Catherine Zevanya Robert Wilson. Gadis dengan sejuta pesona, kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan yang membuatnya menjadi idola semua orang.
Gadis yang memiliki hidup sempurna penuh dengan cinta, tapi dibalik kesempurnaan ada luka besar di dalam hatinya. Gadis yang dielu-elukan kecantikannya itu memiliki kisah cinta yang hancur, kesetiaannya dinodai oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Catherine memiliki sisi misterius yang pemikirannya tidak bisa dijangkau orang lain. Bukan Catherine namanya jika dia diam saja menerima takdir kejam seperti itu, tanpa mengotori tangannya ia akan menghancurkan para pengkhianat.
Untuk menyembuhkan luka hatinya, Catherine memilih kembali ke tempat kelahirannya guna memulai hidup baru. Lalu, apakah Catherine akan memiliki kisah cinta baru?
"Balas dendam terbaik adalah dengan melihat kehancuranmu."
"Jangan jatuh cinta padaku, itu menyakitkan."
"Catherine, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku siap menunggu kamu jatuh cinta padaku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nameila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Kepulangan
Di Mansion mewah terlihat seorang wanita tua merajut dengan tenang, sesekali ia bersenandung memecahkan keheningan.
"Oma." Panggil seseorang.
"Hmm." Jawab wanita tua itu.
"Oma ngapain? Kelihatannya sibuk." Leo berjalan mendekati sang Oma lalu duduk di sampingnya.
"Ini merajut syal untuk Chaterine." Jawabnya tanpa mengalihkan perhatian.
"Oma curang, masa cuma Chaterine yang dibuatkan. Leo tidak pernah dibuatin sama Oma." Ucapnya menunjukkan raut memelas nya.
Anita menjulurkan tangannya ia memukul pelan bahu Leo. "Kamu ini. Oma sudah pernah buatkan tapi kamu tidak pernah mau memakainya."
"Dulu kan warnanya pink Oma, Leo jelas tidak mau. Warna itu cocoknya untuk seorang gadis Oma."
"Alasan saja kamu ini." Anita melirik sinis ke arah Leo.
"Lihatlah. Oma memang tidak pernah sayang sama Leo." Rengeknya.
Anita mendengus geli, cucunya yang satu ini memang pintar membuat drama. "Iya nanti Oma buatkan khusus untuk kamu, jadi sekarang kamu diam."
Leo terkikik lalu mencium pipi sang Oma, "Senang berbisnis dengan Oma."
Anita hanya mendesis. "Catherine di mana kenapa tidak kelihatan dari tadi."
Leo menepuk dahinya pelan. "Oh iya aku lupa memberi tahu Oma. Princess pergi bertemu dengan Artur katanya."
Gerakan tangan Anita berhenti, ia menatap ke arah Leo dengan raut wajah serius. "Jika boleh jujur, sebenarnya Oma tidak terlalu suka sama si Artur itu, dia kelihatan tidak tulus sama Princess. Oma takut Artur hanya memainkan perasaan Princess."
Leo menganggukkan kepalanya paham. "Aku juga tidak setuju Princess pacaran sama Artur, tapi Oma tahu sendiri jika Princess terlalu cinta Artur. Leo tidak bisa melakukan apa-apa."
Anita juga tau bagaimana Catherine yang sangat mencintai pacarnya itu. "Kenapa Princess bisa jatuh cinta sama Artur."
Ia mengangkat bahunya. "Leo tidak tahu Oma, di pelet mungkin."
Anita menatap Leo dengan jengah. "Jagain Princess dengan baik, jangan sampai dia disakiti sama pria itu."
"Oma tenang saja, Leo akan maju paling depan buat Princess. Tidak ada yang boleh menyakiti Princess, pukulan ku siap melayang-"
Brak!
Suara pintu dibuka dengan kasar menghentikan ucapannya. Di sana terlihat Catherine berjalan dengan cepat hingga tidak menyadari ada Anita dan Leo menatap ke arahnya.
Leo dan Anita saling menatap, mereka bingung dengan sikap Catherine.
