Menceritakan seorang pemuda bernama Darren yang kehidupannya tampak bahagia, namun terkadang menyedihkan dimana dia dibenci oleh ayah dan kakak-kakaknya karena sebuah pengakuan palsu dari seseorang.
Seseorang itu mengatakan bahwa dirinya sebagai pelaku atas kecelakaan yang menimpa ibunya dan neneknya
Namun bagi Darren hal itu tidak penting baginya. Dia tidak peduli akan kebencian ayah dan kakak-kakaknya. Bagi Darren, tanpa mereka dirinya masih bisa hidup bahagia. Dia memiliki apa yang telah menjadi tonggak kehidupannya.
Bagaimana kisah kehidupan Darren selanjutnya?
Yuk, baca saja kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandra Yandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keterkejutan Sahabatnya Danar, Satria dan Rama
Masih suasana rumah sakit. Dan semua orang masih setia menemani Darren.
Kini yang duduk mengerubungi tempat tidur Darren adalah kelima adik sepupunya yaitu Adrian, Matheaw, Nathan, Ivan dan Melvin.
Sementara yang lainnya termasuk Gilang dan Darka duduk di sofa panjang. Sesekali mereka melihat kearah Darren dan kelima adik sepupunya.
"Ren." tiba-tiba Danar memanggil Darren.
Mendengar namanya dipanggil membuat Darren langsung melihat kearah Danar, kakaknya Willy.
"Iya."
"Kakak mau minta maaf sama kamu."
"Kakak juga Ren!" seru Satria dan Rama bersamaan.
"Minta maaf untuk apa?" tanya Darren yang berpura-pura dimengerti.
"Kakak sudah mengetahui bahwa sahabat kakak itu tidak benar-benar ingin menjalin kerjasama dengan kakak. Dia melakukan hal itu untuk balas dendam," jawab Danar.
"Iya, Ren!" seru Satria dan Rama bersamaan.
Mendengar jawaban dari Danar, Satria dan Rama membuat Darren hanya diam. Tatapan matanya menatap ketiganya tanpa ekspresi sama sekali.
[Sekarang minta maaf. Kemarin-kemarin bersikeras membela sahabat kalian itu. Bahkan kalian tidak mempercayai setiap ucapanku, seolah-olah aku hanya membual]
Deg..
Danar, Satria dan Rama terkejut ketika mendengar ucapan suara hati Darren. Begitu juga dengan yang lainnya. Mereka semua menatap kearah Darren dengan tatapan menyesal dan bersalahnya.
"Ren," lirih Danar, Satria dan Rama. Mereka menatap sedih kearah Darren.
Mendengar suara lirih ketiga kakak dari tiga sahabatnya, serta melihat tatapan penyesalannya membuat Darren tak tega.
"Sudahlah, lupakan saja. Aku tidak marah apalagi tersinggung akan sikap kalian yang tidak mempercayaiku. Justru aku paham akan hal itu. Aku hanya kecewa dengan kalian yang tidak mempercayaiku."
Mendengar ucapan dari Darren membuat Danar, Satria dan Rama tersenyum lega. Begitu juga dengan yang lainnya.
"Kalau aku boleh tahu. Kapan kalian mengetahui tentang sahabat kalian yang ingin berbuat jahat kepada kalian?" tanya Darren.
"Dua hari yang lalu. Saat penandatanganan kontrak itu, kakak tidak langsung menandatangani. Justru kakak membawa pulang berkas tersebut," jawab Rama diangguki oleh Danar dan Satria.
"Dan ternyata tulisan-tulisan dalam berkas itu hilang, kan?" tanya Darren dengan tatapan matanya menatap kearah Danar, Satria dan Rama bergantian.
"Iya!" ketiganya menjawab dengan kompak.
"Apa mereka sudah tahu bahwa kalian mencurigai mereka?"
Danar, Satria dan Rama menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya.
Namun detik kemudian..
Drtt..
Drtt..
