NovelToon NovelToon
Pasutri Bobrok

Pasutri Bobrok

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik / Tunangan Sejak Bayi / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rrnsnti

Cegil? itulah sebutan yang pantas untuk Chilla yang sering mengejar-ngejar Raja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jatuh Cinta

Sikap Raja yang mulai berubah selama seminggu terakhir membuat Chilla semakin bersemangat. Kini, pria itu tidak lagi bersikap dingin seperti sebelumnya. Meskipun begitu, ada banyak hal yang masih membuat Chilla penasaran, terutama tentang perasaan Raja yang sebenarnya.

Sejak mereka menikah, Chilla selalu menjadi pihak yang lebih aktif dalam hubungan ini. Ia mencintai Raja bahkan sebelum pernikahan, tapi Raja? Ia tidak pernah tahu apakah pria itu bisa benar-benar menyukainya atau hanya menjalani pernikahan ini karena terpaksa. Namun, akhir-akhir ini, ada sesuatu yang berbeda. Raja tidak lagi menjaga jarak sejauh dulu. Ia masih sering diam, masih terlihat kaku, tapi ada momen-momen kecil yang membuat hati Chilla berbunga.

Sore itu, mereka sedang duduk di sofa apartemen mereka. Chilla, dengan kepercayaan diri khasnya, kembali mendekati pria itu dan tanpa ragu duduk di pangkuannya. Napas Raja tercekat, ia memalingkan wajah sejenak sambil berusaha keras menenangkan dirinya. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya apakah istrinya ini benar-benar tidak sadar bahwa posisinya saat ini sangat menggoda.

"Lo tahu nggak, lo itu ganteng banget," ujar Chilla dengan nada menggoda. Tangannya perlahan terulur ke arah kancing kemeja Raja, memainkan kancing kedua yang terbuka, sementara tatapan matanya tidak pernah lepas dari wajah pria itu.

Raja, yang mengenakan kemeja putih polos dan celana jogger abu-abu, hanya menatapnya dengan bingung. Ia mendesah, sudah mulai terbiasa dengan cara Chilla berbicara yang sering kali blak-blakan. "Apa-apaan sih lo?" gumamnya pelan, meski ada senyuman tipis yang tersungging di bibirnya.

Chilla mengangkat satu alisnya, tersenyum jahil. "Lo sengaja biarin dua kancing atas ini nggak dikancing, ya? Lo tahu itu bikin lo kelihatan makin hot." ujar Chilla.

Kening Raja berkerut. "Hot apanya? Ini nggak sengaja. Kancingnya lepas." sahut Raja, dia sama sekali tidak sengaja, bahkan tidak tau kalau kancingnya terlepas.

Chilla memeriksa dengan saksama dan menyadari bahwa kancing kemeja Raja memang terlepas. Namun, itu tidak menghentikannya untuk menggoda. Ia mengulurkan tangannya, mencoba membuka satu kancing lagi. Tapi gerakannya dihentikan oleh Raja.

"Jangan macem-macem, Chilla," ucap Raja, memegang tangan Chilla dengan tegas. "Duduk di samping aja, gue nggak nyaman lo duduk di pangkuan gue kayak gini." ujar Raja berusaha menyuruh Chilla agar pindah.

Bibir Chilla langsung mengerucut. Ia memutar bola matanya, merasa kecewa karena Raja selalu bersikap begitu kaku dalam momen-momen seperti ini.

"Kenapa sih lo nggak pernah tergoda sama gue? Apa gue kurang cantik? Kurang seksi?" tanyanya dengan nada setengah kesal. Banyak orang yang mengatakan jika Chilla itu cantik, tetap kenapa Raja malah tidak tertarik sama sekali kepadanya.

Raja mendesah lagi, kali ini lebih panjang. Ia menatap Chilla dalam-dalam, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan pemikirannya.

"Chilla, lo cantik. Bahkan gue nggak bakal bohong kalau gue bilang lo seksi. Tapi cinta itu nggak selalu tentang nafsu. Ada hal lain yang lebih penting." ujar Raja berharap Chilla mau mengerti.

Perkataan itu membuat Chilla terdiam sejenak. Tatapannya berubah menjadi lebih serius, meskipun bibirnya tetap tersenyum tipis.

"Lo selalu ngomong soal waktu. Kalau emang ada waktunya, kapan itu bakal terjadi, Raja?" tanyanya dengan nada pelan namun penuh penekanan.

Raja mengusap wajahnya, merasa sedikit terpojok. Namun, ia tahu bahwa kejujuran adalah hal yang paling penting saat ini.