"Catherine kenapa?" Tanya Anita.
"Tidak tahu Oma, dia seperti menahan emosi. Apa mungkin dia berantem sama Artur." Tebak Leo.
Leo bangkit dari duduknya ingin menyusul Catherine di kamarnya.
"Biarkan saja dulu, jangan diganggu. Biar dia istirahat dulu. Nanti saja kita ketemu sama Catherine." Ucap Anita.
Anita mencegah Leo yang hendak menyusul cucunya. Ia tahu jika Catherine butuh waktu buat menenangkan diri.
Leo hanya bisa pasrah. "Semoga Catherine baik-baik saja."
...----------------...
Catherine merebahkan tubuhnya dengan posisi tengkurap di atas kasur. Ia diam tanpa mengucapkan sepatah katapun, setelah beberapa menit terdengar isakan pelan dari mulutnya.
Dia membalikkan badannya menjadi terlentang, ia mengusap air mata yang masih mengalir. "Kenapa rasanya masih sesak."
Tok tok tok
Ia terdiam, dan menghapus air matanya lalu menatap ke arah pintu yang baru saja diketuk. Dengan cepat ia merapikan penampilannya yang sedikit menyedihkan. Setelah itu melihat siapa yang menemuinya.
"Catherine Sayang."
Suara halus itu membuat Catherine lemah, bibirnya turun ke bawah dan matanya berkaca-kaca.
"Oma." Catherine menabrakkan badannya memeluk sang Oma dengan erat.
"Kenapa sayang? Kenapa menangis?" Anita melepas pelukannya, tangannya terulur mengusap lembut pipi sang cucu.
Catherine menggeleng pelan, kepalanya menunduk. Anita menghela nafasnya. "Cerita sama Oma."
Dia membawa Anita duduk di atas kasurnya. Ia menatap Anita dengan mata yang sembab, "Mereka jahat Oma. Mereka khianati Catherine-"
Anita diam, ia membiarkan Catherine menyelesaikan ceritanya. Siapa yang berani menyakiti hati cucu kesayangannya ini.
"Artur selingkuh sama Liona. Selama ini aku begitu percaya dengannya, aku juga selalu mengerti dia. Tapi kenapa harus dengan sahabatku, Oma?" Tangis Catherine kembali pecah setelah menceritakan semuanya.
Anita berusaha sekuat tenaga menahan emosi melihat Catherine disakiti seperti ini.
"Catherine tidak salah, mereka yang salah. Mereka tidak bersyukur memiliki sahabat dan pacar yang baik seperti kamu sayang." Ucap Anita dengan penuh kasih sayang.
"Tidak perlu menangis lagi honey. Cucu kesayangan Oma ini anak yang baik, mereka yang tidak bisa lihat ketulusan kamu."
"Ingat! Sampah akan tetap menjadi sampah walaupun disandingkan dengan berlian. Kamu itu berlian, mereka sampahnya. Mereka akan menyesal dengan sendirinya, kita tunggu saja kehancuran mereka. Oke?" Anita mengedipkan sebelah matanya.
"Tapi aku tidak bisa bohong jika rasanya sangat sakit Oma." Ucap Catherine menahan tangisnya.
"Oma paham sayang, perasaan memang tidak bisa dibohongi."
Catherine menahan sisa-sisa Isak tangisnya, ia menarik nafasnya perlahan lalu menatap dalam Anita. "Oma aku mau pulang."
Anita terdiam sejenak. "Hmm?"
"Aku ingin kembali ke Indonesia." Catherine menundukkan kepalanya.
"Akh harus melupakan semua tentang mereka. Selain itu Aku juga sudah merindukan Mommy dan Daddy."
"Jika Catherine maunya seperti itu, Oma setuju saja. Sekolah kamu juga udah selesai, tinggal menunggu hari kelulusan." Ujar Anita menggenggam tangannya.
"Bagaimana kalau besok, apa bisa Oma?" Catherine menatap Anita dengan penuh harap.
"Boleh, tapi kamu bilang dulu ke Abang kamu."