Ponsel milik Danar, Satria dan Rama tiba-tiba berdering secara bersamaan sehingga membuat semua orang langsung melihat kearah ketiganya.
Danar, Satria dan Rama saling memberikan tatapan matanya. Setelah itu, ketiga menatap kearah Darren.
"Apa sahabat kalian yang menghubungi kalian?" tanya Darren.
"Iya, Ren!" jawab ketiganya.
"Duduklah disini." Darren berucap sembari menunjuk kearah kursi di samping tempat tidurnya.
Mendengar permintaan dari Darren membuat Danar, Satria dan Rama langsung berdiri dari duduknya. Ketiganya berjalan mendekati tempat tidur Darren.
Sementara Adrian, Matheaw, Nathan, Ivan dan Melvin langsung berpindah duduk di sofa.
Kini Danar, Satria dan Rama sudah duduk di kursi di samping tempat tidur Darren. Tatapan matanya ketiganya menatap kearah Darren.
Darren menatap tepat di manik hitam Danar, Satria dan Rama. Seketika tatapan matanya bercahaya keemasan. Darren menatap manik hitam Danar, Satria dan Rama dengan Iris Cristalnya.
Kilasan Kejadian :
Sahabatnya Danar :
Brengsek! Apa Danar sudah mencurigaiku sehingga dia tidak langsung menandatangani berkas itu?
Jika aku tidak bisa mendapatkan perusahaannya, maka aku akan membunuhnya. Untuk saat ini aku akan berusaha untuk tetap tenang. Jalan satu-satunya aku akan menghubunginya.
Jika seandainya dia tiba-tiba membatalkan kerjasama ini, maka aku akan membunuhnya.
Sahabatnya Satria :
Satria, apa kau tidak benar-benar serius menjalin hubungan kerjasama denganku? Apa kau mencoba untuk mengingkari janjimu?
Awas saja kau, Satria! Jika kau sampai mengkhianatiku dengan membatalkan kerjasama ini, aku akan membunuhmu. Jangan kau pikir aku akan melepaskanmu.
Sahabatnya Rama :
Rama, kau tidak akan bisa lari dariku. Aku sudah membuat jebakan untukmu. Sekali pun kau mengkhianati dengan membatalkan kerjasama ini, hal itu tidak akan membuatmu bebas begitu saja. Nyawamu sekarang ditanganku.
Darren seketika terkejut. Matanya membelalakkan sempurna ketika melihat kilasan kejadian yang dia lihat menggunakan Iris Cristalnya.
Sementara untuk semua orang yang ada di ruangan tersebut yang melihat ekspresi wajah dan melihat tatapan mata Darren membuat mereka bingung. Yang mereka tahu bahwa Darren menatap kearah Danar, Satria dan Rama. Namun setelah itu, tiba-tiba matanya membelalak seperti orang yang sedang terkejut.
Untuk dering ponsel milik Danar, Satria dan Rama mati seketika karena ketiganya tidak langsung menjawabnya.
"Kenapa ekspresi Darren seperti itu?" itulah yang dipikirkan oleh semua orang.
"Nanti jika sahabat kakak itu menelpon lagi, kakak jangan jawab dulu. Kalian harus dengarkan terlebih dahulu. Dan jangan lupakan loadspeaker panggilannya," ucap dan pinta Darren.
"Baik, Ren!" Danar, Satria dan Rama menjawab bersamaan.
"Dan untuk kalian!" Darren melihat kearah semua orang. "Jangan ada yang bersuara."
"Baiklah!" seru semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
Beberapa detik kemudian ponsel milik Danar, Satria dan Rama kembali berdering. Sebelum menjawabnya, Danar, Satria dan Rama melihat kearah Darren dan langsung diangguki oleh Darren.
Setelah itu, ketiganya pun menjawab panggilan dari sahabatnya itu dan tak lupa meloadspeaker panggilannya.
"Hallo, Danar!"
"Hallo, Satria!"
"Hallo, Rama!"
Terdengar suara pemuda di seberang telepon milik Danar, Satria dan Rama.