 "Setelah kita benar-benar siap, Chilla," jawabnya dengan mantap. "Gue nggak mau lo merasa bahwa pernikahan ini hanya tentang memenuhi ekspektasi orang lain. Gue pengen semuanya terjadi karena kita berdua memang menginginkannya."

Chilla menatapnya dengan alis terangkat. "Tapi, Ren, gue udah siap. Gue udah cinta sama lo dari dulu. Gue nikah sama lo karena gue mau, bukan karena disuruh orang tua." ucap Chilla memelas.

Raja terdiam sejenak. Ia tahu Chilla jujur. Ia tahu betapa besar perasaan Chilla untuknya. Dan itu yang selalu membuatnya merasa bersalah karena ia masih membutuhkan waktu untuk benar-benar membuka hatinya dan memastikan jika dia mencintai Chilla.

"Gue tahu," ujar Raja akhirnya. "Dan gue nggak mau nyakitin lo. Gue cuma butuh waktu, Chilla."

Chilla menghela napas panjang. Ia mencoba memahami, tapi sulit. Ia telah menunggu selama ini, dan Raja masih meminta waktu.

"Lo serius banget, ya," gumamnya akhirnya, mencoba memecah keheningan.

Raja tersenyum kecil. Ia mengangkat tangannya, menyelipkan helaian rambut Chilla yang jatuh di wajah istrinya ke belakang telinganya. "Karena gue serius. Sama lo, Chilla. Gue nggak mau lo cuma jadi orang yang lewat dalam hidup gue. Gue mau lo tetap ada di sini, di samping gue, untuk waktu yang lama."

Perkataan itu membuat dada Chilla terasa hangat. Meskipun ia masih kesal karena Raja selalu menahan dirinya, ia tidak bisa menyangkal bahwa pria itu adalah seseorang yang benar-benar peduli padanya, lebih dari yang pernah ia bayangkan.

"Oke," ujar Chilla akhirnya, menyerah. "Tapi lo harus tahu, gue nggak akan berhenti bikin lo tergoda. Gue nggak akan berhenti sampai lo benar-benar jatuh cinta sama gue, Raja."

Raja tertawa kecil, mencubit pelan pipi Chilla. "Lo ini keras kepala banget, ya. Mulai sekarang gue bakal hargain semua usaha lo, dan lo juga harus bantu gue buat suka balik sama lo."

Chilla tersenyum puas. Meski ia tahu perjalanan cinta mereka masih panjang dan penuh rintangan, ia yakin bahwa Raja adalah seseorang yang layak untuk diperjuangkan. Dan untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa cinta tidak hanya tentang memiliki, tetapi juga tentang menghargai dan menunggu pada saat yang tepat.

Hari itu, meskipun tak ada kata cinta yang terucap secara langsung, Chilla merasa ada sesuatu yang berubah. Raja mungkin belum sepenuhnya membuka hatinya, tapi setidaknya, pria itu tidak lagi menjaga jarak. Ia menerima keberadaan Chilla dalam hidupnya, dan itu sudah cukup untuk saat ini.

Malam pun tiba, dan Chilla tetap berada di samping Raja, menatap punggung pria itu yang berbaring di ranjang mereka. Perlahan, ia menyusup ke dalam selimut, mendekatkan dirinya pada Raja tanpa mengatakan apa pun.

Raja menoleh, menatap wajah istrinya dalam temaram cahaya kamar.

"Chilla..." gumamnya pelan.

"Hm?"

"Jangan pernah berhenti jadi diri lo sendiri," katanya, mengusap puncak kepala Chilla.

Chilla tersenyum. "Gue nggak akan berhenti, Ren. Tapi gue juga nggak akan berhenti bikin lo jatuh cinta sama gue."

Raja hanya tersenyum tipis, membiarkan Chilla menempel di sisinya. Dan untuk pertama kalinya, ia tidak lagi menghindar.

Chilla makin mengeratkan pelukannya di punggung Raja, Biarlah dia menikmati malam ini dengan indah dan berharap keesokan hari akan ada keajaiban dimana dia tidak cinta sendirian lagi.

*****

Hari ini mereka akan menginap di rumah Mama Cantika,kamar Raja begitu sunyi hingga hanya suara desahan napas Chilla yang terdengar ketika ia duduk bersebelahan dengan Raja. Mereka berdua baru saja menyelesaikan makan malam sederhana yang dibuat oleh Raja. Namun, suasana canggung terus menyelimuti, terutama karena Raja tampak lebih perhatian sejak Chilla sakit.

Raja menatap Chilla sejenak, lalu menghela napas panjang. Ia tahu, dalam hati kecilnya, ada perasaan yang mulai tumbuh untuk gadis ini. Namun, egonya terlalu tinggi untuk mengakuinya.