Ia tersenyum dan memeluk erat Anita. "Catherine sayang Oma banyak-banyak."
"Oma lebih sayang sama Catherine." Ucap Anita tulus.
"Hello Anybody home?" Teriak seseorang di ruang keluarga.
"Suara itu-" Anita dan Catherine saling pandang, matanya membulat sempurna.
"Opa?!" Teriak Catherine.
Ia langsung saja keluar kamar dengan berlari, ia ingin cepat-cepat menemui sang Opa yang selalu sibuk bekerja itu.
"Princess jangan lari-lari." Anita berdiri dan menyusul Catherine menemui suaminya.
"Pria tua itu ingat pulang rupanya." Gerutu Anita.
Catherine berada di balkon depan kamarnya, ia melihat ke bawah tertuju ruang keluarga. Dia tersenyum melihat sang Opa yang sangat dirindukannya. Sudah berapa lama ia tidak melihatnya.
"Oma kira kamu sudah di bawah sayang." Ujar Anita melihat Catherine berdiri di dekat pembatas tangga.
Catherine menoleh dan tersenyum melihat Anita. "Sengaja menunggu Oma, ayo barengan Oma." Ucapnya menggandeng tangan Anita menuntunnya ke dalam lift.
"Kemana semua orang, kenapa tidak ada yang menyambut ku." Oceh Bima sambil melihat ke sekitar.
Brak!!
"Opa?! Opa pulang?!" Teriak Leo dari arah dapur.
Bima menoleh ke arah suara. "Oh cucu nakal Opa di sini rupanya."
Leo berdecak pelan. "Ck Opa kenapa gitu terus sama cucu sendiri." Ia melangkah mendekati Bima.
Bima terkekeh lalu memeluk Leo. "Kau tambah tinggi rupanya."
Leo mendengus malas. "Opa jangan mengejekku." Bima yang mendengar itu hanya tertawa.
"Opa Bima!! Rine kangen." Teriak seseorang gadis cantik yang baru saja keluar dari lift.
Bima membulatkan matanya, ia langsung melepas pelukannya pada Leo lalu mendorongnya menjauh.
"Catherine cucu kesayangannya Opa." Bima melangkah cepat ke arah cucunya dan mendekapnya erat.
Leo yang melihat adegan itu merasa dicampakkan, ia mencebik dengan kesal. "Wahh aku dibuang."
Catherine tersenyum di pelukan Bima. "Opa kenapa betah banget di Perancis. Sudah setahun baru pulang, kasihan Oma sendirian di Mansion." Omelnya geram.
Bima hanya bisa memamerkan cengiran lebarnya. "Maafkan Opa honey, sekarang Opa sudah di sini bareng sama kalian lagi."
Anita mendekati Bima, ia menjewer telinga Bima. "Baru ingat pulang pak tua?" Catherine dan Leo pun tertawa senang melihatnya.
Bima meringis menahan sakit. "Aduh sayang, suami tercintamu baru pulang loh ini."
Anita melepaskan tangannya, ia bergelayut di tangan suaminya yang selalu sibuk bekerja. "Katanya bulan depan baru pulang?"
Bima menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sengaja, supaya jadi kejutan."
Anita memutar bola matanya malas. "Ingat umur. Kau sudah tua." Ucapnya yang kemudian duduk di sofa.
Bima mengikuti sang istri duduk di sebelahnya. "Jangan ingatkan aku dengan umur sayang."
Anita melirik acuh sang suami. "Tidak tau diri." Bima terkekeh melihat wajah istrinya. Ah ia sangat merindukan istri tercintanya ini.
Leo berjalan mendekat. "Oma marahin saja Opa, siapa suruh baru pulang sekarang."
Bima mendelik ke arah Leo. "Heh kau cucuku bukan?"
Leo melengos. "Sekarang saja baru dianggap cucu, tadi dibuang."
Catherine merasa gembira melihat tingkah Kakak dan Opanya, jujur saja ia merindukan suasana ini.
Bima hanya bergidik acuh, tatapannya beralih pada Catherine yang masih berdiri ditempat semula.
