Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Target
Laura yang sedang makan di kantin menatap para laki-laki yang membawanya ke lapangan, tatapannya begitu tajam. Lihat saja Laura akan membalaskan setiap perbuatan mereka tadi, mungkin semua itu hal yang lucu untuk mereka tapi tidak untuk Laura. Jangan samakan Laura yang sekarang dan juga Laura yang dulu sungguh akan sangat berbeda.
"Arkan liat tuh Laura liatin kita terus, ga biasanya tuh perempuan natap tajam kayak gitu. Biasanya kalau lihat kita dia selalu tunduk. Kayaknya dia mulai berani " ucap salah satu teman Arkan.
Arkan yang dari tadi sedang fokus memakan baksonya teralihkan dengan kata-kata teman-temannya. Lalu melihat Laura, tanpa basa-basi Arkan mendatangi meja Laura.
Arkan berdiri di hadapan Laura dengan tatapan yang sama tajamnya "Ngapain lihat-lihat"
Bukannya takut, Laura malah berdiri dan berkaca pinggang di hadapan Arkan.
"Kenapa mata-mata gue, kenapa lo yang sewot"
"Mulai berani ya sekarang, mau gue hajar lo "sambil menggebrak meja.
Laura mengikuti Arkan, dia juga menggebrak meja "Memangnya seluruh sekolah ini harus takut sama laki-laki bencong kayak lo, yang bisanya cuma mau ngebully perempuan, dan sekarang lo bilang mau hajar gue. Ayo sini gue ga takut " Laura menantang balik Arkan.
Arkan sudah naik pitam mendengar semua kata-kata yang diucapkan oleh Laura, dengan tanpa perasaan Arkan menjambak rambut Laura.
Orang-orang yang ada di sana bersorak riang mereka gembira melihat pertengkaran ini. Mereka tidak mau memisahkan atau membela Laura.
Laura mengepalkan tangannya lalu meninju Arkan sampai laki-laki itu melepaskan jambakannya, saat Arkan lemah dan terjatuh Laura duduk di perut Arkan dan menghajar Arkan tanpa ada rasa bersalah ataupun merasa takut.
Teman-teman Arkan tentu saja langsung datang ke sana untuk memisahkan Laura dan juga temannya itu, tetapi entah dari mana tenaga Laura begitu besar sampai-sampai mereka tidak bisa memisahkan Arkan dengan Laura.
Arkan yang dibawah hanya bisa pasrah, setelah beberapa pukulan yang Laura berikan, saat akan menangkis setiap pukulan Laura tidak bisa. Tangannya terus saja dipukuli wajah bahkan dadanya terkena pukulan juga. Yang membuatnya susah melawan.
"Kamu apa-apaan Laura"
Saat mendengar suara Andi barulah Laura berhenti dan bangkit dari tubuh Arkan. Laura tersenyum pada Andi "Kenapa, ini untuk balasan orang yang selalu membullyku. Apakah aku salah membalaskan setiap rasa sakit ku yang mereka berikan, akan aku balas tanpa ampun "
"Tapi ga gini caranya Laura, kamu bisa buat anak orang mati. Semuanya bisa dibicara baik-baik ga usah pake kekerasan"
"Lalu saat aku di-bully apakah mereka bisa dengan baik-baik, bisa menghentikan semua itu ga Andi mereka tertawa diatas kesusahan ku, jangan ikut campur masalah ini Andi. Kalau kamu ga bisa membela saudara kamu sendiri ga usah ikut campur"
Laura membersihkan pakaiannya yang kotor dan menatap Arkan yang sudah tidak berdaya. Lalu tersenyum kepada kedua teman Arkan dan mereka langsung mundur. Laura pergi begitu saja.
Karena kegaduhan itu banyak orang-orang yang membantu Arkan, dia juga sudah pingsan. Tanpa Laura sadari ada laki-laki yang menatapnya dengan tajam.
...----------------...