"Kenapa belum memberikan kabar padaku?"
"Apa kau berniat mengkhianatiku?"
"Apa kau mencoba kabur dari perjanjian kerjasama kita?"
Mendengar pertanyaan dari pemuda yang berbeda membuat orang-orang yang ada di ruang rawat Darren seketika mengepal kuat tangannya, terutama anggota keluarga dari Danar, Satria dan Rama.
"Ingatlah! Apapun yang kau lakukan, kau tidak akan bisa lari dariku."
Itulah kata-kata yang dilontarkan oleh ketiga sahabat dari Danar, Satria dan Rama.
Sementara untuk Danar, Satria dan Rama! Ketiganya masih diam. Mereka akan bersuara jika mendapatkan kode dari Darren.
"Jawab, Danar!"
"Kenapa kau diam, Satria?"
"Kenapa kau tidak menjawab apa yang aku tanyakan, Rama?"
Namun detik kemudian..
"Apa yang akan kalian lakukan jika saudara Danar, saudara Satria, saudara Rama membatalkan kerjasama dengan kalian?" Darren seketika bersuara.
Deg..
Sahabat dari Danar, Satria dan Rama di seberang telepon seketika terkejut ketika mendengar suara orang lain, bukan suara sahabatnya.
"Siapa kau?!" tanya sahabatnya Rama.
"Kenapa ponselnya Danar ada padamu?!" tanya sahabatnya Danar.
"Mana Satria?! Berikan ponselnya kepada Satria! Aku ingin bicara dengannya!" ucap sahabatnya Satria.
Mendengar ucapan sekaligus bentakan dari tiga sahabat ketiga kakak dari tiga sahabatnya membuat Darren seketika tersenyum.
Sementara ayah dan keenam kakaknya mengepal kuat tangannya. Mereka tidak terima putranya/adiknya dibentak.
"Aku adiknya. Kenapa?" tanya Darren dengan tenang.
"Hahahaha." seketika terdengar suara tawa yang cukup keras di seberang telepon.
"Kenapa, apa dia yang menyuruhmu? Apa dia takut berbicara padaku?" tanya sahabatnya Danar.
"Dasar banci. Bisa-bisanya menyuruhmu untuk berbicara denganku. Mana kakakmu itu?!" bentak sahabatnya Rama.
"Suruh kakakmu itu bicara denganku. Kenapa dia menyuruhmu?!" bentak sahabatnya Satria.
Darren seketika tersenyum di sudut bibirnya ketika mendengar ucapan dari ketiga sahabat kakak dari tiga sahabatnya.
"Kenapa? Apa kau ingin memaksa kakakku tetap menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaanmu, hum?"
"Kalau iya, kau mau apa?!"
"Bisa apa kau?!"
"Sekali pun kau melarang kakakmu, hal itu tidak akan terjadi. Kakakmu yang bodoh itu tetap harus melanjutkan kerjasama ini."
"Kalau kakakku tetap tidak mau. Dengan kata lain kakakku ingin membatalkannya. Apa yang kau inginkan? Apa kau ingin membunuh kakakku, hum?"
Deg..
Baik Danar, Satria maupun Rama seketika terkejut ketika mendengar ucapan terakhir dari Darren. Begitu juga dengan semua orang yang ada di ruangan tersebut. Mereka semua menatap wajah Darren dengan bingung dan penasaran.
Bukan hanya Danar, Satria, Rama dan orang-orang yang ada di ruang rawat Darren saja yang terkejut, melainkan tiga sahabatnya Danar, Satria dan Rama di seberang telepon juga ikut terkejut. Ketiganya terkejut rencana ingin membunuh sahabatnya diketahui oleh adik sahabatnya.
Tidak mendapatkan jawaban dari lawan bicaranya membuat Darren seketika tersenyum di sudut bibirnya.
"Kenapa diam? Aku benarkan? Kau ingin membunuh kakakku jika kakakku tetap pada keputusannya yaitu membatalkan kerjasama dengan perusahaanmu?"