"Princess sini, Opa bawa hadiah buat kamu."
Catherine berbinar cerah setelah mendengar kata hadiah, ia langsung duduk di tengah-tengah Bima dan Anita.
"Mana Opa hadiahnya." Ucap Catherine tidak sabar.
Bima mencubit pipi Catherine pelan. "Sabar sayang."
Bima membuka tas kerjanya, diambilnya sekotak coklat. "Coklat untuk cucu kesayangan Opa." Bima menyerahkan sekotak coklat itu pada Catherine.
Mulutnya terbuka. "Wahh! Opa the best!"
"Leo tidak dikasih hadiah juga Opa? Tega sekali, masa cuma Chaterine saja." Ucapnya tidak terima.
"Oh tenang, Opa juga punya buat kamu." Bima merogoh saku jasnya lalu mengambil hadiah untuk Leo.
"Ini khusus untukmu." Bima memberikan 5 bungkus permen pada Leo.
Leo menganga melihat permen ditangan Bima, tega sekali Opanya. "Opa tidak adil. Masa cuma permen, tidak ada yang lain apa?"
"Sudahlah Leo, itu cocok buat kamu." Bima tertawa puas melihat ekspresi Leo yang kesal padanya.
"Abang tenang saja, nanti coklatnya kita bagi dua. Oke?" Ucap Catherine menenangkan.
Leo menoleh ke arah Catherine. "Tidak usah princess, Abang tidak terlalu suka coklat."
Catherine mengerjap. "Beneran Abang?"
Bagaimana mungkin Leo tega meminta coklat milik Catherine, semua orang tau jika dia maniak coklat.
"Iya Princess." Jawab Leo.
Bima menatap Catherine lembut, tatapan berubah ketika melihat mata cucunya yang bengkak. "Princess? Coba tatap mata Opa."
Catherine mendongak menatap Bima, "Kenapa Opa."
Bima mengernyit, ternyata benar matanya bengkak seperti habis menangis. "Kamu baik-baik saja sayang?"
"Catherine baik-baik saja aja kok." Ujarnya dengan tenang.
"Jangan bohong honey, kamu habis nangis kan? Mata kamu bengkak gitu." Bima semakin menatap Catherine dengan intens.
"Kamu nangis Princess? Why?!" Leo tidak tau jika Catherine menangis. Apa yang membuat adik kesayangannya bersedih.
"Princess jawab pertanyaan Opa, kamu kenapa?"
Catherine bingung harus bercerita atau tidak. Ia menoleh ke arah Anita meminta bantuan, tapi sang Oma hanya mengangguk.
"No. Aku gapapa kok, beneran. Aku cuma kangen Mommy sama Daddy. Dan juga pengen balik ke Indonesia Opa." Catherine menunduk setelah mengatakan itu.
Leo dan Bima menatap ragu Catherine, mereka tau masih ada yang disembunyikan nya. Tapi mereka tidak mau memaksa dia untuk bercerita sekarang.
"Beneran cuma karena itu sayang?" Tanya Leo memastikan.
"Kamu tidak mau tinggal sama Opa dan Oma lagi?" Tanya Bima.
Catherine mengusap pipinya pelan. "Bukan begitu Opa, sekolahku sudah selesai. Catherine juga kangen rumah, kangen semua yang ada di sana."
Bima pun paham, ia juga tidak mungkin melarang Catherine pulang ke rumah orangtuanya. Lagi pula sang cucu tinggal di sini karena memang sekolahnya ada di New Zealand.
"Lalu kuliahmu bagaimana sayang? Bukannya mau lanjut ke London?" Tanya Anita penasaran.
"Rine berubah pikiran Oma, mau lanjut di Indonesia saja." Ucapnya dengan yakin.
"Jadi kapan kamu mau balik?" Tanya Bima.
"Besok Opa, boleh ya?" Jawabnya.
"What?! Are you kidding me Princess? Secepat itu?" Leo kaget mendengar Catherine ingin pulang besok, padahal dia sudah berencana mau mengajak adiknya jalan-jalan, sepertinya sekarang gagal.
