NovelToon NovelToon
Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

Malam itu, Gwen seorang gadis remaja tidak sengaja memergoki cowok yang dia kejar selama ini sedang melakukan pembunuhan.

Rasa takut tiba-tiba merayap dalam tubuhnya, sekaligus bimbang antara terus mengejarnya atau memilih menyerah, Karena jujur Gwen sangat takut mengetahui sosok yang dia puja selama ini ternyata seorang pria yang sangat berbahaya, yaitu Arsenio.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Lenguhan kecil dari Gwen, bibirnya bergetar sedikit dan matanya mulai bergerak di balik kelopak yang tertutup. Gwen yang mulai sadar menemukan dirinya dalam posisi yang tidak biasa.

Dengan canggung, Gwen menarik jari Arsenio keluar dari mulutnya, dan menatap telunjuk yang sekarang basah oleh air liurnya. Rasa malu mendadak menyergap, dia segera mengeringkan jari Arsenio dengan seragam yang ia kenakan.

"Kalo tahu pasti jijik banget," bisik Gwen pada dirinya sendiri.

"terus aku kenapa bisa ada di sini? Jangan-jangan sleepwalking aku kambuh kali ya." gumam Gwen sambil menepuk kepalanya yang rasanya kosong. Gwen mulai menggerakkan tubuhnya menjauh, keluar dari pelukan Arsenio. Seketika pipi Gwen bersemu merah kala menyadari Arsenio hanya bertelanjang dada.

"Kak Nio benar-benar pengen nguji iman aku," celetuknya segera bangkit meraih gagang pintu.

"Gimana nih?" batinnya panik, saat pintu terkunci.

Gwen melangkah kembali ke tempat tidur di mana Arsenio masih terlelap dalam posisi menelungkup. Dengan ragu, ia perlahan memegang lengan kekar itu dan sedikit menggoyangkan. "Kak Nio, bangun," bisiknya lembut.

Tetapi, Arsenio hanya membalikkan wajah ke sisi lain dan bergumam, "Lily, jangan ganggu," kata-katanya tajam menusuk hati Gwen.

Detak jantung Gwen seketika terhenti; mata mulai berkaca-kaca menyadari kebenaran yang pilu. Dalam hati, ia menangis menyadari bahwa mungkin ini sebab Arsenio tak pernah membalas cintanya; ada wanita lain dalam hatinya.

Gwen berdiri terpaku, menatap punggung tegap Arsenio dengan penglihatan kabur oleh air mata. Sementara itu, Arsenio yang mulai tersadar dari tidurnya, membuka mata pelan, mengira masih ada seseorang yang biasa membangunkannya dengan cara duduk di punggungnya, namun tidak ada gerakan sama sekali.

Dengan perasaan bingung, ia segera menoleh ke belakang sambil duduk tegak. Matanya melebar saat melihat Gwen terisak, rambut kuncirnya berantakan seraya menyeka air matanya yang terus mengalir.

Dalam kepanikan, Arsenio berdiri di depan Gwen yang masih menangis dengan wajah sembab. "Hei, kenapa nangis? mimpi buruk?" tanya Arsenio, sambil dengan lembut merapikan rambut Gwen yang berantakan.

Gwen menggeleng, air mata masih jatuh tanpa kontrol, "Mau pulang," katanya sambil sesenggukan.

Arsenio tampak semakin cemas, ia menarik wajah Gwen untuk memandangnya langsung, menyaksikan mata yang memerah dan pipi basah oleh air mata. "Jawab dulu, kenapa? Aku menyakitimu?" tanya Arsenio dengan suara penuh kekhawatiran.

"Buka pintunya, aku mau pulang," rengek Gwen lagi.

Arsenio menyampaikan dengan suara lembut, "Makan malam dulu, baru aku antar kamu pulang." Gwen tidak menjawab, hanya tetap diam dalam kesedihan.

Tiba-tiba terdengar ketukan bertubi-tubi dari luar, tidak keras tapi cukup untuk terdengar. "Pasti makanannya yang datang," celetuk Arsenio sambil mengusap lembut rambut Gwen sebelum beranjak ke pintu.

Saat ia membuka pintu, suara melengking dari Lily, keponakannya, langsung terdengar. Lily berdiri dengan tangan di pinggang, sambil menenteng sebuah kantong plastik hitam.

Lily, dengan geram, menatap Arsenio yang menghela nafas berat. "Paman, lama banget bukanya," keluhnya sambil menerobos masuk ke ruangan.

Seorang staf wanita menyampaikan ke Arsenio, "Nona Lily maksa masuk, Bos."

"Ga papa," jawab Arsenio seraya menerima sebuah paper bag dari staf tersebut.

Arsenio mengalihkan pandangan ke dalam ruangan dan mendapati Lily sedang menatap bingung Gwen yang berdiri di samping ranjang. "Kenapa berhenti, Lily?" tanya Arsenio lembut, berjalan mendekat dan duduk di sofa.

Sesaat Gwen merasa malu; ternyata yang membuatnya cemburu hanya gadis kecil itu.

"Paman, dia siapa?" tanya Lily dengan polosnya.

