Dewasa🌶🌶🌶
"Temukan wanita yang semalam tidur denganku, dia harus bertanggungjawab karena telah mengambil keperjakaanku!"
—Bhaskara Wijatmoko—
"Gawat! Aku harus menyembunyikan semuanya. Kalau tidak, aku bisa dipecat!"
—Alicia Stefi Darmawan—
----
Bhaskara Wijatmoko dikenal sebagai CEO dingin yang tak pernah peduli pada wanita. Alasan dia memilih Alicia Stefi Darmawan sebagai salah satu sekretarisnya adalah karena sikap profesionalismenya yang luar biasa.
Namun, segalanya kacau setelah sebuah pesta topeng. Alicia tanpa sengaja menghabiskan malam dengan pria misterius yang ternyata adalah Bhaskara! Panik dan takut dipecat, Alicia pun kabur sebelum Bhaskara bangun.
Sialnya saat di kantor, Bhaskara malah memerintahkan semua sekretarisnya untuk menemukan wanita yang sudah bermalam dengannya. Alicia harus menyembunyikan rahasianya, tapi apa yang terjadi jika Bhaskara akhirnya tahu kebenarannya? Akankah karier Alicia hancur, atau sesuatu yang tak terduga akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Rencana
"WHAT?!" Karena terlalu shock, Karin bahkan sampai terlonjak dari kursi. "Lo serius?!"
Alicia menganggukkan kepalanya.
"Kok bisa sih?!"
Alicia menghela napas panjang sejenak, sebelum kemudian menceritakan semua yang terjadi malam itu. Mulai dari pertemuannya dengan seorang pria bertopeng, hingga pada pagi harinya ia mengetahui kalau pria itu adalah Bhaskara.
"Gila..." Itulah respon pertama yang dilontarkan Karin setelah Alicia selesai bercerita. "Kenapa hidup Lo drama banget sih, Al?"
"Makanya!" Alicia mengacak-acak rambutnya sendiri karena frustasi. "Dari sekian banyak cowok yang bisa gue temuin malam itu, kenapa harus Pak Bhaskara coba?"
"Tapi, Bhaskara nggak tau kan kalau cewek yang tidur sama dia itu Lo?"
"Harusnya sih nggak tau," Alicia mengangguk yakin. "Soalnya topeng gue masih kepake sampe pagi,"
"Ya udah," Karin mengangkat bahu. "Jadi, harusnya nggak ada masalah dong?"
"Karin, masalahnya nggak sesimpel itu," Alicia menggelengkan kepalanya. "Masalah utamanya, sekarang Pak Bhaskara nyuruh Gue dan dua sekretaris yang lain buat cari cewek yang semalem tidur sama dia!"
"Hah?" Karin terbelalak. "Why?"
"Karena cewek itu alias Gue udah kabur setelah mengambil keperjakaan dia!"
"WHAT?!" Karin kembali berteriak heboh, entah sudah berapa kali dia merasa shock dengan cerita sahabatnya itu. "Bos Lo yang ganteng sempurna itu masih perjaka?! Oke, oke, sekarang bukan itu yang penting. Terus kalau udah ketemu, mau diapain?"
"Mau dihukum seberat mungkin," Alicia kali ini sudah membenamkan kepalanya di atas bantal. "Gue nggak tau apa hukumannya. Tapi, kalau melihat sifatnya Pak Bhaskara, pasti hukumannya bakalan sadis."
"Ya Tuhan.." Karin menyandarkan punggungnya pada sofa, ikut merasa lemas. "Pantesan aja Lo kepengen resign. Ya udah deh, sebelum terlambat, mendingan Lo cepetan minta resign sana!"
"Nggak mungkin, Rin," Alicia menundukkan kepala lesu. "Cari kerjaan sekarang itu susah. Belum tentu juga kerjaan gue yang baru bakalan ngasih gaji gede kaya perusahaan sekarang. Terus, nanti yang biayain adek gue sekolah siapa? Yang biayain rumah sakit ibu gue siapa? Yang bayar angsuran utang almarhum bapak gue siapa?"
Karin menatap sahabatnya itu dengan prihatin. Ia menepuk-nepuk punggung Alicia dengan lembut. "Yang sabar ya Al. Gue yakin pasti ada jalan keluar," Karin mencoba menenangkan sahabatnya, meskipun otaknya sendiri sibuk memikirkan solusi.
Alicia mengangkat wajahnya perlahan. "Gue cuma takut, Rin. Kalau sampai Pak Bhaskara tau itu gue, habislah gue."
"Tapi lo yakin banget, kan, kalau dia nggak bakal tau?"
Alicia menghela napas. "Yakin sih, tapi ya... tetep aja was-was. Pak Bhaskara itu orangnya pinter banget. Kalau dia udah serius mau nyari, bisa aja dia nemuin celah. Apalagi dia dibantuin sama Mas Rendy dan Mas Niko, sekretaris terbaik di perusahaan. Kabarnya Mas Rendy juga akan ngubungin tim analis forensik digital sama tim investigasi kepolisian. Cuma soal waktu sampai semuanya terbongkar Rin,"
Karin terdiam sesaat, lalu mendekat ke Alicia. "Kalau gitu, satu-satunya cara yang tersisa, kita harus nutupin semua jejak lo, Al."