"Lo nggak mau gue cium?" tanya Raja tiba-tiba, nadanya terdengar sedikit menggoda namun tetap serius.

Chilla, yang semula sedang menyandarkan kepalanya ke sofa, langsung menegakkan tubuhnya. Tatapannya bertemu dengan Raja, dan ia terdiam beberapa detik sebelum menjawab dengan cepat, “No, gue mau kok…”

Belum sempat Chilla melanjutkan ucapannya, Raja sudah mengangkat tubuh Chilla agar duduk dipangkuannya, menyentuh bibir gadis itu dengan bibirnya sendiri. Ciumannya dalam, penuh hasrat yang selama ini ia pendam meskipun ia sering menyangkal.

Chilla terkejut, tapi ia tidak menolak. Sebaliknya, ia membalas ciuman Raja dengan penuh kehangatan. Kedua tangan gadis itu mencengkeram kuat lengan Raja, seakan takut terlepas dari momen yang begitu mendominasi ini.

Raja, yang awalnya berniat untuk memberikan ciuman singkat, kehilangan kendali. Bibirnya melumat bibir Chilla dengan lembut namun intens, lidahnya menyapu setiap sudut mulut gadis itu, membuat suara lembut tercipta di antara mereka. Ia bahkan tidak bisa menahan desahan lirih yang keluar dari bibirnya sendiri.

"Raja… mmhh…” Chilla menggumam, suara lembutnya terselip di antara desahannya. Raja semakin tenggelam, tangan kirinya yang semula berada di pinggang Chilla perlahan naik, menyentuh sesuatu yang lebih intim. Sentuhannya lembut, tapi membuat Chilla tersentak kecil.

Tanpa sadar, Raja semakin mendekap erat tubuh Chilla. Namun, suara yang berasal dari pintu kamar membuat keduanya tersentak.

Raja langsung melepaskan pagutannya, wajahnya merah padam. Ia menoleh ke arah pintu, dan di sana, berdiri Mama Cantika dengan raut wajah yang sulit diartikan—tersenyum tipis namun penuh makna.

Chilla langsung salah tingkah. Ia cepat-cepat mengusap bibirnya yang basah dan mengkilap akibat ciuman panas tadi. Raja, yang biasanya pandai mengendalikan situasi, kini benar-benar kehilangan kata-kata. Ia menatap ibunya dengan wajah penuh penyesalan sekaligus malu.

"Ma..." Raja akhirnya memberanikan diri untuk bicara, tapi hanya satu kata yang berhasil keluar.

Mama Cantika hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala pelan. “Maaf, Mama nggak tahu. Lanjutin aja, kalian kan suami istri, jadi wajar,” ucapnya sebelum menutup pintu kamar dengan tenang, meninggalkan keduanya dalam suasana yang lebih canggung dari sebelumnya.

Raja mengutuk dirinya dalam hati. Bagaimana bisa ia malah tertangkap basah oleh ibunya sendiri?

Chilla masih duduk di atas pangkuan Raja, wajahnya merona dan bibirnya melengkung nakal. Raja, di sisi lain, terlihat gelisah, la mencoba menjaga kontrol dirinya meski godaan dari gadis ini begitu kuat.

"Chilla, tangan lo jangan ke mana-mana," tegur Raja ketika tangan Chilla mulai menyusup masuk ke dalam kaos hitamnya. la langsung menahan pergelangan tangan gadis itu dan memindahkannya ke atas pundaknya. "Kita boleh ciuman aja, nggak lebih," lanjutnya tegas, meski suara bass-nya terdengar sedikit bergetar.

Chilla merengut kesal. la merasa Raja semakin terbiasa dengan posisi seperti ini, di mana ia duduk nyaman di atas pangkuannya. Bahkan, meski bibir mereka sudah saling melumat berkali-kali, Chilla merasa itu belum cukup. Raja memang berubah lebih hangat dibanding awal hubungan mereka, tapi pria itu masih terlalu konservatif untuk ukuran Chilla yang ekspresif dan penuh semangat menggoda.

"Why? Bukannya tadi lo udah sentuh dada

gue, Ren?" goda Chilla dengan suara pelan namun jelas, la mengacu pada insiden beberapa waktu lalu, ketika tangan Raja tanpa sengaja menyentuh bagian dadanya.. Mata Chilla memancarkan kenakalan yang membuat Raja semakin salah tingkah.

"Itu... gue nggak sengaja!" seru Raja, wajahnya berubah merah seketika.

Chilla terkekeh kecil, jelas menikmati reaksi gugup dari suaminya. la semakin mendekat, mengurangi jarak di antara mereka. "Nggak apa-apa, Ja gue nggak marah kok. Lagi pula, gue suka. Mau lo sentuh lagi?" tanyanya sambil membawa tangan besar Raja ke dadanya.

