Laura berjalan ke arah ruangan OSIS dengan keki yang di hentakan karena kesal. Wajahnya cemberut dan bibirnya mencebik karena kesal. Ingin sekali dia menendang Angga.
Laura duduk di kursi kosong yang ada di pojokan ruang rapat OSIS. Angga dan yang lainya sedang rapat, sedangkan Laura sedang asik pada ponselnya.