Lagi-lagi tiga sahabatnya Danar, Satria dan Rama di seberang telepon terkejut mendengar ucapan sekaligus pertanyaan dari Darren.
"Lakukanlah sesuka hatimu. Asal kau tidak menyesal nantinya. Aku tahu siapa kau. Bahkan aku bisa mengetahui bahwa kau saat ini sedang berada di suatu tempat."
"Jangan coba-coba memanipulasi pikiranku!" bentak sahabatnya Danar, Satria dan Rama di seberang telepon.
"Hahahaha." Darren seketika tertawa. "Apa kau meremehkanku? Jika aku bisa membuktikannya, apa yang aku dapatkan?"
"Tahu apa kau tentangku!" bentak sahabatnya Danar, Satria dan Rama.
"Justru aku tahu makanya aku ingin membuktikannya. Bagaimana?"
Hening..
Tidak ada jawaban dari sahabatnya Danar, Satria dan Rama. Mereka seolah-olah menghilang ditelan bumi.
"Jika kau diam, itu berarti kau ingin aku membuktikannya. Baiklah!" Darren tersenyum. "Saudara Andreas berstatus sebagai sahabatnya Danar Dominic. Kau saat ini berada di rumahmu, lebih tepatnya ruang kerjamu. Untuk saudara Barry berstatus sebagai sahabatnya Satria Antonius. Kau berada di sebuah cafe. Kau tidak sendirian, melainkan bersama seorang wanita cantik. Saudara Ditmar berstatus sebagai sahabatnya Rama Dustine. Kau saat ini berada di dalam mobil. Lebih tepatnya, kau berhenti sejenak di pinggir jalan dan sedang berbicara denganku saat ini."
Deg..
Mendengar ucapan demi ucapan dari pemuda yang mengaku sebagai adiknya Danar, Satria dan Rama membuat tiga pemuda yang namanya disebut dengan lantang oleh Darren terkejut dan syok di seberang telepon. Mereka tidak menyangka jika adik dari sahabatnya itu bisa mengetahui keberadaannya saat ini dengan benar.
Sementara untuk Danar, Satria dan Rama dan semua orang yang ada di ruang rawat Darren tampak tercengang ketika mendengar ucapan sekaligus penjelasan dari Darren.
"Bagaimana? Aku benar lagi kan?" tanya Darren dengan senyumannya yang mengembang.
"Aku beri saran pada kalian. Berhentilah sampai disini. Jangan usik kakak-kakakku. Tapi jika kalian masih tetap dengan rencana kalian, maka jangan salahkan aku dan anggota keluargaku untuk melakukan sesuatu. Aku dan keluargaku akan mengincar keluarga kalian. Mudah bagiku untuk mencari informasi mengenai semua anggota keluarga kalian. Dan jangan kalian berpikir bahwa aku hanya sekedar omong doang. Buktinya saja aku mengetahui keberadaan kalian saat ini."
Setelah mengatakan itu, Darren memberikan kode kepada Danar, Satria dan Rama untuk memastikan panggilan tersebut.
Danar, Satria dan Rama pun langsung menganggukkan kepalanya bersamaan dengan tangannya langsung mematikan panggilan tersebut.
Darren menatap lurus ke depan. Dan detik kemudian, dia terhanyut dalam pikirannya.
[Jika kalian berpikir bahwa aku hanya kebetulan mengetahui keberadaan kalian, maka pikiran kalian itu salah besar. Aku bisa mengetahui keberadaan kalian, bahkan bisa mengetahui apa yang kalian lakukan dan kalian rencanakan. Aku bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Aku juga bisa merasakan apa yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain. Hanya aku yang bisa melakukan semua itu]
Deg..
Semua orang yang ada di ruangan tersebut seketika terkejut ketika mendengar ucapan suara hati Darren. Mereka menatap kearah Darren yang sedang terhanyut dalam pikirannya dengan tatapan tak percaya masing-masing.
penasaran kelanjutannya
semangat
up lagi ya