Raja langsung menarik tangannya, seolah tersengat listrik. "Nggak boleh! Gue bilang tadi itu nggak sengaja!" ucapnya gugup, berusaha menjaga pandangan dari tatapan tajam Chilla.

"Tapi gue mau, Raja," bisik Chilla, menatap pria itu dengan penuh harap.

Raja hanya menghela napas panjang, la tahu, semakin lama ia membiarkan situasi ini berlangsung, semakin besar risiko ia kehilangan kontrol. Namun, ia tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Chilla. Gadis ini memang selalu berhasil membuat pertahanannya runtuh.

"Nggak, tetap aja nggak boleh. Cuma boleh ciuman, Dan lo cuma boleh usap-usap dada gue," ucap Raja akhirnya, mencoba mengendalikan situasi, la menggenggam tangan Chilla, meletakkannya di dadanya yang bidang.

Chilla tersenyum kecil, merasa senang karena Raja akhirnya memberinya sedikit ruang untuk bermesraan. Namun, senyum itu berubah menjadi smirk ketika tangannya mulai turun, menjelajahi bagian depan tubuh Raja yang keras dan atletis. Semakin turun, tangannya menyentuh sesuatu yang membuat Raja langsung kaku di tempat.

"Chilla..." tegur Raja dengan suara rendah. Meski ia mencoba terdengar tegas, nada suaranya justru bergetar, menunjukkan bahwa ia sedang berada di ambang batas.

Chilla menyengir lebar, merasa puas karena Raja tidak menepis tangannya. "Raja punya lo besar banget. Nanti muat ke punya gue nggak? Soalnya gue masih per-."

"Chilla, udah stop!" potong Raja cepat, wajahnya semakin memerah mendengar ucapan gadis itu. la menarik tangan Chilla dengan lembut tapi tegas, memenjarakannya

di belakang tubuh gadis itu. Kini, tubuh mereka semakin dekat, dada mereka bersentuhan, dan Raja menatap Chilla dengan pandangan serius.

"Lo harus bisa jaga diri dari gue, meskipun gue suami lo," ucap Raja pelan namun penuh penekanan.

Chilla terdiam sejenak, menatap mata Raja yang dalam. la bisa melihat bahwa pria ini

sedang berjuang keras melawan perasaannya sendiri. Namun, ia tidak bisa mengingkari bahwa ia menginginkan Raja.

Dengan suara lirih, ia berbisik di telinga pria itu, "Gue tau, tapi gue juga mau lo sentuh, Raja." la mengecup rahang Raja dengan lembut, berharap itu bisa meluluhkan hati pria itu.

Raja menggeram rendah, mencoba menahan diri. Jika ia adalah pria biasa yang tidak peduli dengan kehidupan kedepannya, mungkin ia sudah membiarkan hasratnya mengambil alih. Namun, ia bukan seperti itu.

"Gue nggak suka dibantah, Chilla," ucap Raja dengan nada datar dan dingin. Tatapannya berubah tajam, membuat Chilla bungkam seketika.

Chilla bisa melihat rahang Raja yang mengetat, menandakan bahwa pria itu sedang menahan amarah.

Chilla memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa lagi malam itu, la menurunkan kepalanya, menyandarkannya di bahu Raja. Diam-diam, ia menyusun rencana di dalam pikirannya.

Raja, di sisi lain, menghela napas panjang. la merasa lega karena Chilla akhirnya berhenti menggoda. Namun, ia juga tidak bisa mengabaikan perasaan hangat yang perlahan muncul di hatinya. Meski gadis ini

sering membuatnya kesal, ia tidak bisa memungkiri bahwa ia menyukai keberadaannya.

Beberapa jam kemudian Chilla sudah tertidur di ranjang, tubuh mungilnya terbungkus selimut yang Raja berikan. Pria itu duduk di sampingnya sambil memandangi wajah gadis itu, la tersenyum kecil, merasa bahwa Chilla terlihat sangat polos saat tidur.

"Dasar nakal," gumamnya pelan sambil mengusap kepala gadis itu dengan lembut.

Raja tahu, Chilla mungkin tidak akan pernah berubah sepenuhnya. Gadis itu akan terus menggoda dan menguji batas kesabarannya. Namun, di balik semua kenakalannya, Raja tahu bahwa Chilla adalah orang yang tulus mencintainya.

"Mungkin gue memang jatuh cinta sama lo," ucap Raja pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

1
Kelinciiiii
bersyukur ja
Ciaa
ayo lanjut seru juga ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!