Laura yang sedang belajar tiba-tiba saja dipanggil oleh guru untuk menghadap ke ruang kepala sekolah, tanpa banyak bicara Laura mengikuti guru itu dan saat sudah sampai di ruangan itu ternyata ada dua orang paruh baya. Mereka menatap Laura dengan tatapan tajam dan benci
"Apakah ini orang yang telah menghajar anakku mana orang tuamu panggil dia. Enak saja kamu tiba-tiba menghajar anakku sampai dia sekarang masuk rumah sakit kamu harus tanggung jawab " teriak wanita paruh baya itu.
Laura menghela nafasnya "Maaf ya Ibu bukannya tanpa alasan tiba-tiba saya memukuli anak Ibu, tapi anak Ibu itu sudah membully saya selama saya sekolah di sini. Jadi wajar kan saya kalau memukul dia"
"Wajar kamu bilang hah " teriaknya lagi
Laura memasang wajah sedih padahal dalam hati dia senang bisa melumpuhkan satu musuhnya. Sekarang semua yang ada sekolah ini adalah musuhnya
"Dasar anak kurang ajar "wanita paruh baya itu ingin memukul Laura, tapi suaminya segera menahannya.
"Sekali lagi Laura minta maaf ya Ibu, lebih baik Ibu nasehati anak Ibu juga untuk tidak membully temannya jadi tidak akan ada kebencian seperti ini. Ini baru dari saya loh Bu bagaimana kalau dari yang lain banyak anak-anak yang dibully, jadi jangan salahkan Laura dulu ya, tapi tanyakan dulu duduk masalahnya pada anak Ibu. Selama ini Laura sudah menjadi korban Bu Laura minta Ibu untuk menasehati anak Ibu "Laura mencoba untuk berbicara sopan karena di hadapannya ini adalah seorang wanita paruh baya. Laura tidak mau kasar.
"Beraninya kamu menasehati ku " sambil memelototkan matanya pada Laura.
Laura hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya, ya pura-pura menyesal agar masalah ini tidak menjadi panjang. Laura malas kalau harus berurusan panjang dan nanti Ayahnya datang lalu memakinya dihadapan banyak orang.
"Mana orang tuamu, suruh dia datang kemari"
"Maaf Bu, Ayah Laura tidak pernah datang kalau anaknya membuat masalah. Mau sampai kapanpun Ibu menunggu Ayah Laura tidak akan datang "sela seorang guru.
"Berarti anak ini memang bermasalah kan, makanya banyak yang membully"
"Saya bukan anak yang bermasalah, saya selalu disudut kan disekolah ini. Jika tak ada yang perlu di bicarakan lagi saya permisi"
Tanpa mendengarkan jawaban dari semua orang Laura segera pergi dari sana, takutnya nanti emosinya tersulut dan nanti akan marah-marah di sini. Laura tidak mau menyakiti hati wanita paruh baya itu dan yang lainnya juga.
"Kenapa kamu membuat masalah Laura "
Laura mengeryitkan keningnya tidak mengenal laki-laki ini, Laura melepaskan cekalan tangan yang begitu erat ini.
"Tidak usah mengurusi hidupku, masing-masing saja mau aku membuat masalah sebesar apapun tidak ada masalahnya kan untukmu. Ini hidupku ini jalan yang aku mau. Apakah aku harus lemah terus saat mereka membullyku, saat mereka mempermalukan aku di hadapan banyak orang. Apakah harus diam, tentu saja tidak aku harus melawan. Aku bukan Laura yang hanya akan diam dan menerima setiap cacing dari kalian semua ingat itu. Aku tidak akan pernah diam lagi"
"Tapi tidak seperti itu Laura caranya"
"Lalu harus bagaimana, apakah aku harus menerima semua pembullyan yang mereka lakukan padaku tidak kan. Jika kamu tidak tahu apa-apa tentang hidupku tidak usah ikut campur"
"Aku tahu tentang kamu Laura"
Laura tersenyum miring dan mengibas ngibaskan tangannya "Sudah basi, aku tak mengenal kamu dan jangan urusi hidup ku"