"Tapi, gimana caranya?" Alicia mengerutkan dahi.
"Hm... gimana kalau..." Karin mendekati Alicia dan mulai berbisik di telinganya.
...----------------...
Esok harinya, Alicia datang ke kantor pagi-pagi buta. Saat itu, baru ada satpam yang sedang melakukan pergantian shift, dan beberapa petugas bersih-bersih yang sedang mengepel lantai. Sembari tersenyum ramah, Alicia naik ke lantai ruangannya berada.
Semalam, Alicia dan Karin sudah membuat sebuah rencana epik. Mereka akan menghapus semua bukti CCTV yang menangkap gambar Alicia malam itu.
Alicia awalnya ragu dengan rencana itu, tapi Karin berusaha meyakinkan. "Al, ini adalah kesempatan satu-satunya supaya Lo bisa tetap bekerja di perusahaan itu,"
Karena memang tak ada pilihan lain, Alicia pun akhirnya menurut.
Setelah sampai di lantai yang dituju, Alicia langsung masuk dan menuju meja Rendy. Sebelumnya, ia sudah basa basi bertanya di grup chat sekretaris, apakah bukti video CCTV sudah diserahkan ke pihak kepolisian. Rendy menjawab belum, karena ada beberapa prosedur yang harus dilakukan.
Alicia pun mulai mencari benda yang ia rasa menyimpan video tersebut di meja Rendy. Entah flashdisk atau kartu memori, ia harus menemukan secepatnya sebelum orang-orang datang.
Tak menemukan apapun di atas meja Rendy, Alicia beralih pada laci-laci meja. Ia membukanya satu persatu, tapi tak menemukan apapun. Sampai di laci terakhir, ia mengernyitkan dahi karena ternyata laci tersebut terkunci. Mata Alicia berbinar, pasti di sini tempatnya.
Tapi sekarang masalahnya, bagaimana dia bisa membuka laci itu? Apalagi laci tersebut dilengkapi dengan kunci yang menggunakan kombinasi empat angka.
Alicia mencoba memutar kombinasi angka secara acak. Tapi tentu saja gagal. Dia berhenti sejenak, memikirkan sesuatu. Kira-kira, berapa kombinasi angka yang akan dipakai Rendy?
Mata Alicia menyisir area meja Rendy, dan ia menemukan foto Rendy bersama istri dan anaknya yang masih kecil. Alicia jadi ingat kalau Rendy ini sangat bucin pada keluarganya. Jadi Alicia menebak, angkanya pasti tidak jauh-jauh dari itu.
Alicia kemudian mengambil ponsel, dan mulai mencari sosmed Rendy. Ada beberapa foto yang diunggah pria itu di sana. Alicia mengecek satu persatu. Dan ia menemukan salah satu postingan saat Rendy sedang merayakan ulang tahun putranya.
"Dua Juli, ulang tahun ke 2. Berarti..0207,” Alicia bergumam. Ia juga sebenarnya tidak tau apakah berhasil atau tidak. Tapi Alicia akan terus mencoba, karena ini menyangkut karirnya.
Alicia memutar ke empat angka itu, dan klik! terdengar suara kunci terbuka.
"Ketemu!" Alicia hampir berteriak saking senangnya saat melihat sebuah flashdisk berada di sana. Tapi ia buru-buru tersadar. Misinya tidak berhenti sampai di situ. Ia harus segera menghapus video itu sebelum orang-orang datang.
Dengan sedikit terburu-buru, Alicia mengambil laptop dari tas dan segera melanjutkan aksinya. Dia menancapkan flashdisk itu ke laptop dan membuka isinya. Detak jantungnya makin cepat saat ia melihat folder bernama 'CCTV'.
"Ini dia..." bisiknya, seraya membuka folder tersebut.
Tangannya gemetar saat ia melihat beberapa file video di dalamnya. Tanpa berpikir panjang, dia mengklik kanan folder tersebut dan memilih opsi delete.
Namun, ketika Alicia hendak menekan Enter, suara langkah kaki yang mendekat membuatnya membeku. Napasnya tercekat. Siapa pun itu, mereka semakin dekat dengan ruangannya.
"Tenang, Alicia, tenang..." Dia mencoba mengontrol diri, buru-buru menghapus video itu dan mengosongkan folder Recycle Bin di laptopnya.
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Alicia tersentak dan hampir menjatuhkan laptopnya.
"Mbak Alicia?" suara itu ternyata berasal dari Mas Jarwo, OB yang memang bertugas membersihkan lantai tersebut. "Maaf mbak, saya mau ngepel ruangan ini. Mbak Alicia rajin amat jam segini udah dateng?"
"Oh, iya Mas. Soalnya kemaren kan udah telat, takut dimarahin Pak Bos," jawab Alicia cepat, berusaha terlihat santai. "Silakan lanjut, Mas."
Mas Jarwo mengangguk dan mulai mengepel dari sudut ruangan. Alicia, yang sudah berhasil menghapus file itu, langsung membereskan semuanya. Dia menyimpan kembali flashdisk ke laci Rendy, mengunci laci itu, lalu menutup laptopnya.
Alicia bergegas keluar dari ruangan sambil menghela napas lega.
"Karin, sekarang giliran Lo," gumamnya sambil mengirim pesan pada sahabatnya itu.