Catherine menganggukkan kepalanya dengan tatapan polos, ia benar-benar ingin pulang secepatnya.
"Yaudah boleh, besok Opa atur penerbangan buat kamu." Putus Bima menuruti Catherine.
"Beneran Opa?" Catherine menatap Bima dengan menuntut.
Bima mengangguk, ia mencubit hidung mancung Catherine dengan gemas. "Iya sayang, serius."
"Terimakasih Opa."
"Abang ikut pulang." Ucap Leo tiba-tiba.
Catherine menatap Leo. "Eh? Pekerjaan Abang bagaimana?"
"Benar Leo, kamu bilang besok ada rapat penting. Kalau kamu pulang bagaimana dengan pekerjaan kamu nantinya" Seingat Anita.
"Ah iya. Oma tenang saja, bisa handle semuanya kok. Aku tetap berangkat, setelah itu pulang. Lainnya biar diurus asistenku untuk sementara." Leo mengalihkan tatapannya ke arah Catherine.
"Kita perginya setelah Abang selesai ya Princess." Leo menatap Catherine dengan penuh permohonan.
"Boleh Abang." Jawab Catherine.
"Catherine memang adik Abang yang terbaik." Leo mengacungkan dua jempol padanya dengan antusias.
"Barang-barang kamu packing dulu sayang, agar besok langsung berangkat." Ucap Anita.
"Oke Oma, Catherine ke kamar dulu ya." Ucapnya meninggalkan mereka dengan raut wajah senang, ia tidak sabar pulang ke Indonesia.
Setelah kepergian Catherine suasana ruang tengah langsung berubah ada sedikit ketegangan di sana. Bima mengetukkan jarinya pada sofa.
"Jadi, Apa yang sebenarnya terjadi?"
Leo menelan ludahnya kasar. "Leo tidak tahu jika Catherine menangis, tapi saat pulang dari cafe suasana hatinya memang terlihat buruk."
Alis Bima terangkat. "Dengan siapa dia bertemu?"
"Artur." Jawab Leo.
Bima menoleh dengan penasaran ke arah Anita. "Jelaskan padaku, kau pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi istriku."
"Benar. Mereka putus, Artur selingkuh dengan Liona sahabat Catherine." Anita mulai menceritakan semua yang terjadi.
Sepanjang cerita Anita, raut wajah Bima berubah menjadi keruh tangannya mengepal kuat. Begitu juga dengan Leo, emosinya mulai terpancing dan nafasnya memburu menahan amarah ketika mendengar cerita dari Anita.
"Alasan sebenarnya Catherine ingin pulang ke Indonesia karena mau melupakan Artur dan Liona."
Brak!!!
Leo berdiri lalu memukul meja dengan keras, "Brengsek Artur!! berani sekali mereka menyakiti Catherine, aku akan menghajarnya sekarang juga!!"
"Calm down boy! Jangan bertindak gegabah."
"Opa, bagaimana bisa aku tenang. Mereka menyakiti princess, aku tidak bisa diam saja Opa." Ucap Leo dengan nafas memburu.
"Opa paham, tapi lakukan dengan cara bersih. Jangan mengotori tanganmu boy, dan jangan sampai princess tahu apa yang kamu lakukan pada mereka." Bima mencoba menenangkan Leo yang masih tersulut emosi.
"Kau paham maksudku boy?"
Ia diam menenangkan diri, ia kembali duduk dan menatap dalam ke arah Bima. "Leo tahu harus apa." Senyuman miring tercetak dibibirnya.
Bima tersenyum bangga melihat Leo. "Opa serahkan semua padamu, jika ada kesulitan bilang saja pada Opa."
Leo mengambil ponsel dan mulai menghubungi seseorang. "Selidiki Artur dan Liona, cari bukti perselingkuhan mereka."
"Ah cari tahu semua tentang mereka jangan ada yang terlewat."
"30 menit dari sekarang." Leo menutup telfonnya tanpa mendengarkan jawaban seseorang di seberang sana.
...****************...