Arsenio menatap Gwen, yang mata mereka saling bertemu. Dengan sebuah senyum kecil, Arsenio menarik Lily mendekat dan membisikkan sesuatu pada telinganya. Wajah Lily seketika berbinar, dia menoleh ke Gwen lalu kembali menatap Arsenio dengan tatapan tajam.

"Paman, buat tante cantik ini menangis?" tanya Lily dengan nada tegas dan penuh penasaran.

Lily melangkah pelan mendekati Gwen, tangannya dengan lembut menyentuh tangan Gwen. "Tante cantik, jangan nangis lagi," katanya dengan suara kecil khas anak-anak. "Paman memang suka bikin gadis cantik nangis. Aku sering nangis juga karena dia suka narik rambut aku." Air mata Gwen yang sempat tersenyum, mendadak mengalir kembali, deras.

Arsenio yang sedari tadi duduk di sofa, terkejut dan segera mendekat. Dia dengan cekatan memeluk Gwen, usapannya di rambut Gwen penuh kasih sayang sambil memberikan kecupan lembut di kepala. "Udah, jangan nangis lagi ya. Maaf kalau aku ada salah," katanya dengan nada bingung menghadapi perubahan sikap Gwen.

Perasaan malu langsung menyergap Gwen, membuatnya menunduk sambil menghentikan tangisnya. "Jangan malu, yuk makan malam," ajak Arsenio sambil mengulurkan tangan, menuntun Gwen ke sofa di dekat Lily yang tersenyum ceria.

Arsenio membuka kotak makan yang dia pesan dengan semangat, sinar mata Gwen langsung berbinar melihat isi kotak itu - nasi goreng dengan udang yang lezat. Dengan senyum hangatnya, Gwen membalas dengan tawa lembut, sementara Arsenio dengan penuh kasih mengacak rambutnya.

"Makan nasi pakai Kentucky saja ya, Lily. Jangan ambil udang, kami alergi udang" ujar Arsenio, mendorong piring ke depan Lily yang hanya mengangguk patuh, lalu menarik tangan Gwen agar duduk bersamanya di atas karpet lembut.

Gwen mengikuti sambil tersenyum. "Yah, hanya ada satu sendok," keluh Lily pelan.

"Buat Lily saja, aku pakai tangan," Gwen berujar sambil menyerahkan sendoknya kepada Lily yang mengangguk penuh syukur.

"Terima kasih, tante," kata Lily sambil mulai menyantap makanannya.

Sementara itu, Gwen bangkit dan pergi mencuci tangannya ke kamar mandi. Dia segera kembali dan duduk kembali di samping Lily.

Arsenio terkekeh ringan dan perlahan memegang kuncir rambut Gwen, menarik tubuhnya agar duduk di antara dua kakinya. Gwen tersentak sejenak, namun kemudian bersandar dengan nyaman pada dada Arsenio.

"Saking senangnya makan nasi goreng, sampai lupa rapiin rambut. Biar aku yang rapiin ya," ucap Arsenio sambil meminta izin.

Gwen cuma mengangguk sambil tersenyum. Tiba-tiba, ponsel Arsenio berbunyi. Dia segera angkat dengan loudspeaker aktif sambil terus merapikan rambut Gwen. "Kenapa, Bang?" tanya Arsenio.

"Dek, Abang ke Rusia, ada masalah di sini. Abang titip Lily ya, soalnya Mami sama Papi nanti larut malam baru pulang. Dia ga mau sama abang Ano, maunya sama kamu. Makanya Abang anterin dia ke bengkel kamu," jelas Kenzo dari seberang.

"Tenang, Bang. Lily aman kok di sini," jawab Arsenio.

"Tadi Abang ada beli ice cream berbagai rasa, hati-hati dia jangan sampai makan semua dalam sehari ya," pesan Kenzo.

"Iya, Bang. Lily lagi makan malam nih," ujar Arsenio sambil melirik keponakannya yang asyik menikmati nasi goreng.

"Papa, ada tante cantik di tempat Paman loh," celetuk Lily, membuat Gwen yang mendengarnya langsung meraih gelas air putih, tersedak. Arsenio hanya tersenyum tipis sambil mengusap lembut tengkuk Gwen.

"Jarang-jarang nih, biasanya paman kamu tuh sama cowok-cowok yang cakep-cakep. Mungkin dia calon tante kamu nih, Sayang," goda Kenzo sambil cengar-cengir, bikin Gwen makin merah pipinya.

"Lily juga ngerasa gitu," sahut Lily. "Lily, baik-baik sama Om ya. Besok Papa pulang, Lily mau dibawain apa?" tanya Kenzo.

Lily berpikir sejenak, "Lily pengen boneka yang cantik, sama satu lagi buat tante cantik."

"Eh, tapi tante cantik nggak main boneka, sayang, mungkin yang lain aja," usul Kenzo.

"Ga papa," balas Lily, lalu menoleh ke Gwen, "Iya kan, Tante?"

Gwen hanya bisa mengangguk kaku. Arsenio yang melihat itu hanya bisa berbisik, "Dia menyukaimu."

1
Gebi Tompul
lanjut
Myra Myra
kasihan Gwen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!